Fault

450 82 6
                                    





~~

"Si Jevan belum ngabarin?" Winola masuk ke dalam kamar Gauri dengan segelas susu putih hangat di tangannya.

Gauri memang sedang tidak sehat beberapa hari ini, gadis itu diserang flu karena beberapa waktu lalu sibuk mengurus toko dan sempat kehujanan saat akan pulang ke kontrakan.

"Belum, aku mau telfon tapi takut ganggu deh." 

Winola berdecak sebal, "Se-sibuk apapun orang skripsian tuh gak sampe deh lupa sama ceweknya."

Gauri mengerucutkan bibirnya sedih, ia sendiri bingung sekarang. Akhir-akhir ini Jevan jarang mengabarinya, paling hanya sekali sehari untuk menjalankan rutinitas bertelepon mereka pada malam hari. 

"Gak usah sok imut gue bukan cowok lo, nih minum." Winola menyodorkan gelas itu pada Gauri, "Nanti kalo ketemu di kampus gue jambakkin."

"Jangan dongg kasiannn-"

"Lebih kasian lo, udah kayak orang tipes." Winola berjalan membuka jendela kamar Gauri, "Nanti Nindi pulang cepet buat nemenin lo ke dokter. Harus mau!"

Gauri mengangguk setuju, lagipula kepalanya seperti semakin berat. Mungkin ia memang butuh dokter, "Nindi nggak sibuk?"

"Udah dibilang sesibuk apapun skripsian tuh pasti tetep ada gabutnya, jangan mau digoblokin mulu sama cowok lo."

"Kan dia belajar di perusahaan juga."

"Nah kalo itu sih nggak tau sibuknya gimana, gue miskin sih."

Sebenarnya bohong jika Gauri tidak ovethingking. Ada sedikit rasa takut yang muncul kenapa Jevan tidak menghubunginya se-intens dulu. Sebelum ini, lelaki itu paling vokal dalam urusan komunikasi.

Gauri bisa memahami bagaimana sibuknya Jevan dalam pendidikan sekaligus karir yang lelaki itu kejar dalam waktu yang bersamaan, ia sendiri merasakan saat harus putus sekolah demi mempertahankan usaha orang tuanya. 

Setidaknya Gauri masih bisa sedikit tenang karena lelaki itu tidak melupakan kebiasaan mereka bertelepon sampai larut malam.

"Oh iya Ri," Winola menatap sahabatnya yang masih duduk diatas ranjang, "Kemaren pas gue tanya ke Naresh tentang Jevan, dia cuma bilang satu hal."

"Apa?" Tanya Gauri penasaran.

"Apapun yang terjadi lo harus percaya sama Jevan dan jangan sekalipun ambil keputusan sendiri."

Gauri mengernyitkan dahinya bingung. Menatap Winola yang melangkah keluar dari kamarnya, selama ini memang ia selalu percaya dengan kekasihnya.

Jevan juga selalu menceritakan apapun padanya, hal itu sedikit demi sedikit membuat rasa percaya Gauri menjadi semakin kuat. Namun kembali ke kasus awal, akhir-akhir ini Jevan jarang berbagi dengannya. Saat bertelepon lelaki itu hanya akan menceritakan kegiatan selama satu hari penuh.

Gauri pikir mereka sedang tidak berada dalam masalah apapun? Lalu apa maksud Naresh?

~~

Jevan menghembuskan nafas lelah, di depannya ada setumpuk berkas yang harus ia selesaikan sore ini. Belum lagi revisi naskah skripsi miliknya yang harus dikumpulkan lusa, kepalanya terasa sangat berat.

Hampir sebulan ini Jevan benar-benar dibuat sibuk. Apalagi selama ini lelaki itu tidak terbiasa untuk sibuk dengan urusan serius semacam ini. Biasanya Jevan hanya akan sibuk nongkrong dengan teman-temannya atau berpacaran dengan Gauri.

Jadi ketika tiba-tiba diberi tanggung jawab yang cukup besar secara mendadak seperti ini tubuh dan otaknya cukup terkejut. Jevan jadi kurang mempersiapkan diri, termasuk dalam hal mengelola waktu. Bahkan sekarang hari libur saja ia gunakan untuk menyelesaikan tugas,.

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang