Happy reading
Stay healthy and keep smiling√√√
Hari Senin pagi. Hari yang di tunggu-tunggu oleh si bungsu Nicholas, karna hari ini akan bersekolah. Walaupun ia belum tau sekolah barunya seperti apa, dalam pikirannya hanya terisi oleh.....
Semoga anak-anak di sekolahnya akan baik terhadapnya dan mau berteman dengannya. Begitulah kira-kira.
Sekarang Azkano tengah bersiap-siap memakai seragamnya. Sebenarnya seragam sudah ia pakai, hanya saja ia terlihat kerepotan dengan dasi tali yang di pegang olehnya. Karna ia juga baru pertama kali sekolah, ia juga tidak tau cara memakai dasi tali ini. Padahal setiap ia melihat abangnya atau ayahnya memakai dasi ini terlihat gampang, tapi kenapa ketika ia mencobanya malah susah.
Memang sesuatu yang terlihat mudah itu ketika di coba akan terasa sulit.
"Baby.... Sudah selesai?" Keeyara masuk kedalam kamar Azkano. Yang lain sudah ada di meja makan tinggal Azkano saja yang belum, karna Azkano tidak turun juga Keeyara pun berinisiatif menghampiri bocah berkulit putih itu.
Azkano menoleh menatap wajah cantik sang bunda yang tersenyum manis "Belum bunda. Adek gak bisa pasang dasinya, susah banget." Dengan nada sedikit kesal ia mengadu kepada Keeyara yang tertawa kecil.
"Sini biar bunda pasangin." Keeyara meraih dasi yang di pegang oleh Azkano, ia pun langsung memasangkan dasi itu di kerah seragam Azkano "..... Lain kali, kalau adek gak bisa boleh minta tolong kok. Jangan sungkan ok?" Azkano mengangguk kecil.
"Dah selesai~ yuk turun, yang lainnya udah nunggu."
Mereka berdua pun turun menuju meja makan. Disana sudah berkumpul semua anak dari pasangan Zargo dan Keeyara. Zargo sang kepala keluarga dan Rai sang sulung dengan jas kantornya, Ardion dengan jas dokternya, Manaf dengan kaos oblong dan celana jeans hitam ia ada mata kuliah siang jadi masih bisa sedikit bersantai, dan Nevan yang memakai seragam sekolah yang sama dengan Azkano.
"Lama sekali." Protes Nevan begitu melihat adiknya dan bundanya. Dengan wajah yang di buat sesedih mungkin, namun malah ngundang tatapan jijik dari abangnya.
"Jangan seperti itu..... Kau menjijikkan." Beuh, kit heart tuh Nevan. Tanpa perasaan Rai mengeluarkan kata itu begitu matanya melihat ekspresi Nevan.
"Udah. Adek duduk sama ayah ya, biar bunda ambilin nasinya." Azkano mengangguk. Ia berjalan mendekati Zargo yang sedang membaca koran pagi, Zargo yang menyadari Azkano mendekat langsung menaruh korannya di meja makan.
Zargo, Keeyara, dan para Abang Azkano. Tidak memperbolehkan Azkano duduk sendiri ketika makan dirumah maupun diluar, kata mereka sekalian modus mendekati Azkano. Setiap Azkano ingin sarapan, makan siang, dan makan malam ia akan di pangku oleh salah satu orang-orang itu. Azkano pun hanya iya-iya saja, ia juga nyaman di pangku seperti itu.
Setelah sarapan mereka bergegas keluar dari rumah.
"Adek mau bawa bekal gak?" Sebelum keluar mansion Keeyara mencegah anak bungsunya dulu.
"Bawa aja, biar gak jajan sembarangan." Ujar Zargo. Sebagai istri yang baik Keeyara langsung menyiapkan bekal untuk bungsu imutnya. Sesuai janji Zargo waktu itu, ia akan mengantar Azkano kesekolahnya.
Oh ya sebelum masuk sekolah Azkano sudah di tes oleh beberapa pelajaran anak SMP dan hasilnya termasuk memuaskan karna nilai Azkano di atas 80 semua. Oleh karna itu Azkano bisa masuk sekolah di pertengahan semester. Azkano juga termasuk pintar, makanya ia bisa masuk ke sekolah itu.
"Nih, dimakan ya bekalnya. Hati-hati di jalan ok? Pak, bawa mobilnya jangan ngebut ya!!" Sebelum berangkat Keeyara memberi beberapa wejangan dulu seperti ibu-ibu pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness for Azkano
RandomSEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTENYA. Disaat keluarga orang lain sedang bersenang-senang dan anak-anak menikmati masa sekolahnya. Azkano hanya bisa memperhatikan mereka dari kejauhan... Ia juga ingin keluarga seperti itu dan sekolah seperti a...