The Last Day of Us

181 28 2
                                    

Jisoo membuka matanya saat alarm pagi berbunyi. Hal pertama yang ia ingat adalah Taehyung, tentu saja. Ia masih berharap bisa melihat wajah Taehyung saat pertama membuka mata. Bukankah tadi malam anak itu menemaninya tidur dengan duduk di pinggiran kasur?

Jisoo mendesah. Ia pun pergi ke luar kamar untuk melihat-lihat. Rupanya Taehyung memang sudah tidak ada. Jisoo mengusap kepala saat teringat percakapannya dengan Eomma kemarin, tentang bagaimana ia bisa meyakinkan Seo Hyunjin dengan kembali menjual diri menjadi anak baik penurut yang bisa diperlakukan seenaknya seperti dulu. Bukan hanya itu. Ia juga harus kembali bersikap egois meski hanya sesaat.

"Eomma, kumohon..." ucap Jisoo. Ia berlutut di hadapan Seo Hyunjin yang sedang duduk di sofa sambil membuang muka.

"Eomma..." Jisoo benar-benar memelas. Seo Hyunjin menatap anak gadisnya dengan kedua alis berkerut dalam, kemudian mencondongkan badan untuk mendekat.

"Aku belum pernah melihatmu seperti ini," ucapnya, tak habis pikir. Sungguh. Ia sama sekali belum pernah melihat Jisoo memelas, betapa pun ia menginginkan sesuatu.

"Aku benar-benar berjanji akan menjadi anak baik kalau Eomma mau melepaskan Hyoseop-oppa!" kata Jisoo, "Aku yakin bukan Oppa pelakunya. Aku benar, 'kan...?"

"Diam!" ketus Hyunjin. Jisoo pun tak mampu lagi menahan tangisnya.

"Eomma, jebal..." Jisoo terisak, "Aku... aku tidak bisa menyakiti Taehyung. Karena itu, Eomma... bantu aku sekali ini saja, eoh? Eomma..."

Ekspresi wajah Seo Hyunjin berubah saat mendengar nama Taehyung disebut, sementara Jisoo menunduk sambil mencengkram kedua lututnya. Tak bisa berhenti terisak.

"Kau jadi begini gara-gara anak kurang ajar itu...?" Seo Hyunjin tiba-tiba menggeram. Jisoo tak merespon karena isak tangisnya entah mengapa terdengar semakin keras.

Seo Hyunjin melengos. Tahu apa yang membuatnya kesal? Karena ternyata Jisoo menganggap anak sial bernama Taehyung itu jauh lebih penting dari dirinya.

"Eomma..." Jisoo menggenggam tangan Hyunjin, tapi ia menghempaskan tangan Jisoo begitu saja. Ia hendak beranjak pergi, namun tiba-tiba Jisoo memeluk kakinya.

"Jangan begini, Eomma! Kumohon! Aku benar-benar akan menurut! Aku janji!" tegas Jisoo. Seo Hyunjin menghembuskan napas. Setelah beberapa lama, ia akhirnya menatap Jisoo.

"Aku turuti kemauanmu, tapi kau sama sekali tidak boleh protes dengan keputusanku setelahnya, apa pun itu," tegas Seo Hyunjin. Jisoo meneguk ludah, antara lega dan tegang dengan apa yang akan terjadi pada hidupnya.

🇰🇷

Taehyung melihat Jisoo yang sedang menunggunya di depan gerbang sekolah. Syukurlah ia terlihat lebih baik dari kemarin. Oya. Benar apa kata Jisoo. Hyoseop-hyeong dikeluarkan hari ini.

Tadi sebelum berangkat dari rumah, Taehyung dikabari pihak kepolisian bahwa Kim Hyoseop akan segera pulang. Ia juga sudah bicara dengan Hyoseop lewat telpon. Tapi anehnya, sang hyeong malah terdengar lesu dan sama sekali tak bersemangat dengan hal ini.

Taehyung mendesah. Entahlah. Rasa gundah yang sedari kemarin menyelimuti dadanya malah semakin menjadi. Ani. Dilihat dari segi mana pun, Seo Hyunjin bukanlah seseorang yang bisa dimintai tolong dengan cuma-cuma. Apalagi ini menyangkut sesuatu yang sangat sensitif. Dan lagi, Jisoo sama sekali tidak bercerita pada Taehyung tentang apa yang terjadi saat ia pulang dan bertemu Seo Hyunjin.

Taehyung sedikit tersenyum melihat Jisoo melambai ke arahnya. Ia pun segera menghampiri gadis itu, kemudian mereka berjalan bersama ke dalam kelas. Tidak ada kejadian spesial yang terjadi, namun Taehyung merasa Jisoo terus melakukan hal aneh. Misal, terus menempel dan mandanginya selama jam pelajaran; banyak melamun; berkilah yang aneh-aneh saat Taehyung beberapa kali memergoki; menghindari pertanyaan seputar hari kemarin; atau membicarakan semacam bucketlist yang ingin dilakukan hari ini.

Fixing the Broken YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang