Pertemuan Pertama

1.3K 194 14
                                    


Suasana kantin pusat Universitas Adyatama tidak begitu ramai. 3 orang yang duduk di meja pojok itu sedang sibuk dengan makanan masing-masing. Namun, kenyamanan itu tidak bertahan lama karena tiba-tiba ada suara nyaring yang memanggil nama Jevano.

"Jevaaanooooo!!!" Sindi, wanita centil yang memang diincar Jevano beberapa hari lalu itu datang padanya tanpa diminta.

Ketiga lelaki yang mendengar itu memilih untuk mengabaikannya, melanjutkan acara makan yang sempat tertunda.

"Ihhhh Jevanooo kamu katanya mau ngajak aku nginepp? Kapann??" Tanya Sindi saat sampai di meja tempat Jevano dan kedua temannya duduk.

Gadis itu menarik kursi di meja samping untuk duduk di dekat Jevan dan memeluk lengannya. 

Hanan yang melihat itu berdecak sebal, "Ckk! Gak liat apa lo orang lagi makan?"

Sindi meliriknya sinis, "Apaan sih lo! Emang gue ngomong sama lo!"

"Kedengeran sampe sini tai! Ganggu aja"

Regan tidak terganggu, lelaki itu masih fokus pada mangkok baksonya. Pemandangan seperti ini sudah biasa untuknya, ia juga terlalu malas meladeni cewek centil seperti Sindi.

Jevan meletakkan sendoknya, "Oke nanti malem. Mau dimana?"

Sindi tersenyum senang. Kapan lagi diajak hangout dengan Jevano Diratama. Setelah ini ia mungkin akan memamerkannya pada seluruh penghuni kampus, "Terserah kamu, aku ikut." 

"Hotel The Glory, nanti malem jam 9. Bilang aja reservasi Jevano." Ucap Jevan santai.

"Loh..Kamu nggak jemput aku?" Tanya Sindi.

Jevan menggeleng sebagai jawaban. Memangnya sejak kapan dia menjemput wanita? Merekalah yang selalu datang sendiri padanya. Jevan hanya akan menghampirinya kalau dia ingin, jika tidak para wanita itu hanya akan menghabiskan waktu untuk menunggu.

"Lo pernah denger sejarahnya ada cewek dijemput Jevano?" Tanya Regan pada wanita di depannya.

Sindi menggeleng, "Enggak."

Hanan yang mendengarnya pun tertawa mengejek, "Sindi-sindi, itu berati lo nggak cukup spesial buat dijemput sama temen gue."

"Berati. Posisi lo sama kayak cewek-cewek yang biasanya dipake sama temen gue." Regan menambahi.

Sindi kesal mendengarnya. Ia semakin merapatkan diri pada Jevan, mengeratkan pelukan pada lengannya, "Kalo kamu nggak jemput aku nggak dateng!" Ancamnya sok imut.

Jevan menoleh menatap wanita di sampingnya, "Lo pikir gue perduli?"

Lelaki itu berdiri, melepas kasar pelukan sindi di lengannya. Ia kemudian menatap kedua temannya, "Gue cabut dulu, mau tidur bentar."

Sindi yang mendengar itu langsung ikut berdiri, "Jevannn....Aku ikut, aku temenin." Rengeknya.

Jevan berdecak sambil menatapnya tajam, "Ck, bisa diem ngga sih panas gue deket-deket lo. Minggir!"

Sindi yang mendengar bentakan itupun terkejut, ia kemudian memberikan jalan pada Jevan untuk pergi meninggalkan kantin. 

"Nanti malem jam 9 jangan lupa!" Hanan berteriak dan dibalas acungan jempol Jevan tanda mengerti.

"Kalian mau kemana malem ini?" Tiba-tiba Sindi bertanya.

Hanan meliriknya sinis, "Apaansih sok akrab lo jablay!"

Regan hanya tertawa sambil menggendong tasnya, "Ayoklah kita pergi, udah gerah gue deket-deket jablay."

"Yok" Mereka beranjak pergi dari kantin meninggalkan Sindi yang kebingungan sendiri.

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang