Happy Reading
Semenjak kejadian malam itu, Chika, Gracia dan Zee tidak lagi mencoba untuk mendekati Christy. Tidak mencoba, bukan berarti mereka menyerah untuk mendapat maaf dari Christy. Mereka hanya membiarkan suasana hati Christy membaik dulu.
Sudah tiga hari semenjak kejadian itu, Christy pun sudah mulai merasa lebih baik. Pagi ini ia sudah selesai dengan seragam sekolah miliknya, ia berjalan keluar dari kamar miliknya lalu berlalu ke kamar Shani. Niat Christy ke kamar Shani adalah untuk mengambil sesuatu, sesuatu yang ia temukan saat-saat dirinya menelusuri kamar Shani, ia kemudian memasukkannya ke dalam tas nya lalu berjalan keluar menuju meja makan.
Di ruang makan sudah terlihat ketiga kakak nya yang sedang makan, wajah ketiga kakaknya itu terlihat murung dan terkesan tak semangat.
Suara decitan kursi menggalihkan fokus Gracia, Chika dan Zee yang sedang menunduk, mereka bertiga bernafas lega melihat kedatangan Christy yang sudah lengkap dengan seragamnya. Itu artinya Christy sudah mulai menerima kepergian Shani, pikir mereka bertiga.
"Ke sekolahnya mau di antar sama siapa dek." Chika membuka suara bertanya kepada Christy yang sedang memakan roti, tanpa menghiraukan pertanyaan Chika, Christy meneguk habis susu rasa vanilla miliknya.
"Sendiri." Christy berucap dengan dingin, berdiri, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
"Nanti kita coba lagi Chik." Ucap Gracia yang melihat wajah kecewa dari Chika, Gracia tau jika Chika sangat merindukan Christy.
"Humm, iya ci." Balas Chika.
"Kalian udah selesai? Kalau udah, ayo berangkat. Hari ini kalian ada kuliah pagi kan?" Tanya Gracia yang di balas anggukan oleh Chika dan Zee.
Gracia, Chika dan Zee pergi menuju kampus mereka dengan pikiran dan suasana hati yang berbeda-beda.
"Ci kok tiba-tiba perasaan ku nggak enak ya." Ucap Chika dengan guratan gelisah di wajah nya.
"Nggak enak gimana Chik." Tanya Gracia melirik sebentar ke arah Chika, lalu kembali fokus untuk menyetir.
"Aku nggak tahu ci, tapi aku merasa akan ada sesuatu yang akan terjadi." Jawab Chika, sementara Zee hanya diam di kursi belakang, ia juga merasakan apa yang di rasakan oleh Chika. Ia juga merasakan ada sesuatu yang akan terjadi dan itu berhubungan dengan Christy.
"Ci kita ke sekolah Christy yuk ci, entah mengapa aku merasa akan terjadi sesuatu sama dia ci." Ucap Zee yang kini sudah duduk dengan gelisah, ia takut terjadi sesuatu terhadap Christy.
Gracia pun menuruti perkataan Zee, ia pun menambah kecepatan agar segera sampai di sekolah Christy. Tapi mereka tak bisa cepat di karenakan mereka terjebak mecet, hal itu tentu membuat Chika dan Zee kesel.
.
.
.Sedangkan itu di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah pemakaman. Christy sedang berjongkok di makam Shani, ia memegang batu nisan sang Cici, air matanya kembali keluar.
"Cici beneran ninggalin aku ya, kenapa Cici ninggalin aku sendiri? Kenapa Cici nggak membawa aku ikut sama Cici, setelah kepergian Cici aku kehilangan arah ci."
"Ci Gre, kak Chika dan kak Zee udah baik sama aku ci, mereka udah mulai perhatian samaku. Tapi aku belum bisa menerima kembali perhatian yang mereka kasih ci, maafin aku ci, aku nggak bisa nurut apa yang Cici bilang sebelum Cici pergi ninggalin aku untuk selamanya."
"Waktu itu Cici bilang kan, kalau aku nggak boleh dendam sama siapa-siapa dan Cici juga bilang kalau kepergian Cici juga bukan salah siapa-siapa."
"Tapi aku punya pikiran yang lain ci, kalau bukan gara-gara ci Gre dan kak Chika, Cici pasti masih ada di sini. Cici masih bersama ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Sister's (End)
Teen Fiction"Kamu dan Christy udah buat papa dan mama pergi ninggalin kita semua untuk selama-lamanya" ucap Gracia. "Kalian berdua itu pembunuh aku benci sama kalian berdua" "Pergi dari kamar aku pergi" teriak Gracia mengusir Shani sambil mendorong tubuh Shani...