Sebenarnya semua orang itu akan bisa, jika dia mau berusaha.
Surya Maulana
Setelah upacara, mata pelajaran pertama pun dimulai. Ardhian dan Nirwan sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Nirwan mendekatkan dirinya ke arah Ardhian, lalu ia berbisik. "Surya kemana ya?" Ardhian kepada Ardhian. Sedangkan Ardhian hanya membalasnya dengan mengendikan bahunya acuh.Nirwan kembali ke posisi awalnya, ia memain-mainkan pulpennya di atas meja. Sedangkan Ardhian fokus membaca buku paket yang tadi sudah dibagikan oleh petugas piket.
Pekan ini akan terus ditargetkan belajar dari pelajaran kelas sepuluh. Dikarenakan sebentar lagi akan dilaksanakan ujian. Jadi, para guru punya target tersendiri supaya anak muridnya bisa mengisi dengan mudah soal ujian, ada yang seperti Pak Wildan yang tadi itu, membahas pelajaran yang sudah berlalu, ada juga yang terus memberi latihan soal, dan masih banyak lagi cara guru lainnya. Mau bagaimanapun caranya, yang penting mencapai target. Jangan sampai ada materi yang ketinggalan dan tidak dimengerti oleh muridnya ketika melaksanakan ujian nanti.
"Oke, Bapak mau bertanya siapa yang bisa menjelaskan apa perbedaan antara Alkana, Alkena, dan Alkuna?"
Seketika kelas hening. Ada yang buka buku, ada yang sedang menghafal, ada yang seolah tidak mendengar, dan masih banyak lagi modus lainnya. Ardhian menghela nafas gusar, apakah harus Ardhian lagi yang jawab? Ardhian tidak mau jika harus dia terus yang diandalkan di kelas ini.
"PAK!" panggil Nirwan sembari mengangkat tangan kanannya. Sontak Nirwan dijadikan pusat perhatian. Ardhian melongo tak percaya, namun ia kini menghela nafas lega. Ternyata sekarang tidak harus Ardhian yang menjawab. Syukurlah....
"Nirwan kamu bisa menjelaskan?" tanya Pak Wildan.
"Gak Pak, sa-saya mau izin ke toilet Pak!" ujar Nirwan yang langsung mendapatkan sorakan dari teman-teman sekelasnya.
"WOOOOOO!" sorak warga kelas XII-IPA 3 kompak.
"Sudah jangan berisik! Silahkan Nirwan bapak kasih waktu 1 menit!" ucap Pak Wildan yang mampu membuat Nirwan membelalakan matanya sempurna.
"1 menit Pak?!" tanya Nirwan tak percaya.
"Iya 1 menit."
"Ya ampun Pak, jalan dari sini ke toilet aja lebih dari 1 menit Pak," hardik Nirwan dengan wajah memelas.
"Gak, Bapak cuma bercanda. Ya sudah sana," ucap Pak Wildan. Pak Wildan ini dibilang tegas ya tegas, dibilang baik ya juga baik. Tetapi dia tidak termasuk guru killer, hanya saja jika ia memberikan hukuman tidak kira-kira.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Pak Wildan, Nirwan segera pergi melangkahkan kakinya meninggalkan kelas.
📘📘📘
"Pak tolong beri saya waktu Pak," mohon Surya kepada petugas Tata Usaha.
"Mau sampai kapan Surya? Kamu sudah menunggak SPP selama tiga bulan, belum lagi kamu belum bayar ujian. Kalau kamu tidak membayar ujian kamu tidak akan bisa mengikuti ujian," ucap Petugas TU itu.
"Mohon beri saya waktu Pak," ujar Surya dengan menampilkan puppy eyesnya. Sembari menelungkupkan kedua telapak tangannya.
"Oke, sehari sebelum ujian, semua bayaran harus sudah lunas."
"Terima kasih Pak," ucap Surya kemudian ia mencium punggung tangan petugas TU tersebut.
Surya keluar dari ruangan tersebut dengan muka kusut dan wajah melas, seperti karyawan belum gajian. Atau seperti anak kos ketika tanggal tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAN 3 [END]✔️
HumorKisah kehidupan tiga orang pemuda dengan sifat yang berbeda-beda. Surya, cowo petakilan dan manja. Ardhian, cool boy irit sekali kalau bicara. Nirwan, cowok ganteng tukang baperin cewek. Mereka dikeluarkan dari sekolah dengan kasus yang sama. Lalu m...