Seo Jisoo

546 74 10
                                    

Brengsek. Brengsek. Semua orang brengsek.

Jisoo—seperti tukang kabur kebanyakan—menjejakkan kakinya di atap sekolah. Ia berhasil melewati guru piket cukup dengan bicara ingin pergi ke UKS karena sakit. Beruntungnya guru sial itu membiarkan Jisoo. Ah, tapi hampir semua guru sama saja. Entah karena mereka mengenal Jisoo atau apa, yang jelas gadis itu bisa melakukan apa pun di sekolah ini dengan bebas.

Ada yang penasaran mengapa itu terjadi? Hah. Karena Seo Jisoo merupakan seorang anak konglomerat yang cerdas. Nilai-nilainya bagus—terlalu bagus. Hanya saja, ada satu hal yang kemudian membuat sang gadis merasa tersenggol; seorang siswi pindahan brengsek bernama Kim Chaewon. Hanya dengan satu gebrakan saja, cewek sial itu berhasil merebut semua yang ia miliki. Mulai dari teman, perhatian guru, sampai prestasi. Chaewon berhasil sampai di sana hanya dalam waktu yang singkat.

Siapa itu Kim Chaewon? Benar. Ia adalah orang yang tadi pagi diganggu Jisoo. Jisoo memang sering mengganggu dan menjahili Chaewon. Jangan tanya mengapa. Ya jelas karena itu menyenangkan. Bukankah kita akan puas jika melihat orang yang mengganggu kita terlihat menyedihkan? Salah sendiri membuat kita merasa terpojok.

Sial sekali. Hidup Jisoo berantakan hanya karena Kim Chaewon berhasil merebut posisinya sebagai juara umum sekolah tahun lalu. Padahal hidup Jisoo selalu bahagia, setidaknya sampai satu semester ia mengenal si lancang itu. Jisoo pikir masih ia yang paling cerdas. Ia kira masih ia yang paling pintar. Ia bertahan dengan merasa paling bisa meraih segalanya. Namun ternyata... salah. Jisoo salah.

Jisoo masih ingat bagaimana si brengsek itu tersenyum lebar, memberinya ucapan selamat karena 'berhasil' meraih peringkat kedua juara umum. Ia tak tahu bahwa pada hari yang sama, baik secara mental maupun fisik, ia akan benar-benar merasa tersiksa bagai berada di neraka.

Selama lima hari Jisoo tidak boleh makan. Haha. Eomma memang brengsek. Appa juga sama saja. Ia berhenti bersikap baik pada Jisoo. Padahal hanya ayah tiri. Memang sial. Jisoo ingat bagaimana hari itu ia menangis dan memohon agar Eomma tidak murka kepadanya; bagaimana ia berjanji akan kembali menjadi yang teratas untuk dapat membanggakannya.

Jujur saja, Jisoo benar-benar kaget saat sebuah tamparan keras mencium pipinya setiba di rumah hari itu. Ia juga kaget ketika Eomma melemparkan berbagai hujatan mematikan jiwa dan raga. Jisoo tak terbiasa. Selama ini, Eomma memang jarang berada di rumah. Kalau pun ada, wanita itu hanya akan menyapanya dengan hangat. Namun tiba-tiba ia berubah. Ya. Hanya karena prestasi Jisoo yang sedikit menurun.

Jisoo kesal. Marah. Sayang sekali ia tak punya apa-apa untuk melampiaskan. Satu-satunya yang bisa ia pikirkan adalah makhluk yang menyebabkan ini terjadi; Kim Chaewon. Brengsek. Detik itu juga, Jisoo membencinya.

Haha. Tahu apa yang lucu? Rupanya Jisoo tidak sendiri. Banyak yang membenci gadis menyebalkan itu. Jisoo pun merekrut mereka menjadi komplotannya. Yah, ia tak bisa menyebut mereka sebagai teman sih. Entah apakah mereka membicarakan Jisoo di belakang atau tidak, tapi saat mereka bersama-sama, Jisoo merasa bisa melakukan apa saja dan takkan ada yang berani macam-macam. Dan semua terbukti saat mereka mulai menghapus keceriaan dari wajah Kim Chaewon.

"Haaah..."

Jisoo merentangkan kedua tangannya sambil berbaring terlentang di atas lantai. Tiada yang lebih menenangkan dibanding birunya langit siang. Tak ada yang terpikirkan. Hanya menunggu semilir angin datang, menerbangkan sisa-sisa daun dari pohon. Aish, Jisoo mengantuk.

🇰🇷

Taehyung memperkenalkan diri di depan kelas yang akan menemaninya selama dua tahun ke depan.

"Wah, jalssaengyosseo."

"Meotjida..."

"Sepertinya pintar juga."

Taehyung tersenyum singkat mendengar komentar mereka yang berkomentar. Entah mereka melakukannya dengan sengaja atau tidak, yang jelas suara-suara itu terdengar bersahutan. Ssaem yang sedang mengajar saja sampai ikut tersenyum.

"Kau boleh duduk di belakang sana, Taehyung-ah," Taeyeon-ssaem menunjuk sebuah bangku kosong di sebelah bangku dekat jendela. Alis Taehyung agak berkedut karena bangku di dekat jendela itu juga kosong.

"Boleh aku duduk di dekat jendela?" tanya Taehyung. Taeyeon-ssaem tersenyum.

"Bangku itu sudah diisi," ucapnya, "Tapi karena sedang kosong, untuk sementara kau boleh duduk di situ kalau mau."

Taehyung mengangguk, kemudian berjalan ke bangku di dekat jendela. Ia sempat melirik Kim Chaewon yang duduk di urutan paling depan. Oya. Taehyung berhasil masuk ke kelas itu. Ia meminta ijin kepada guru agar bisa masuk ke kelas yang sama dengannya. Nampaknya ia berhasil.

Meski begitu, Chaewon nampak tak acuh. Taehyung sih tak terlalu peduli dengan sikap gadis itu. Hanya saja, kejadian tadi pagi masih ia ingat dengan jelas. Mau tak mau, Taehyung merasa bahwa sesuatu akan terus mengganggunya jika ia tak masuk kelas yang sama. Baguslah kalau Kim Chaewon masih mau bertahan. Paling tidak, tak ada lagi yang mati di hadapannya.

🇰🇷

BRUAK!

Taehyung tersungkur saat meja tempat ia tidur di jam istirahat ditendang dengan keras. Kepalanya sampai terbentur ke meja orang.

"Ow..." ia mengusap-usap bagian yang terpentok dengan wajah tanpa ekspresi. Saat melihat telapak tangan, sedikit bercak merah terlihat. Ah, sepertinya ia terluka.

Meski banyak orang mulai berisik, tak satu pun dari mereka yang berani bertindak. Tentu saja. Yang menendang 'kan Seo Jisoo. Gadis itu berdiri di sana dengan wajah angkuhnya yang tak tertolong. Mungkin merasa menang karena berhasil membuat Taehyung jatuh.

"Kau melukaiku," Taehyung mengutarakan fakta. Jisoo terkekeh, kemudian memasang wajah prihatin.

"Maaf, kakiku tersandung. Lantainya licin," ucapnya, kemudian mengarahkan dagu pada kursi yang sedang diduduki Taehyung, "Ngomong-ngomong, itu kursiku."

Taehyung menghela napas. Ia kira siapa yang jadi tetangga. Rupanya lap pel. Tch. Ia pun berdiri sambil memegangi kepala, mempersilahkan Jisoo duduk di bangku yang ia klaim sebagai miliknya.

"Kau yakin tak mau tanggung jawab?" tanya Taehyung setelah Jisoo duduk di kursinya dengan tenang. Yang ditanya tidak menggubris. Ia hanya diam sambil memasang headset di telinga. Taehyung pun mengedikkan bahu, kemudian—

BRUAK!

Jisoo menjerit saat tiba-tiba ia terjungkir bersamaan dengan kursinya. Brengsek! Rok yang ia kenakan bahkan sampai tersingkap.

"KURANG AJAR!" maki Jisoo setengah menjerit.

"Maaf, kakiku tersandung. Lantainya licin," ujar Taehyung santai, kemudian mengarahkan dagu pada bangku di sebelahnya, "Ngomong-ngomong, itu kursiku."

Jisoo menganga dan Taehyung melengos, melenggang ke luar kelas. Hah. Ia tidak percaya ini. Semua orang menonton mereka. Ulang. Semua menonton dan Jisoo kalah.

"Shippal..."

Jisoo mengedarkan pandangan pada seisi kelas. Di sana. Ia menemukan Chaewon yang juga sedang memandangnya dengan ekpresi sulit dibaca. Terserahlah brengsek. Jisoo mengartikan itu sebagai tatapan mengejek. Mereka semua sama saja. Sampah. Kurang ajar.

Mereka lupa kalau ia adalah Seo Jisoo.

🇰🇷

Next: Aren't You the Same?

Fixing the Broken YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang