~~
"Jadi kamu beneran yang bantuin Clarine?" Jevano melontarkan pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya. Saat ini mereka berada di apartemen Jevano, beberapa menit yang lalu lelaki itu baru saja selesai menceritakan apa yang terjadi dirumah sebelum ia menemui Gauri.
Gauri mengangguk singkat, tangan gadis itu masih sibuk membolak-balik telur diatas teflon. Keduanya memutuskan untuk makan malam masakan Gauri hari ini.
"Sebenernya bisa dibilang aku cuman ngasih saran aja ke Bang Johny buat coba terima Clarine, bukan yang gimana-gimana. Ya syukur sih kalo ternyata saranku diterima."
Jevano mendengus mendengar pernyataan Gauri, tentu saja sarannya diterima. Mana mungkin tidak? Bisa dibilang Gauri adalah tahta tertinggi Garyatama untuk saat ini.
"Dia tadi nitip terimakasih buat kamu."
Gauri meletakkan semangkuk scrambled egg panas diatas meja, "Sama-sama Clarine semoga betah disana." Balasnya tersenyum manis, "Tapi aku penasaran loh."
Jevan menoleh menatap Gauri sambil menyendok sedikit kuah sup yang masih panas, "Penasaran apa?"
"Masak sih kamu nggak suka Clarine?" Gauri menatap Jevan jahil, "Secara dia kayaknya tipe kamu banget deh."
"Tipeku yang kayak apa emang?"
Gauri mengendikkan bahunya acuh, "Orang yang punya tipe kamu kok nanya ke aku."
Jevan terkekeh melihat ekspresi aneh Gauri, "Aneh lagian. Udah dapet yang tanpa cela kok masih ngomongin tipe." Ia bangkit dari kursi yang didudukinya, "Lepasin dulu peletnya biar aku bisa suka Clarine."
Gauri melepaskan lingkaran tangan Jevan pada pinggangnya, "Apasihh aku gak pake pelet ya?!!"
"Tapi kok aku bisa cinta banget gini, kayak kena pelet. Sampe gak bisa liat yang lain lohh." Bukan melepaskan pelukan, Jevan justru semakin erat memeluk kekasih cantiknya.
"Emangnya kamu mau suka yang lain??" Tanya Gauri sebal.
"Lohh kamu kan tadi yang bilang masak aku nggak suka Clarine." Jevan semakin ingin menjahili gadis itu, "Terus kalo dipikir iya juga, kenapa aku bucin banget gini sama kamu? Main pelet ya?"
"Enggak ihh! Nyebelin!! Itu kan bercanda aja!" Gauri berbalik melingkarkan tangannya pada leher Jevan, "Emangnya kamu beneran pengen suka Clarine?"
Jevan tampak berpikir sejenak, "Dia cantik sih-"
"Awas aja kalo kamu suka dia nanti aku hempasin dia." Potong Gauri cepat.
"Hempasin gimana?" Jevan menahan setengah mati untuk tidak tertawa, menggoda Gauri tenryata menyenang kan.
"Hempasin hushh-hushhh biar ga deket-deket kamuuuuuu, " Gauri mendekatkan bibirnya pada leher Jevan, menyesapnya pelan berusaha meninggalkan jejak kemerahan disana. "Udah aku tandainnn!" Ia kembali memeluk erat leher lelaki itu.
Jevan melongo kaget, ini Gauri berbalik menggodanya apa bagaimana?
"Siapa yang ngajarin gitu?" Tangan Jevan menggelitik pelan pinggang ramping Gauri.
"Kamu." Balas Gauri polos. Jevan meringis pelan, benar juga. Ia yang mengajarkan Gauri berzina-
"Tapi aku sukaaa hihihi," Ini juga ia yang mengajarkan, lebih tepatnya mengotori otaknya.
Ya tuhan maafkan Jevano, tapi terimakasih juga karena gadisnya mudah diajari.
Jevan mengecup pelan bibir merah Gauri, "Kalo suka berati harus sering-sering dilakuin biar bahagia." Jangan dipikir ia akan tobat setelah berhasil meracuni otak kekasihnya, tentu saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pottery
RomanceJevano Diratama adalah putra pertama dari pengusaha ternama Hardi Diratama yang namanya sudah sangat dikenal di dunia bisnis. Seperti konglomerat pada umumnya, dari kecil Jevan selalu diajarkan untuk bersikap terhormat. Belajar bisnis sejak kecil da...