Disillusion

195 24 2
                                    

Min Yoongi sedang asyik meminum susu kotak di pojokan kantin saat seseorang tiba-tiba datang mendorong meja di depan perutnya sampai ia tersedak dan memuncratkan hampir semua susu yang sudah masuk ke mulut.

"Aish-"

"Ya," ternyata Jisoo yang datang. Gadis itu berhasil duduk di depan Yoongi dengan tenang tanpa menimbulkan keributan.

"Ssagaji, tck...!" Yoongi mendengus, kemudian menyeringai seolah tak mempedulikan insiden susu barusan. Yang ia pahami adalah bahwa saat ini Seo Jisoo pasti sedang kesal padanya karena sesuatu.

"Sekarang katakan!" ucap Jisoo. Yoongi mengangkat sebelah alisnya.

"Mwo?"

Jisoo menarik napas, terlihat sekali sedang mencoba menahan amarahnya yang mulai meluap-luap. Baiklah. Ia memang sedang setengah mati menahan diri agar tidak melakukan tindak anarkis. Apalagi saat melihat wajah 'mirip monyet'-nya Min Yoongi.

Coba pikir. Ternyata selama ini yang membuat Jisoo merasa begitu menyedihkan di mana pun ia berada adalah Min Yoongi. Ingatkah bagaimana loker Jisoo senantiasa diisi berbagai macam makhluk menjijikan, dibuli oleh orang yang pernah ia buli, dan bahkan dirinya pernah hampir dicap sebagai pelaku percobaan pembunuhan? Belum cukup sampai di situ, ibunya sendiri menjadi lebih murka dan 'membenci' Jisoo karena hal ini.

Min Yoongi memang sudah keterlaluan. Perangainya benar-benar yang lebih parah dari Jisoo. Ia bahkan sempat mengancam akan melakukan sesuatu pada Taehyung, orang terdekat Jisoo yang sudah menjadi kelemahan terbesarnya saat ini. Brengsek, 'kan?

"Jelaskan apa salahku sampai kau bisa sebenci itu padaku," ucap Jisoo setelah merasa bisa meredam gejolak emosinya. Ia mencondongkan diri ke depan sambil melipat kedua tangan diatas meja.

"Asal kau tahu ya, aku juga membencimu. Hampir setiap melihatmu, aku ingin muntah! Tapi kau tahu? Ternyata kau lebih membenciku daripada aku membencimu. Ada apa? Bukankah kita sama-sama menentang pernikahan orang tua kita? Harusnya kau tidak perlu bertindak sejauh itu untuk menindasku, ara?" tutur Jisoo, penuh dengan intonasi tak habis pikir.

Mendengar ucapan Jisoo, Yoongi terdiam sejenak sebelum kemudian terbahak-bahak seorang diri. Demi apa pun, Jisoo sangat ingin menjedotkan jidat porselennya ke atas meja. Sialan.

"Ooh, jadi kau ingin membenciku dengan tingkat kebencian yang sama? Bolehlah," ujar Yoongi, membuat Jisoo melengos jengah. C'mon. You know what I mean, you freakin' *sshole!

"Aku bahkan belum melakukan apa-apa hari ini," Yoongi juga ikut mencondongkan badan ke depan dan kembali menyeringai, "Jadi, apa yang sudah kau tahu? Siapa yang memberitahumu?"

Jisoo mengepalkan tangannya geram.

"Aku tahu kaulah dalang di balik semua kejadian menggelikan yang menimpaku selama ini!" ungkap Jisoo.

"Oya? Bukankah hidupmu sudah menggelikan jauh sebelum aku datang?" balas Yoongi.

"Kalau kau tahu itu, kenapa repot-repot menambah beban hidupku, sialan?!" Jisoo sedikit menggebrak meja. Yoongi terkekeh angkuh.

"Aku hanya ingin kau menderita. Kalian. Kau, dan ibu brengsekmu," Yoongi bersandar di kursi sambil melipat tangannya di dada. Jisoo melotot kesal saat anak itu menghina sang eomma. Jisoo memang sering diperlakukan tidak adil, namun ibu tetaplah ibu. Dasar brengsek.

"Kalau kau sebegitunya membenci kami, kenapa tidak kau hentikan saja ayahmu menikahi ibuku sedari awal? Apa kau bodoh? Kenapa melampiaskannya pada kami? Kau pikir aku mau punya saudara bebal sepertimu?!"

Yoongi mulai menatap Jisoo dengan tajam. Kedua alisnya berkedut dan auranya mengerikan.

"Coba saja tanyakan kepada ibumu, apa yang ia lakukan sampai membuat ayahku tergila-gila padanya," ujar anak itu. Jisoo mengerutkan alis. Ia jadi teringat percakapannya dengan Hyoseop-oppa tentang Eomma beberapa waktu lalu.

Fixing the Broken YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang