Taehyung berjalan ke sebuah danau yang ia tahu berada di tengah kota dekat rumah sakit. Ia tahu tempat yang indah meski di malam hari, tempat yang penuh warna dengan lampu taman-karena sekarang sudah malam. Yang ia lakukan hanya duduk di sana, di bawah satu lampu taman depan danau sambil duduk memeluk lutut seperti bocah ingusan berputus asa.
Taehyung mengangkat tangannya. Darah sudah mengering. Kira-kira... sakit itu rasanya seperti apa ya? Mau dipikirkan bagaimana pun, Taehyung tetap takkan mengerti. Tapi sungguh. Kalau seperti ini terus caranya, ia lebih memilih untuk dapat merasakan sakit fisik saja daripada harus merasa sakit di... ia mencengkram dadanya. Di sini.
Sialan. Taehyung memejamkan matanya rapat-rapat. Ia tahu. Ia tahu bahwa takkan pernah ada seorang manusia pun yang ingin menyusahkan hidup orang lain. Apalagi orang-orang tahu diri seperti Taehyung. Tunggu. Tahu diri...? Taehyung terkekeh. Memangnya ia tahu diri?
Kalau bukan karena Appa dan Hyeong, Taehyung ragu apakah ia akan berhasil tumbuh setinggi sekarang. Ia tak tahu apakah ia masih bisa menikmati makan malam dengan Eomma dan Yoojung seperti kemarin. Tapi apa yang selama ini sudah Taehyung lakukan...?
Nothing.
Benar juga. Meski selama ini Taehyung tak pernah minta diurusi, mereka berdua terus melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menjaganya tetap sehat. Namun Taehyung belum mampu melakukan apa-apa untuk mereka. Berterima kasih saja tak sempat. Appa malah pergi sebelum Taehyung mampu mengatakannya. Tahu diri dari mana?
Brengsek. Dada ini kembali terasa sesak. Taehyung membenci kenyataan bahwa ia sebenarnya sangat cengeng. Aneh 'kan? Meski ia tak mampu merasakan sakit, namun ia sangat sering menangis. The good news is, tak banyak orang yang tahu.
Srek!
Ia terperanjat begitu seseorang tiba-tiba menyampirkan selimut di bahunya. Ia mendongak dan menemukan Seo Jisoo sedang terengah-engah.
"Aku mencarimu kemana-mana, Bodoh," Gadis itu menjatuhkan diri di samping Taehyung yang masih speechless menatapnya. Oh, ia terlihat lelah. Helaian rambut di dahi dan kening terlihat sudah lepek karena keringat.
Taehyung membuang muka. Apa lagi perasaan menyesakkan ini?! Saat melihat Jisoo, Taehyung merasa kesal. Super kesal. Tahu apa yang lebih mengesalkan? Karena Taehyung tak paham kenapa ia begitu. Stupid.
"Kenapa kau menghindariku tadi?" tanya Jisoo. Taehyung tidak menjawab.
"Hah, dasar bodoh! Kalau cemburu bilang saja," ucap Jisoo iseng, dan itu berhasil membuat Taehyung melotot menatapnya.
"MWORAGO?!" seru Taehyung dengan wajah merahnya.
Jisoo tersenyum jahil sambil menatap anak itu dengan mata memicing. Bwahahahaha. Sialan Kim Taehyung. Sekarang ia malah mewarnai daun telinganya dengan merah. Kyeopta.
"Kalau kau salah paham tentang orang itu, sebaiknya kau hentikan," Jisoo menahan tawa.
"Si-siapa yang salah paham?!" elak Taehyung. Jisoo mencibir.
"Kalau kau tidak salah paham, kau tidak mungkin tak mau bicara denganku tadi," balasnya percaya diri, "Lagipula, dia justru orang yang membantuku menolongmu di sekolah."
Taehyung hanya mencibir sebal.
"Aku juga sudah dengar dari Yoojung tentang kau dan Hyoseop-oppa..." ucap Jisoo kemudian. Ia menatap langit malam sambil menyelonjorkan kedua kakinya, sedangkan Taehyung menunduk menatap rumput di pinggiran danau.
Untuk sesaat, suasana hening membanjiri udara. Hanya ada suara gemerisik dedaunan, hembusan angin semilir dan suara aliran lembut air danau. Baik Taehyung mau pun Jisoo tak ada yang bicara sampai kemudian Jisoo berbaring di atas rumput, menikmati pemandangan langit hitam yang ternyata bertabur berbintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixing the Broken You
RomanceSeo Jisoo, seorang pembuli bermulut kasar, dipaksa takdir agar berurusan dengan Kim Taehyung yang berperan untuk menjatuhkannya di tengah huru-hara publik. Miris dikata, Jisoo tak sadar bahwa ini berisiko membuatnya jatuh cinta. Ditambah lagi, ia mu...