Happy reading
Stay healthy and keep smilingJangan lupa Votenya!!
√√√
"Bajingan itu....!!!"
"Bagaimana ia bisa keluar?"
Tristan membungkukkan sedikit tubuhnya "Untuk itu saya kurang mengetahuinya tuan.... Tapi, para polisi yang bertugas waktu itu mengatakan ada seorang pria tua yang membantu pria itu bebas dari hukumannya. Pria tua itu bersama dengan satu orang pria lainnya tapi ia mengenakan jas hitam seperti bodyguard." Lalu menegakkan kembali tubuhnya.
"Pria tua?" Zargo berucap bingung. Pandangannya beralih pada kertas laporan yang dua hari lalu diberikan oleh Tristan dan baru dibaca oleh ya sekarang "Bukankah pria itu tak punya koneksi?"
Tristan sedikit menganggukkan kepalanya "Benar tuan, informasi yang dulu kita dapatkan pria itu memang tak punya koneksi dari orang lain. Tapi polisi disana mengatakan sebaliknya."
"Persiapkan banyak penjaga saja disekitar anak dan istriku, perketat keamanan di mansion juga. Pria itu bukan pria sembarangan, kau kembali ke kantor perketat keamanan disana juga." Zargo pun bangkit dari duduknya. Berjalan keluar dari ruang kerjanya diikuti oleh Tristan dibelakangnya.
-°-°-°-
"Siap untuk pulang?"
Azkano menampilkan senyumannya pada sang Abang. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, hari ini Azkano sudah diperbolehkan untuk pulang, namun hanya kembali bersama abangnya saja, Ardion. Yang lainnya sedang urusan masing-masing jadi tidak bisa menjemput sang kesayangan, hanya Ardion sajalah yang memiliki waktu senggang.
Ardion pun membawa tungkainya berjalan keluar dari rumah sakit menuju parkiran tempat mobilnya diparkir, dengan Azkano yang menggandeng tangannya. Berjalan beriringan dengan empat orang pria berjas hitam yang berjalan sedikit berjarak dari keduanya.
"Abang.... Om-om yang pake baju hitam dibelakang ngikutin kita." Oh, ternyata Azkano menyadarinya.
"Benarkah?" Azkano mengangguk atas jawabannya "Kalau begitu adek abang gendong saja lalu kita berlari agar om-om itu tidak mengikuti kita." Ardion berjongkok dihadapan Azkano dengan posisi membelakangi sang bocah, menyuruh nya untuk naik ke punggung lebarnya yang langsung dituruti oleh Azkano tanpa protes sedikit pun.
"Pegangan yang erat!" Ardion meluncur dengan berlari kecil. Para pria berjas hitam itu juga mengikuti tuan mereka yang berlari, tapi masih dengan jarak yang cukup jauh namun masih dalam pengawasan.
Keempat pria itu adalah bodyguard suruhan dari tuan besar mereka-Zargo. Begitu Zargo menyuruh Tristan, pria itu langsung melaksanakannya tanpa ditunda-tunda karena keselamatan para tuan dan nyonya merekalah yang terpenting. Beruntungnya Zargo, mempunyai tangan kanan seperti Tristan yang langsung sigap.
"Bagaimana? Apakah om-om itu masih mengikuti Abang sama adek?"
Sang anak yang baru saja keluar dari rumah sakit menengok kebelakang, pria-pria tadi sudah tak terlihat berarti mereka berhasil "Sudah aman bang, om-om nya udah jauh."
"Sekarang siap untuk pulang?!" Seru Ardion. Seorang mahasiswa kedokteran berwajah rupawan ini memang lumayan menyukai anak-anak. Profesinya sebagai dokter mewajibkannya mempunyai sifat periang, ramah, dan dapat disukai banyak orang. Maka dari itu, begitu mendengar bahwa ia mempunyai seorang adik yang berusia 13 tahun tapi mempunyai sifat anak kecil membuatnya begitu semangat untuk akrab dengan adiknya itu.
Tapi tidak dengan Manaf dan Nevan. Manaf kecil dulu adalah seorang yang jutek, tak suka didekati oleh abang-abangnya bahkan ayahnya pun tak mau, kecuali dengan Keeyara. Nevan kecil dulu adalah seorang anak yang tengilnya sampai membuat orang-orang ingin menenggelamkannya ke dasar lautan terdalam, mempunyai sifat jahil yang dimanfaatkan untuk mengganggu para abangnya. Entah sifat jahilnya menurun dari siapa.
"Nih.... Adek makan Snack aja."
Azkano menerimanya dengan baik. Duduk anteng dikursi depan mobil samping kemudi sambil memakan Snack kentang yang diberikan oleh sang Abang. Ardion akan menyetir mobil diikuti oleh mobil hitam milik bodyguard tadi dibelakangnya.
Perjalanan dari rumah sakit menuju mansion memakan waktu sekitar setengah jam, karena jarak antara rumah sakit keluarga mereka dengan mansion lumayan jauh dan memakan waktu. Mobil melaju dengan tenang diselingi suara musik dari mobil. Azkano asik memakan Snack tadi dengan anteng, dan Ardion yang menyetir dengan hati-hati dan tenang.
"Abang berhenti!!!"
Ardion yang kaget dengan reflek menginjak pedal rem, alhasil mobil pun berhenti mendadak. Beruntung para bodyguard dibelakang tak menabrak mobil tuannya itu karena berhenti mendadak.
"Kenapa? Ada apa?" Ujar Ardion sesaat setelah berhasil menghilangkan rasa kagetnya.
Azkano menunjukkan deretan giginya yang kecil dan rapi kepada sang Abang lalu berucap "Disitu ada tukang mie ayam, Ano mau beli." Ucapnya dengan senyum polos yang terlihat diwajahnya.
Ardion kembali terkejut. Tadi teriak dengan tiba-tiba menyuruhnya untuk berhenti ia kira ada sesuatu yang gawat atau lainnya tapi ternyata hanya ingin makan? Sungguh ajaib.
Pria itu menoleh kearah tunjuk sang adik pada luar jendela, tepatnya mengarah ke seberang jalan yang terlihat ada sebuah gerobak berwarna kuning dengan beberapa bangku berwarna hijau dibelakangnya. Tempat makan? Tapi kenapa sekumuh itu? Apakah benar-benar ada tempat makan seperti itu? Tidak higienis kan? Kira-kira itulah yang ada dalam pikiran seorang Ardion Bratajaya Nicholas.
"Itu?"
Azkano mengangguk saat sang Abang ikut menunjukan kearah pandangan nya memandang tadi. Dengan senyuman penuh semangat Azkano kembali berucap pada sang Abang "Iya, Ano pengen makan tapi maunya itu aja. Bolehkan?"
Ardion tak bisa menolak ini. Puppy eyes sang adik adalah kelemahannya, dengan segala kepaksaan dan ketidak relaan Ardion mengiyakan permintaan memakan makanan tidak higienis itu. Hanya menurut Ardion sajalah yang menganggap tempat itu tak higienis tapi tidak dengan Azkano.
"Boleh saja, tapi adek yakin mau makan disana?"
Sang bocah pun mengangguk "Yakin kok! Abang kayak ayah hihi~~" ucapnya diakhiri tawa kecil diakhir kalimatnya.
"Yaudah, ayok abang temenin." Keduanya pun turun dari mobil, tapi sebelum itu Ardion memarkirkan mobilnya dulu ke tepi lalu memberitahukan para bodyguard setelah itu barulah mereka berjalan berdua menuju seberang jalan.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Hai everyone! Maaf kalau Azkano baru bisa up sekarang hehe~
Aku beneran buntu sama alurnya, jadi kali ini aku benar-benar untuk gak up Azkano lagi!
Kenapa?
1. Setiap aku baca ulang alurnya kek gak nyambung, aku takut kalian gak nyaman. Maaf ya!2. Setiap aku mau up chapter baru, disitu aku selalu buntu. Dan makin lama, makin gak nyambung. Aku beneran takut kalian gak nyaman sama cerita ini.
3. Aku rencana mau buat yang baru lagi mungkin genrenya tetap sama, tapi pengen ada kesan berandalnyaa. Kalau Azkano sikapnya kadang suka berubah-ubah terkadang pendiam, terkadang banyak omong, dan lainnya. Jadi aku mau buat sikap dan sifat karakter utama TETAP, GAK BERUBAH-UBAH.
So, itu aja yang mau aku sampaikan. Maafin aku ya kalo Azkano udah gak up lagi, bye!!
Nanti kalau cerita barunya udh ada aku bakal kasih tau lewat 'Happiness for Azkano' jadi tolong pantau terus ya! Jangan dihapus dari perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness for Azkano
AcakSEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTENYA. Disaat keluarga orang lain sedang bersenang-senang dan anak-anak menikmati masa sekolahnya. Azkano hanya bisa memperhatikan mereka dari kejauhan... Ia juga ingin keluarga seperti itu dan sekolah seperti a...