Don't believe

730 123 9
                                    





~~

Pagi ini Gauri bersiap untuk pergi ke suatu tempat, ia sudah memikirkan ini sejak lama. Tempat yang sebelumnya sangat haram untuk didatangi namun sekarang sangat ingin ia kunjungi. Beberapa minggu terakhir ini hidupnya kembali normal dan indah.

Kabar yang ia terima dari Yessa, Serena sudah pindah bersama ibunya. Kemudian hubungannya dengan Jevano juga berjalan baik tanpa masalah, lelaki itu selalu memperlakukannya dengan baik dan memprioritaskannya diatas apapun.

Gauri juga sudah mulai membuka diri dengan keluarganya, seminggu yang lalu ia menghabiskan waktu bersama Johny dan Sabian untuk belajar membuat keramik. Ia juga mengirimkan beberapa untuk Ibu Sabian, adik dari ibunya.

Meskipun masih membatasi diri, setidaknya Gauri sudah tidak menolak jika kedua sepupunya itu akan datang berkunjung atau menemaninya pergi ke makam Ayah Ibunya.

Maka hari ini ia memutuskan untuk pergi sebentar ke kantor Johny, sekalian berpamitan karena ia berencana pergi ke bandung untuk dua malam kedepan bersama Jevano, Naresh, dan Winola. Double date katanya.

"Nitip toko sebentar ya, aku balik jam 11. Sebelum makan siang, sekalian nanti aku beliin hokben deh." Pesan Gauri pada Nindi. Ia tidak bisa menutup toko hari ini karena ada beberapa pelanggan yang rencananya akan mengambil pesanan, untung saja Nindi tidak sibuk dan bisa membantunya sebentar.

Nindi mengacungkan jempolnya, "Bento spesial 4, sama tambah seporsi ebifurai deal?"

Gauri mengangguk, "Siap. Aku kasih plus es dawet Mang Yono deket halte deh."

"Yesss!" Nindi berseru senang, makan siangnya aman hari ini. "Hati-hati, kalo busnya susah chat gue atau Jevan biar dijeput.

"Okayy. Aku duluan! Buat pesenan udah aku packing sama tulisin semua namanya. Jangan kebalik ngasihnya." Gauri berjalan keluar toko setelah mendapat anggukan semangat Nindi sebagai jawaban. Entah kebaikan apa yang ia perbuat di kehidupan sebelumnya sampai-sampai tuhan memberinya sahabat sebaik mereka.

~~

Jarak toko dan kantor kakak sepupunya itu cukup jauh, Gauri harus berpindah bus sebanyak dua kali untuk sampai disana. Namun akhirnya gadis itu sampai di gedung tinggi milik Garyatama, ini pertama kalinya Gauri datang dan ia cukup terkejut. Tidak menyangka jika kantornya akan sebesar ini, bukannya Johny bilang ia baru merintis?

Manusia mana yang merintis usaha dari gedung berlantai setinggi ini? Berapa modalnya?

Kaki panjangnya melangkah masuk ke dalam gedung, menghampiri meja resepsionis yang langsung bisa dilihat dari depan pintu masuk. 

Gauri merasa ada beberapa orang yang memperhatikannya, menurutnya wajar. Lagipula siapa yang tidak aneh ketika melihat seorang gadis dengan gaun pink bunga-bunga berjalan di tengah hiruk pikuk kantor yang penuh dengan manusia berpakaian formal.

"Permisi mbak?" Sapa Gauri pada resepsionis yang menyambutnya dengan senyuman ramah.

"Ada yang bisa dibantu?"

Gauri mengangguk singkat, "Saya bisa ketemu sama Johny Garyatama?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Resepsionis itu tampak memandangnya bingung sebelum kemudian kembali bertanya, "Kalau boleh tau atas nama siapa?"

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang