"Sudah sampai."
Jisoo berbalik menghadap Taehyung yang saat ini sedang berdiri di belakangnya. Semenjak Jisoo pulang sekolah, anak itu berubah menjadi sangat diam. Meski begitu, ia tak pernah jauh-jauh dari Jisoo. Ia memang tidak diperkenankan mengikuti kelas apa pun hari ini karena tidak mengenakan seragam—plus baru selesai menendangi bokong orang. Tapi anak itu tetap menunggui Jisoo pulang sekolah. Bahkan ketika gadis itu harus menjalani hukuman di perpustakaan, Taehyung ada dan tetap membantunya mendata sekaligus merapikan buku sesuai nomor urut—yang mana sangat melelahkan.
"Ayo masuk. Akan kubuatkan cokelat panas," Jisoo membuka pintu apartemen, tapi Taehyung mencekal tangannya yang sedang menarik gagang pintu.
"Istirahatlah. Aku pulang," ucapnya, lalu berbalik pergi. Jisoo mendesah. Ia tak terbiasa dengan sikap Taehyung yang seperti ini.
"Ya, Kim Taehyung!" panggil Jisoo. Langkah Taehyung tertahan di langkah kedua. Ia berbalik.
"Masuklah. Aku ingin bicara," suruh Jisoo. Taehyung mendesah tak terdengar.
"Besok saja. Aku—"
Tentu saja Jisoo tak membiarkan Taehyung pergi. Ia menyeret Taehyung agar masuk ke apartemen.
🇰🇷
Jisoo terus menatap Taehyung di meja makan dan nampaknya itu membuat yang ditatap lama-lama merasa kesal. Entahlah. Sepertinya Taehyung kurang suka tatapan menyelidik yang disajikan Jisoo di atas meja. Ayolah. Bukankah biasanya yang tersaji itu makanan?
"Apa yang ingin kau bicarakan? Cepatlah bicara. Aku harus segera pulang," Taehyung melengos. Jisoo memicingkan matanya dengan sebal.
"Mwoya neo? Kau marah?!" tanyanya. Taehyung mendecak.
"Tidak."
"Kau jelas marah!"
"Anirago."
"Ya, Pabo-ya! Yang harusnya marah di sini itu aku, ara?!" Jisoo menggebrak meja. Taehyung menutup matanya sepersekian detik.
"Ya," panggilnya dingin, "Aku sudah menangkap orang-orang brengsek yang menjahilimu di gedung olahraga waktu itu. Kenapa kau harus marah? Bukankah kau harusnya berterima kasih?"
Jisoo mendegus tak percaya, "Heol..."
"Sudahlah, aku pulang saja," Taehyung bangkit dan berjalan ke pintu keluar. Namun Jisoo tak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Ia menghadang Taehyung di depan pintu.
"Kita belum selesai!" getas Jisoo, "Serius, Taehyung-ah! Kau kenapa lagi sekarang?!"
"Tidak apa-apa! Aku hanya kesal karena kau memandangiku begitu terus daritadi," balasnya. Jisoo menggeleng tegas.
"Aku tahu bukan itu."
"Lalu apa? Apa yang ingin kau dengar dariku?"
"Aku ingin mendengar kenapa kau tiba-tiba jadi pendiam seperti ini! Padahal tadi kau baik-baik saja. Kau bahkan sempat bercerita padaku tentang kau yang bingung dengan hidupmu!" ketus Jisoo, "Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikiranmu!"
"Kalau begitu tak perlu mencoba untuk mengerti!"
"KIM TAEHYUNG!" seru Jisoo. Kedua matanya sudah melotot dan memerah, pertanda bahwa ia benar-benar kesal.
"Aku tidak memaksamu untuk menceritakan apa pun yang tak bisa kau ceritakan! Aku tahu kalau setiap orang memiliki hal yang tak ingin diketahui orang lain. Aku hanya ingin semuanya jadi jelas. Aku tak ingin bingung. Kalau kau memang tak ingin bersamaku, untuk apa kau menemaniku seharian ini?" Jisoo sudah terlanjur naik pitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixing the Broken You
RomansaSeo Jisoo, seorang pembuli bermulut kasar, dipaksa takdir agar berurusan dengan Kim Taehyung yang berperan untuk menjatuhkannya di tengah huru-hara publik. Miris dikata, Jisoo tak sadar bahwa ini berisiko membuatnya jatuh cinta. Ditambah lagi, ia mu...