🦋Happy Reading🦋
***
Kaki Adel melangkah ke rumah sakit di kota. Entah apa yang Adel lakukan di situ. Melewati setiap lorong rumah sakit. Wajahnya makin pucat, seakan berjalan pun gadis itu tak bisa.
Adel memasuki ruang yang menjadi tujuannya saat ini. Di sana sudah terdapat sosok wanita muda.
"Hay!" Sapanya.
"Hay kak!" Jawab Adel lirih.
"Sini sayang, kenapa tiba-tiba mau menemui kakak?" Tanya Wanita seraya merangkul pundak Adel. Wanita itu membawa Adel duduk di sofa.
"Adel mau tanya kak."
"Mau tanya apa sih sayang?"
"Kira-kira hidup Adel bertahan sampek kapan ya kak? Apa dengan cuci darah hidup Adel akan lebih lama lagi?"
"Cuci darah hanya untuk menggantikan fungsi ginjal kamu yang rusak Del. Semua kehendak tuhan Del, banyak berdoa dan berusaha.."
"...tapi kakak lihat-lihat kondisi kamu lebih baik dari sebelumnya. Dan itu adalah kemajuan Del. Apa ada orang yang mengispirasi kamu sampek kamu berjuang sejauh ini?"
Adel tersenyum mendengar pertanyaan yang wanita itu tanyakan."Ada Kak, ada seseorang yang harus aku perjuangkan. Ada seseorang yang harus aku bahagiakan. Bahkan orang itu sangat berarti dalam hidup aku Kak."
"Bagus deh kalau gitu, Kakak turut senang mendengar ada orang yang membuat kamu semangat untuk sembuh."
"Makasih ya kak udah bantu Adel."
"Udah jadi tugas ku Adel. Hmm..kamu enggak mau kakak kamu tau soal ini Del?" Tanya Wanita.
"Adel enggak mau ngerepotin kak Siska lagi. Udah cukup Adel selama ini ngerepotin Kak Siska."
"Tapi Del, Kakak enggak mau ambil resiko dengan keadaan kamu yang sekarang."
"Enggak papa kak. Kak Gita jangan bilang-bilang kak Siska ya kalau Adel sakit." Pinta Adel.
"Iya Del."
"Makasih kak!"
"Yaudah sekarang ayo kita ke ruang homodialisis."
Mereka berdua berjalan keluar ruangan dan menuju ruangan lainnya. Adel masih memikirkan Gracie saat ini. Di satu sisi ia mau hidup selamanya dengan Gracie. Namun di sisi lain ia di tampar kenyataan bahwa ia tak mungkin bisa selamanya dengan Gracie.
Hati Adel merasa perih melihat darah yang mengalir di dalam tubuhnya menggunakan selang. Tak hanya itu batinnya juga menangis. Tak kala semua orang di dalam banyak yang di temani oleh sanak saudara. Sedangkan ia sendiri.
Drutt!
Ponsel Adel berbunyi di dalam sakunya. Gadis itu segera mengambil ponselnya. Tertera di layar dengan nama Gara. Adel urungkan niatnya untuk mengangkat telfon itu. Bukan tak mau, sejujurnya Adel juga sangat merindukan Siska.
YOU ARE READING
Distant feeling
Teen FictionFollow dulu lahh minimal. Terima kasih Graciella yang tengah berusaha melupakan masa lalunya yang begitu pahit untuk diingat. Apa lagi masa lalu yang meninggalkan luka begitu dalam baginya. Namun ia bertemu dengan Adel yang akan mengajarkan bukan m...