Chapter 16: Drama again?

2.1K 161 1
                                    

Happy reading
Stay healthy and keep smiling
Sebelum baca jangan lupa VOTE dan KOMEN NYA!!

√√√

"Hah~" Pemuda laki-laki dengan seragam SMP yang melekat ditubuhnya itu menghela nafas. Ia berjongkok didepan gerbang sekolahnya yang sudah terlihat sepi, matanya meliar menatap sekitar dengan pandangan bosan.

"Lama banget!" Ujarnya dengan penuh kekesalan, bibir merah muda alaminya mengerucut. Azkano bocah menggemaskan yang sedari tadi menunggu dijemput oleh ayahnya namun yang ditunggu tidak datang-datang, sudah lebih dari tiga puluh menit ia menunggu didepan gerbang sekolahnya.

Sekolah sudah terlihat sepi hanya ada beberapa anak yang sedang menjalankan eskulnya termasuk Abangnya—Nevan yang sedang menjalankan easkul basketnya hingga sore nanti dan malamnya akan berkumpul bersama temannya jadi tidak bisa mengantarnya pulang, ia juga sudah bilang kalau Zargo akan menjemputnya. Sebenarnya ia diajak oleh Nevan agar menunggu sang ayah di tempat eskul basket saja agar tidak sendirian namun ia menolaknya dan sekarang Azkano sedikit menyesal menolaknya tadi.

"Ayah lama banget. Apa Ano kesana dulu ya?" Matanya nampak terus menatap satu objek yang sedari tadi menarik perhatiannya, tukang batagor. Sedari tadi ia terus menahan diri agar tidak kesana, takut bila ia kesana sang ayah—Zargo datang menjemput dan mencarinya namun yang ditunggu sedari tadi tidak nongol-nongol.

"Kesana aja deh." Azkano berjalan mendekati penjual batagor yang berjarak beberapa meter darinya.

Azkano pemuda laki-laki dengan tampang imut itu sedikit merindukan jajanan seperti; Batagor, bakso, mie ayam, dan lainnya. Jadi, ketika netra legamnya melihat penjual batagor kaki lima ia sangat ingin kesana. Disekolah barunya ini tidak ada sama sekali makanan yang dikenalnya, namanya juga sekolah orang kaya.

Ini adalah kesempatan langka. Penjual batagor lewat bahkan berhenti diseberang jalan sekolahan terkenal ini, padahal walaupun ramai anak-anak sekolah tidak akan ada yang membelinya karena berpikir makanan itu tidak higienis.

"Mang...." Penjual batagor itu menoleh "Beli batagornya sepuluh ribu ya."

"Siap~ duduk dulu nih." Sang penjual memberikannya sebuah kursi plastik berwarna hijau. Azkano pun mengambilnya dan duduk berjarak dua langkah lebar dari gerobak penjualnya.

"Sebentar ya saya buatin dulu." Ujar ramah penjual batagor itu. Azkano mengangguk ia dengan sabar menunggu penjual itu membuatkan pesanannya.

Sedangkan disisi lain. Zargo menatap sekitar sekolah dengan bingung dan khawatir yang menjadi satu "Kemana adek?"

Ia pun melangkahkan kakinya masuk kedalam halaman sekolah yang sudah terlihat sepi. Berjalan menuju kelas sang bungsu dengan perasaan khwatir takut terjadi sesuatu.

Brak

Pintu kelas terbuka kasar olehnya. Satu kata yang menggambarkan kelas dihadapannya, sepi. Tidak ada satu orang pun didalam kelas. Zargo pun merogoh saku celana jasnya untuk mengambil handphonenya, dengan lihai ia memainkan benda pipih itu. Mendial nomor sang putra yang sekarang sedang melakukan eskul, panggilan pun langsung diangkat.

"Halo yah?"

"Nevan.... Dimana adek?"

"Adek? Bukannya nunggu di depan gerbang? Tadi kan udah Nevan kasih tau."

Terdengar nada bingung dari nada bicara sang putra.

"Gak ada didepan gerbang. Yaudah deh ayah cari dulu." Zargo pun mematikan telponnya sepihak tanpa menunggu jawaban dari seberang.

Happiness for AzkanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang