Sick

600 91 11
                                    







~~

"Lo tuh banyak pikiran ya pasti? Asam lambung lo naik parah, salah satu pemicunya tuh pikiran! Mikirin apa lo?" Nindi menatap tajam Gauri yang terduduk lemah di ranjang rumah sakit.

Disamping gadis itu ada Jevan yang sedang sibuk mengikat rambut panjang Gauri karena baru selesai berganti baju.

Beberapa saat yang lalu empat lelaki itu datang dengan heboh, apalagi Jevan yang langsung memeluk Gauri dan mengucapkan maaf sambil menangis. Agak lebay memang.

"Enggak ada, emang kalo lagi sakit kan makan jadi nggak enak. Akhirnya asam lambung naik deh." Sangkal Gauri desertai senyuman manis pada bibir pucatnya.

"Awas aja kalo ketahuan banyak pikiran gara-gara ini cowok babi!" Winola melempar bantal sofa di tangannya ke arah Jevan.

Lelaki itu sejak tadi diam, sama sekali tidak membantah atau berkomentar apapun selain meminta maaf. Karena memang ini kesalahannya.

"Udah enakan sayang?" Tanya Jevan hanya fokus pada Gauri. Ia tidak menjawab cacian dari kedua gadis iblis tadi.

Gauri mengangguk, "Udah dapet infus nih." menunjukkan infus yang terpasang rapi di tangan kirinya.

Jevan menatap sedih Gauri. Sejak datang tadi gadis itu menyambutnya dengan senyuman hangat, bertanya apakah dirinya tidak sibuk sehingga bisa datang kemari. Tentu saja hal ini membuat Jevan semakin merasa bersalah karena jarang meluangkan waktu untuk menemui kekasihnya.

"Udah sakit gini aja laki lo baru mau dateng. Coba kalo enggak, taun depan kali tuh datengnya." Sarkas Winola tanpa menatap Jevan. Perempuan itu duduk manis di sampaing Naresh sambil memakan camilan yang tadi sempat ia beli.

Gauri tersenyum tipis mendengarnya, "Kalian kan udah mulai sibuk skripsian Winola. Wajar aja kalo sibuk."

Nindi memutar bola matanya malas, "Mau aja dikibulin. Dosbing juga ogah kali liat muka cowok lo setiap hari, alesan aja tuh."

Jevan menghela nafas lelah, meskipun rasanya ingin sekali menjawab sindiran-sindiran itu dengan kalimat pedas namun rasanya itu akan membuat Gauri semakin sakit.

"Kamu beneran cuma asam lambung aja kan sayang?" Tanya Jevan menggenggam erat tangan dingin Gauri.

Belum sempat gadis itu menjawab Winola sudah mendahuluinya, "CUMA?CUMA? Heh?! Asam lambung itu salah satu penyebab kematian terbesar tau gak! Bisa-bisanya cuma-"

"Lo bisa diem gak sih la? Gue cuma mau ngobrol sama cewek gue aja lo recokin mulu." Balas Jevan pada akhirnya. Kesabarannya sudah mulai habis menghadapi ucapan pedas sahabat Gauri itu.

Nindi berdecih singkat, "Kemaren-kemaren kemana. Giliran sakit aja malah diajakin ngobrol."

"Lo berdua kalo nggak ada di posisi gue gak usah ikut campur!" Nada bicara Jevan mulai meninggi, hal ini otomatis memancing perhatian Naresh dan Regan.

Naresh melirik Jevan tak suka, "Lo jangan bentak cewek gue dong kalo cuma buat nutupin rasa bersalah."

"Padahal nggak perlu marah kalo emang lo ngerasa bener." Regan ikut menambahi.

"Gue gak pernah bilang gue bener?" Balas Jevan tak mau kalah.

Winola berdiri dari duduknya, "But you act like nothing Jevan! Padahal lo bikin sahabat gue nungguin kabar setiap hari!"

"Lo bilang kita berdua gak ada di posisi lo kan? Tapi lo juga gak ada di posisi kita yang setiap hari bareng sama Gauri! Cowok brengsek itu bakal tetep brengsek! Sampai kapanpun!" Nindi membuat suasana kamar rawat semakin panas. Wanita itu bahkan tak takut menatap Jevan dengan tajam penuh peringatan.

PotteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang