Orang Baru

958 151 42
                                    






~~


"Abang?" Suara halus itu terdengar bersamaan dengan ketukan pelan pada pintu kamar Jevano.

Lelaki ini memang hanya tidur dikamar seharian sama sekali tidak berkegiatan kecuali menelepon sang kekasih beberapa jam yang lalu.

"Apa Bun?" Sahutnya kemudian.

Pintu itu terbuka disusul dengan Ibunya yang masuk dengan membawa beberapa stelan jas berwarna hitam.

"Buat apa?" Tanyanya bingung, pasalnya selama ini Jevano hanya akan memakai jas ketika ada acara resmi atau jika ia harus menemani Ayahnya ke acara perusahaan.

"Makanya keluar kamar." Fanni mendengus melihat putranya yang terbaring malas di sofa sejak pagi tadi, "Nanti malem ada pesta kecil-kecilan dibawah buat kolega-kolega Ayah. Nanti turun sebentar."

"Dalam rangka?"

"Ya untuk mempererat silaturahmi aja, membangun relasi yang baik itu kan penting. Jadi kalo udah dapet ya dipertahankan biar nggak putus." Jelas sang ibu.

Jevan mengangguk paham. Jika diingat kembali memang bukan pertama kali sang Ayah membuat acara semacam ini dirumah. Hanya saja biasanya Jevano memilih untuk pergi dan pulang saat acara itu selesai. 

Ia terlalu malas digunakan sebagai alat penjilat untuk orang-orang haus kekuasaan seperti mereka.

"Bunda tau nggak Garyatama? Yang kemaren cucunya baru aja buka cabang baru teknologi blockchain Singapore disini." Jevan bertanya dengan antusias, rasa ingin memamerkan siapa Gauri pada kedua orang tuanya itu sudah sangat mengebu-gebu.

"Tau. Temenmu bukan sih? Siapa namanya ya? Johan?"

"Johny Bun, bang Johny. Dulu dia pernah bantuin Ayah pas keuangannya diretas mantan sekrenya."

Fanni mengangguk, "Oh dia inget, dulu masih mahasiswa ya kalo nggak salah. Keren ih sekarang udah bikin perusahaan sendiri."

Jevan tersenyum senang, "Ternyata dia sepupuan sama pacarku Bun, ibunya Gauri masih bagian dari Garyatama. Keren kan pacarku?"

Lagi-lagi Fanni mengangguk. Sebenarnya ia sudah menduga cepat atau lambat Jevano pasti akan mengungkit ini. Isu lembaga hukum Garyatama yang membantu Gauri di masalah kemarin tentu saja sudah ia ketahui apalagi ini menyangkut Gladys, keponakannya. 

Tentu saja kekasih putranya itu langsung menjadi bahan pembicaraan di keluarga besar mereka, karena berhasil membuat salah satu cucu kesayangan keluarga mereka menerima surat peringatan hukum.

Sebelum ini, tidak pernah ada oknum yang berani membawa keturunan Diratama berurusan dengan hukum. Gauri adalah yang pertama.

"Yang keren itu keluarganya, pacarmu kan nggak ngapa-ngapain? Masih gitu-gitu aja." Ucapan tajam Fanni sontak membuat senyuman Jevan luntur, "Udah bang, tetep aja Gauri bukan siapa-siapa. Kamu masih muda, nggak usahlah serius-serius dulu. Masih banyak yang bakal kamu temuin di tahun-tahun selanjutnya. Jangan ngerasa hidup kamu berhenti di dia."

Wanita cantik itu melangkah keluar setelah meletakkan dasi di meja kamar, "Itu udah Bunda siapin, turun jam 7 malam. Jangan telat oke?"

Jevano tidak menjawab apapun, membiarkan sang Ibu keluar dari kamarnya. Jadi jalur mereka belum berhasil terbuka?

~~

"Sumpah anjing si Gladys tebel muka banget sialan!" Nindi membanting tasnya keatas sofa ruang tengah.

Mereka berdua baru saja melabrak Gladys, namun gadis itu justru terlihat tidak merasa bersalah. Apalagi ada si menyebalkan Serena dibelakangnya!

"Dia tuh udah jelas dipaksa sih sama Serena gue yakin banget!" Winola menyahut dibelakangnya.

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang