15

5.1K 469 25
                                    

Happy Reading


Sudah seminggu semenjak hari di mana Shani di makamkan, Christy belum bisa menerima atas kepergiaannya. Remaja SMA itu lebih sering berdiam diri di kamar Shani dan tidur disana. Ia sudah kehilangan orang yang paling ia sayang dan orang yang paling sayang padanya. Setiap kali ia melamun memikirkan Shani dia akan menangis dalam diam. Makannya pun tidak teratur dan tubuhnya sudah tidak terawat.

Gracia, Chika dan Zee ntah sudah berapa kali mencoba untuk mengobrol dengan Christy, namun anak itu tak pernah menanggapinya. Christy sangat kecewa pada mereka terutama Gracia dan Chika, ia menggangap kedua kakaknya itu lah penyebab kepergian sang Cici.

"Ci, kok cici nggak ngajak aku sih, aku nggak bisa ci, aku nggak bisa ngejalanin kehidupanku tanpa adanya cici di sampingku." Lirih Christy sembari memegang bingkai foto milik Shani.

"Apa aku nyusul cici aja ya." Kata terakhir ia ucapkan dengan sangat pelan.

Tok tok tok

"Dek buka pintu nya, kakak mau masuk. Kakak bawa makanan buat kamu sayang, buka pintu nya ya. Kamu belum makan lo dari tadi pagi." Chika berdiri di depan pintu kamar Shani sembari membawa nampan berisi makanan.

"Dek, Christy." Chika kembali memanggil Christy di karenakan sang adik tidak menjawab sama sekali.

"Dedek tetap nggak mau bukain pintunya ya Chik?" Tanya Gracia yang baru saja datang menghampiri Chika, Chika menggeleng.

"Nggak ci, padahal dia belum makan dari tadi pagi dan ini sudah malam." Balas Chika dengan sendu.

"Biar cici yang coba."

"Dek ini ci Gre, buka dulu pintu ya sayang. Kamu harus makan, dek buka ya nanti kamu sakit kalau kamu tidak makan." Gracia mengetuk pintu itu sembari memanggil Christy, berharap sang adik membukakan pintu.

Christy yang merasa terganggu akan teriakan Chika dan Gracia memutuskan untuk membuka pintu, ia berjalan dengan sedikit linglung di karenakan tubuhnya yang lemah karena belum mendapatkan asupan makanan.

Cklek

Suara pintu terbuka membuat Chika dan Gracia bernafas lega akhirnya Christy mau membukakan pintu itu, Christy keluar dan menatap kedua kakaknya dengan datar.

"Akhirnya kamu mau buka pintunya juga dek." Chika tersenyum di ikuti oleh Gracia, Christy hanya diam sembari menatap kakak'nya dengan dingin.

"Kamu makan dulu ya dek, kakak udah bawain kamu makanan dan ini makanan kesukaan kamu." Ucap Chika menunjukkan makanan yang ada di tangannya kepada Christy, namun Christy hanya diam tak mau menanggapi hingga beberapa saat.

"Udah." Satu kata yang di keluarkan Christy membuat Chika dan Gracia bingung.

"Ha! Maksud kamu dek? Kamu udah makan? Sejak kapan, kakak nggak ada lihat kamu turun tadi. Kamu jangan bohong lo, kamu makan ya sayang, biar kamu jangan sakit." Ucap Chika membujuk Christy.

"Benar yang dikatakan kak Chika dek, kamu harus makan. Kamu boleh sedih tapi jangan sampai kamu melupakan kesehatan kamu dek. Sekarang kamu makan ya dek, apa kamu mau di suapin?" Tanya Gracia yang ikut membujuk Christy.

"Udah, udah sok peduli nya? Aku nggak butuh perhatian dari kalian. Sebaiknya kalian pergi dari sini dan jangan ganggu aku lagi, kalian tidak usah capek-capek nyuruh aku makan. Aku bukan anak kecil lagi, aku akan makan jika aku merasa lapar." Ucap Christy yang mampu membuat Chika dan Gracia sedih mendengarnya.

"Kami tidak sok peduli dek sama kamu, kami emang peduli sama kamu sayang. Sekarang kamu makan ya." Chika masih berusaha untuk membujuk Christy makan.

"Peduli? Kenapa baru sekarang kalian peduli? Kemaren' kalian kemana. Bahkan kemaren kalian dengan teganya ngejahatin aku."

"Itu yang di namakan peduli? Kalian sok peduli."

"Udahlah mending kalian pergi dari sini, aku muak lihat muka kalian." Ucap Christy, setelah mengatakan itu dirinya hendak masuk kembali ke kamar. Namun Chika menahan tangan Christy.

"Dek, please jangan seperti ini. Kakak tau kamu kecewa dan marah sama kami, tapi tolong jangan lupakan kesehatan kamu. Ini makanan ini kamu ambil." Chika menyodorkan makanan yang ia bawa kepada Christy. Christy melirik sekilas lalu mengambilnya membuat Chika dan Gracia bernafas lega.

Christy mengambil makanan itu bukan berarti dia mau memakannya, melainkan ia melemparkan nya.

"Prang." Suara piring yang di lemparkan Christy, Chika dan Gracia terkejut dan menatap tak percaya pada makanan yang telah di lempar oleh Christy.

"Udah aku bilang jangan sok peduli." Ucap Christy, lalu melangkah kan kakinya.

"Christy!" Bukan, itu bukan suara teriakan Chika atau pun Gracia, melainkan suara Zee. Zee berjalan tergesa-gesa menghampiri ketiga saudara nya. Christy menaikan alisnya saat Zee datang dan langsung meneriaki namanya.

"Kamu apa-apaan sih, apa kamu tidak bisa menjaga perasaan ci Gre sama kak Chika. Mereka udah capek-capek buatin makanan buat kamu tapi kamu malah membuangnya." Ucap Zee yang tengah emosi, ia tak terima jika Gracia dan Chika di perlakuan tidak sopan oleh Christy.

"Gak ada yang minta buat mereka buatin aku makanan, itu inisiatif mereka sendiri. Balas Christy yang menambah rasa tak suka Zee terhadap adiknya itu.

" Ya, setidaknya kamu bisa menghargai mereka. Mereka itu kakak kamu, nggak sepantasnya kamu memperlakukan mereka seperti itu. Aku tahu kami memang salah, sudah kelewatan sama kamu dan Ci Shani, tapi kami udah minta maaf sama  kamu. Ya, mungkin saat ini kamu belum bisa memaafkan kami tapi bukan berarti kamu berlaku seenaknya kepada kami. Tolong hargai kami sebagai kakak' kamu." Ucap Zee, Christy menatap remeh ke arah ketiga kakaknya.

"Menghargai kalian? Bagaimana cara nya aku menghargai kalian sedangkan kalian tak pernah menghargai tentang keberadaan ku dan Ci Shani semenjak kejadian itu. Jadi kalian tidak perlu merasa sedih atas apa yang telah ku perbuat atau kata-kata yang ku lontarkan kepada kalian karena itu semua kudapat dari kalian." Balas Christy.

"Dan kenapa kalian tidak kembali seperti dulu, kembali menjadi kakak-kakak yang tak peduli akan keberadaan adiknya. Setelah kepergian Ci Shani kalian baru menyesal, percuma kalian menyesal karena ci Shani nggak akan pernah kembali lagi." Setelah mengatakan itu Christy masuk ke kamar, dan kali ini ia benar-benar masuk. Ia juga membanting pintu dengan kuat lalu menguncinya kembali.

Sepeninggalan Christy, Zee, Gracia dan Chika menatap pintu itu dengan sendu. Se tak peduli itu kah mereka dulu? Sejahat itu kah mereka dulu? Sehingga Christy susah memaafkan mereka. Dan sekarang bagaimana cara mereka mendapat maaf dari Christy.

Tbc

See you part selanjutnya,...

Dikit dulu

Five Sister's (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang