Part 55 - Copet

129 23 4
                                    

Allah selalu mempunyai banyak cara untuk menyayangi umatnya.

-Ardhian Rizaldi-

Hari ini adalah hari Ahad. Setelah dua pekan penuh mereka berkutat dengan soal-soal yang membuat kepala pening. Kini mereka bisa refreshing. Ada yang pulang ada yang tidak, SAN memilih untuk tidak pulang. Dengan alasannya masing-masing.

Kini SAN hanya berdiam diri di kamar, seperti ayam yang tidak keluar kandang.

"Sebenarnya sih gue mau pulang, mau minta do'a sama Enyak dan Babeh, supaya gue dilancarin ngisi soal UNBKnya," ujar Surya yang kini tengah berbaring di atas kasur, sambil menatap langit-langit kamar.

"Terus kenapa gak pulang?" tanya Nirwan yang sedang menyisir kepala botaknya di depan cermin. Ia masih tidak percaya diri dengan kepalanya yang botak, seperti jarum pentul.

"Sayang duit, bolak-balik dari pesantren ke rumah kan perlu ongkos, mendingan nanti aja pulangnya setelah UNBK."

"Mau pake duit gue?" tawar Ardhian yang sedang duduk di meja belajarnya. Ardhian memang kelewat rajin. Hari libur pun ia gunakan untuk belajar.

"Gak ah malu gue, pake duit temen mulu," ujar Surya merasa malu. Ia merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Malu? Udah seharusnya sesama manusia harus saling membantu," ujar Ardhian yang matanya fokus kepada buku yang sedang di pegangnya.

"Ya kali gue mulu yang dibantu? Kali-kali gue dong yang membantu," ujar Surya.

"Lo kan udah ngebantu," kata Nirwan sembari menaruh sisir di atas meja.

"Bantu apa?"

"Bantuin gue baean lagi sama Ardhian."

"Eh iya hehe," jawab Surya nyengir kuda.

"Mau pake duit gue?" Sekarang Nirwan yang menawarkan diri.

"Gak deh, gue di sini aja."

"Ya udah terserah."

Tok... Tok... Tok...

"Ar kok pintunya bunyi sendiri? Jangan-jangan pintunya angker?! Atau kesurupan? Atau lagi kerasukan?" ujar Surya, ia bersembunyi di balik selimut. Nirwan yang melihat itu pun langsung melemparkan Surya menggunakan bantal yang terdapat banyak pulau.

"Itu ada yang ngetuk pinter!" decak Nirwan kesal.

Karena satu-satunya yang sedang berdiri itu Nirwan, mau tak mau Nirwanlah yang membuka pintu tersebut. Ketika benda persegi panjang tersebut terbuka, nampaklah Udin dengan wajahnya yang cerah, secerah pelembab yang sering dipake Enyaknya Surya.

"Assalamu'alaikum," ucap Udin.

"Wa'alaikumussalam."

"Ada apa Din?" tanya Nirwan bingung pagi-pagi begini Udin ada di depan kamarnya.

"Itu kata Pak Kyai ada telepon dari keluarga Ardhian," ucap Udin menjelaskan tujuan kedatangannya.

"Ya udah makasih infonya," ucap Nirwan.

"Sama-sama, Udin pamit ya. Assalamu'alaikum," ucap Udin kemudian pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Nirwan yang masih setia berdiri di ambang pintu.

"Wa'alaikumussalam."

Sepeninggalnya Udin, Nirwan segera masuk ke dalam kamarnya untuk segera memberitahukan info tersebut kepada sahabatnya, Ardhian.

"Ar, katanya ada telepon dari keluarga lo," ujar Nirwan kepada Ardhian yang masih anteng membaca buku.

"Oh oke."

SAN 3 [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang