Happy Reading
"Hay semuanya."
Suara seseorang yang membuat keempat saudari itu melepaskan pelukan yang terjadi di antara mereka. Gracia, Chika, Zee dan Christy menoleh setelah pelukan mereka terlepas.
"Loh ci Desy?"
Keempat saudari itu cukup terkejut dengan kehadiran Desy di rumah sakit lebih tepatnya di ruang rawat adik mereka, Desy tersenyum mendengar ke empat saudari itu terkejut akan kehadirannya. Desy pun berjalan mendekati mereka dengan buah yang berada di tangannya, buah itu ia berikan kepada Gracia dan Gracia pun menerimanya.
"Makasih Ci." Desy menggangguk sebagai jawaban atas ucapan terimakasih yang di ucapkan oleh Gracia.
"Hay Christy, gimana keadaan kamu sekarang? Apakah kamu sudah merasakan lebih baik." Desy mengelus perban yang menutupi kepala Christy, menatap adik kesayangan sahabatnya itu dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Keadaanku sekarang sudah membaik kok ci, makasih ya ci udah mau jengukin aku." Ucap Christy.
"Sama-sama Christy, oh iya kamu kenapa bisa masuk rumah sakit begini dan Cici dengar kamu sempat koma ya." Desy pura-pura tidak tahu apa penyebab Christy kecelakaan.
"Aku nya nyebrang jalan nggak hati-hati Ci."
"Huff, sebenarnya Cici tau kenapa kamu bisa masuk rumah sakit Christy. Cici selalu ngawasin kamu, maaf karena Cici tidak ada di saat kamu membutuhkan bantuan ketika kakakmu Zee melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan terhadap kamu." Zee yang mendengar namanya di bawa-bawa, ia hanya bisa tersenyum tipis. Benar kok, semua yang di katakan Ci Desy itu benar, begitulah isi pikiran Zee sekarang.
"Ci udah ya, jangan bahas kejadian yang dulu lagi. Christy udah menerima semuanya dengan ikhlas kok, Christy juga udah ngelupain semua yang terjadi." Christy tak mau melihat ketiga kakaknya itu sedih jika saja Desy melanjutkan pembicaraan mereka mengenai perbuatan ketiga kakaknya.
"Kamu baik Christy, mereka sudah terlalu jahat denganmu namun kamu dengan mudah nya memaafkan mereka. Cici yakin, Shani pasti bangga dengan kamu yang sekarang." Untuk perkataan terakhir yang di lontarkan Desy, seketika membuat ke-empat saudari Natio itu sedih. Mereka semua kangen dengan Cici mereka, Cici yang selama ini mereka sakiti, namun tak pernah di balas dengan kejahatan juga oleh Shani.
"Ci Desy buat aku jadi teringat dengan Ci Shani lagi ci, aku kangen sama Ci Shani, Ci Shani marah ya sama Christy? Ci Shani nggak pernah datang Ci kemimpi aku, sekali pun enggak pernah."
"Apa karena aku sempat punya pikiran buat bunuh diri ya ci, makanya Ci Shani nggak pernah datang ke mimpi ku." Tanpa disadari oleh Christy, air matanya telah jatuh membasahi pipinya. Pipi yang sekarang terlihat lebih tirus dibandingkan dengan sebelumnya.
"Shani nggak akan marah kok kepada kalian, sejahat apapun kalian terhadap Shani, dia tidak akan bisa marah dengan kalian. Karena Shani sangat menyayangi kalian ber-empat."
"Shani hanya kecewa, kenapa? Kenapa kalian begitu membenci dirinya? Apa dia tidak sepantas itu untuk menjadi Cici untuk kalian? Hanya karena kesalahan yang tidak pernah ia lakukan kalian tega mengabaikannya, tidak menganggap bahwa dia adalah Cici kalian, kalian berprilaku seolah-olah Shani itu adalah orang asing di keluarga kalian." Gracia, Chika dan Zee sadar jika kata-kata yang di ucapkan oleh Desy itu di tujukan untuk mereka. Ketiganya menunduk terdiam menahan airmata yang akan keluar.
"Ci Desy, udah ya, jangan bahas ci Shani lagi. Biarin ci Shani tenang di atas sana." Ucap Christy agar Desy tak melanjutkan kata-katanya, ia tak tega melihat ketiga kakaknya yang lain merasa sedih dan merasa bersalah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Sister's (End)
Teen Fiction"Kamu dan Christy udah buat papa dan mama pergi ninggalin kita semua untuk selama-lamanya" ucap Gracia. "Kalian berdua itu pembunuh aku benci sama kalian berdua" "Pergi dari kamar aku pergi" teriak Gracia mengusir Shani sambil mendorong tubuh Shani...