Yang Tidak Diharapkan

1.1K 149 8
                                    

**

Toko kue bertuliskan "La Creme" milik Nenek Jevano sore itu tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung yang duduk di meja kecil di pojok ruangan. Toko kue ini memang tidak besar, bangunan 2 lantai ini hanya berisi sebuah etalase dengan kue berjajar serta meja kursi kecil yang tersebar di seluruh ruangan. Sedangkan lantai 2 biasanya hanya dibuka untuk reservasi-reservasi tertentu.

Gauri berjalan pelan dibelakang Jevano. Mereka baru saja mampir untuk membeli puding kesukaan Ayah Jevano. 

"Mas Jevan, mau ketemu oma?" Salah satu pegawai dengan nametag Lusi terlihat tersenyum ramah menyambut mereka berdua.

"Iya mbak. Oma ada?" Jevano yang menjawab.

"Ada, sebentar saya panggilkan." 

Jevano mengangguk kemudian menarik pelan tangan Gauri dibelakangnya, "Kenapa sembunyi dibelakang gitu?"

Gauri menggeleng, "Malu aja."

"Malu apanya orang cantik gini." Lelaki itu merangkul bahu kekasihnya lembut.

"Jevan. Kok nggak bilang mau datang, kue kesukaan kamu udah habis." Seorang wanita tua yang masih terlihat cantik keluar dari dapur belakang. "Ya ampun siapa ini cantik sekali." Lanjutnya melihat keberadaan Gauri disamping cucu kesayangannya.

"Aku cuma mampir sebentar oma." Jevan tersenyum sambil meraih tangan Neneknya. "Kenalin ini Gauri." 

"Kenalin Oma aku Gauri." Gadis cantik itu dengan sopan mencium tangan yang lebih tua disertai senyuman tulus.

"Cantiknya, pacar kamu ya ini?" 

Jevan tersenyum bangga, "Keliatannya gimana?"

"Kalo nggak pacar mana kamu bolehin kesini iya kan?" Nenek tua itu bicara dengan nada menggoda, pasalnya selama ini setiap dirinya bercerita ada teman kampus Jevan yang datang dan menyapanya. Maka itulah terakhir kali mereka kemari, setelahnya Jevan akan melarang semuanya untuk kembali datang.

"Duduk dulu ya. Oma baru aja selesai buat croissant coklat pakai almond, Gauri pasti suka." Lanjutnya antusias.

Baru saja Gauri akan menjawab namun Jevan lebih dulu bicara, "Bungkus aja Oma, aku buru-buru mau bawa Gauri kerumah."

"Oma ketinggalan banyak ini kayaknya ya bang?"

"Nanti aku bawa kesini lagi lain kaliii." 

"Ohh harus dong! Nanti kita bikin kue bareng ya cantik. Aduhh cantiknya, pinter banget kamu kalo cari cewek." 

Gauri tersenyum cerah, rasanya berbeda ketika Nenek kekasihnya itu memuji dan menerimanya dengan baik. Gauri menyukainya.

"Oma, aku bawain cangkir buat minum teh." Gauri menyodorkan paperbag berisi satu set cangkir yang ia buat sendiri.

"Dia bikin sendiri loh." Jevan menambahi.

"Oh yaa? Pintar sekali kamu cantik."

Jevan menatap interaksi kedua wanita kesayangannya itu. Jika Ayahnya sulit, setidaknya ia mendapatkan sang Nenek dipihaknya. 

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang