Dinner

825 135 43
                                    



~~

"Lo kenapa sih dari pagi mondar-mandir bongkar lemari? Nggak ke toko?" Tanya Winola heran. Pasalnya sejak pagi tadi Gauri terlihat sangat sibuk membongkar almari miliknya seperti mencari sesuatu.

"Temenin beli dress yuk la?" Bukannya menjawab pertanyaan sang sahabat, Gauri malah membalasnya dengan hal lain.

"Dress buat apa?"

Gauri mengacak rambutnya pelan sebelum menjawab, "Kata Jevan aku diajak sama dia buat ikut makan malam dirumah mereka. Plisss banget aku harus cantik."

"Cuman orang gila yang bilang lo nggak cantik anjir." Sahut Winola cepat. 

Garuri melirik sahabatnya sambil berdecak sebal, meskipun cantik tetap saja ia harus berdandan agar terlihat pantas bersanding dengan Jevan kan? 

Gadis itu kembali membogkar seluruh isi almarinya. Sejujurnya jika dilihat, sudah ada banyak sekali dress cantik yang tergeletak begitu saja diatas ranjang. Gauri tidak menganggapnya ada, ia malah berkali-kali mengucapkan,

"Sumpah aku tuh gak ada baju cantik laa, ayo beli sebentar ke butik langganan Nindi itu."

Winola menggaruk kepalanya bingung, "Liat yang ini bahkan belum lo pake, ini lo beli katanya karena mau jadi kayak Serena." ia menyerahkan satu dress berwarna merah hati pada gadis di depannya.

Gauri menggeleng, "Jelek banget masak aku dimiripin sama Serena." oh sepertinya gadis ini amnesia. Siapa yang kemarin mati-matian merubah diri agar menjadi seperti idaman Jevan?

"Emang acaranya gimana? Semi formal kah? Atau formal? Atau santai?" Winola menarik sahabatnya untuk duduk diatas ranjang.

Gauri tampak berpikir sebentar. Jevan tidak mengatakan apapun tentang pakaian, lelaki itu hanya berkata jika ia harus ikut makan malam keluarga Diratama dan akan menjemputnya pukul setengah 7 malam.

"Yang penting sopan nggak sih? Dan nggak berlebihan?"

"Yaudah kan? Baju lo kan udah gitu semua? Lagian mau apapun yang lo pake tuh si Jevan pasti komentarnya cantik banget sayang." Ucap Winola mencibir, "Lo nggak pake apa-apa aja juga dibilang cantik? Iya kan??" Lanjutnya menggoda.

"Nggak lah apaan sih!" Gauri mendorong Winola keluar dari kamar, "Yaudah sana keluarrr!!"

"Loh nggak jadi beli baju???!!" Winola menolak keluar kamar, "Atau mau beli lingerie aja siapa tau mau nginep terus-"

"WINOLAAAA!!!!" Gauri menutup pintu kamarnya kasar dibalas suara tawa menyebalkan sahabatnya itu.

Gauri tidak membantah, kekasihnya itu memang selalu melontarkan pujian tidak tau tempat. Alhasil semua orang suka menggodanya seperti itu, namun disisi lain ia juga selalu menyukai semua pujian yang diberikan Jevan untuknya. Gauri ingin terus mendengarnya.

~~

Jevan terdiam di dalam kamar dengan segala pemikirannya. Meskipun jawaban gadisnya terdengar penuh antusias tetap saja ia khawatir. Jevan begitu mengenal baik keluarganya, melihat bagaimana dengan mudah sang Ayah memintanya untuk membawa Gauri itu cukup menganggu pikirannya.

Apalagi yang akan dilakukan pak tua itu? Jevan benci dirinya yang lemah dihadapan keluarganya. Namun didikan sang Ayah yang memintanya untuk menjadi anak yang baik setidaknya di depan keluarga besarnya itu sudah sangat tertanam.

Jevan mungkin akan menjadi anjing liar yang mampu mengalahkan siapapun diluar sana, namun jika itu menyangkut Nathan dan kedua Orang Tuanya Jevan akan mengalah. 

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang