Part 12 - Api Neraka

226 25 5
                                    

Karena dengan niat dan kemauan yang sungguh - sungguh, apapun bisa dilakukan

-SAN3-

______________________________________

“Api sekarang ini yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam hanyalah satu dari 70 bagian panasnya neraka jahanam.”

Mereka berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, api di dunia ini sungguh telah cukup (untuk menyiksa).”

Beliau bersabda, “Maka sesungguhnya api jahannam dilebihkan 69 kali lipat panasnya, dan setiap bagiannya memiliki panas yang sama seperti api di dunia.” [HR.Bukhari 3265 & Muslim 2834]

Pak Kyai berhenti sejenak, sambil menunggu waktu Isya Beliau memberikan muhadharah diniyah, atau ceramah agama usai sholat magrib berjama'ah dan dzikiran. Beliau menceritakan tentang betapa panasnya api neraka. Santri dan santriwati menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh Pak Kyai.

"Imam Muslim meriwayatkan hadits serupa dalam Kitab Shahih-nya dari An-Nu'man bin Basyir RA, dari Nabi SAW, dengan redaksi: "Sesungguhnya siksa penghuni neraka yang paling ringan adalah seseorang yang dipakaikan sepasang terompah (sandal) yang terbuat dari api hingga otaknya mendidih sebagaimana mendidihnya air yang sedang direbus. Pada saat itu, orang tersebut mengira bahwasanya dialah yang mendapat siksaan yang paling pedih, padahal ia adalah penghuni neraka yang paling ringan siksanya." (HR Muslim)"

"Tidak bisa dibayangkan kan? Bagaimana panasnya api neraka? Dan bara api neraka itu tidak lagi berwarna merah seperti api di dunia pada umumnya, melainkan berwarna hitam kelam. Jadi, siapa di sini yang tidak takut api neraka?"

"Na'udzubillahi min dzalik," ucap santriawan dan santriwati dengan kompak.

"Karena sudah datangnya waktu Isya, cukup sampai di sini, semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan. Wabillahi taufik walhidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Gue gak bisa bayangin Ar, panasnya api neraka," bisik Surya kepada Ardhian.

"Hm." Ardhian hanya membalasnya dengan dehaman.

"Mampus haha!" kata Nirwan mengejek.

"Ssst! Adzan!" ucap Ardhian memperingati.

Surya, Ardhian, Nirwan dan seluruh manusia yang berada di masjid itu pun terdiam. Mendengarkan adzan dan menjawabnya.

Ketika adzan telah selesai, semuanya membaca do'a setelah Adzan. Dan menunaikan sholat qobliyah Isya. Dilanjutkan dengan Sholat Isya berjama'ah.

Kegiatan selanjutnya adalah hafalan atau setoran ayat suci Al-Qur'an. Setoran dilakukan di aula, tempat setoran antara putra dan putri dipisah.

Ardhian mulai melantunkan ayat suci Al-Qur'an suaranya cukup bagus, ia menyetorkan 5 surah Al-Qur'an. Surya masih menghafal dengan posisi badan menghadap ke dinding aula. Sementara Nirwan ia hanya membuka lembar demi lembar Al-Qur'an tanpa dibaca.

Nirwan menghampiri Ustad Yusuf yang sedang fokus memerhatikan Ardhian yang sedang melantukan ayat suci Al-Qur'an, Nirwan berjalan dengan menggunakan lututnya. Meniru santri lain ketika berhadapan dengan Ustadz yang dalam keadaan duduk.

"Ustadz," panggil Nirwan kepada Ustadz Yusuf. Ia mengecup punggung tangan Ustadz dengan lembut.

"Iya ada apa Nirwan?" Tanya Ustadz Yusuf.

SAN 3 [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang