Part 25 - Bimbang

158 20 0
                                    

Nirwan tengah mencari obat di kotak yang terdapat simbol plus berwarna merah, tepatnya di dalam ruang UKS. Ia sedang mencari obat panas tinggi untuk sahabatnya, Ardhian. Ketika ia sudah menemukan obat yang dicarinya, ia langsung pergi melangkahkan kakinya meninggalkan ruang UKS.

Tak di sangka Nirwan bertemu dengan Arlisa yang di genggaman tangannya terdapat kantong keresek berwarna hitam, yang entah isinya apa.

"Assalamu'alaikum," salam Nirwan kepada Arlisa.

"Wa'alaikumussalam," jawab Arlisa singkat. Arlisa tersenyum samar.

"Kenapa senyum?"

"Ternyata pesantren membawa seorang Nirwan Nur Ramadhan ke jalan yang benar ya, biasanya juga langsung ngomong. Tanpa salam," ucap Arlisa terkekeh.

"Lo ini ya, gak di sekolah gak di pesantren gemesin apalagi kalau senyum kaya tadi!" ucap Nirwan mulai gombal.

"Apaan si!" decak Arlisa kesal.

"Makanya banyakin senyum, lo mah juteknya kebangetan! Hati - hati gak ada yang mau sama lo! Eh gak deng gue mau kok sama lo hehe," ucap Nirwan nyengir kuda.

Arlisa menahan agar pipinya tidak merah karena ucapan Nirwan. Nirwan selalu saja berhasil membuat ia salah tingkah begini. Tetapi, ia sudah menyiapkan payung sebelum hujan. Dia tahu seorang Nirwan Nurramadan adalah laki-laki playboy. Jadi, ia tidak akan kemakan gombalan dari seorang Nirwan Nurramadan.

"Kok pipinya merah?" goda Nirwan, ia sangat suka melihat gadis yang salah tingkah karena ulahnya. Baginya itu merupakan kesenangan yang luar biasa.

"Apasi enggak!"

"Btw lo darimana?" tanya Nirwan beralih menatap kantong kresek yang dibawa Arlisa.

"Warung," jawab Arlisa seadanya.

"Lo gak nanya gue darimana?" ucap Nirwan sembari menaik-turunkan halisnya.

"Males."

"Ya udah kalau lo gak nanya biar gue jawab. Gue dari UKS," ujar Nirwan.

"Emang gue nanya?"

"Gak sih, tapi gue mau jawab aja. Lo gak nanya gue habis ngapain ke UKS?"

"Gak peduli."

"Gue habis ngambil obat buat Ardhian, dia sakit lagi," ucap Nirwan menjelaskan.

Arlisa membelalakan matanya dengan sempurna. "HAH? SAKIT APA?!"

"Hey selow men! Gak usah ngegas!"

"Eh-" Arlisa tersenyum kikuk.

"Dari kemarin kan emang dia udah sakit, cuma dianya aja yang keras kepala. Gue udah saranin istirahat aja di kamar, eh dia malah minta anter ke toko buku. Dia bilang udah sehat kok, ya udah gue turutin," ujar Nirwan menjelaskan.

Arlisa hanya ber-oh ria.

"Lo suka sama Ardhian?" tanya Nirwan yang mampu membuat jantung Arlisa berdetak tak menentu.

"Ah enggak, kenapa lo bilang begitu?" ucap Arlisa gelagapan.

"Jangan suka Ardhian."

"Kenapa?"

"Gue cemburu," ucap Nirwan lirih.


📘📘📘

Nirwan tertawa cekikan, bayang - bayang wajah Arlisa yang cengo dan salah tingkah selalu saja muncul dipikirannya.

"HAHA MAMPUS! PASTI BAPER LO!" Nirwan tak henti-hentinya tertawa cekikikan. Jahat memang, tapi ia tidak peduli. Toh ini memang sudah menjadi hobinya.

Nirwan memang ahlinya membuat perempuan baper, salting, dan jatuh cinta padanya. Tak salah jika ia mempunyai ratusan mantan. Bagi dia, seseorang yang paling susah ditakluki yaitu Arlisa Revana. Ia penasaran dengan perempuan yang satu ini, kenapa perempuan itu tidak pernah baper padanya? Padahal ia sudah mendekatinya mulai dari kelas sepuluh.

SAN 3 [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang