Desolation

190 36 9
                                    

Sudah dua jam Taehyung ditangani di dalam UGD.

Jisoo berjalan mondar-mandir dengan mata bercucuran air tiada henti. Dasar brengsek. Kenapa jadi begini? Sekarang siapa yang terlihat menyedihkan? Tentu saja Jisoo. Selama ini ia melakukan apa yang kata orang playing victim. Padahal ia yang salah, tapi ia juga yang merasa dikecewakan, dirugikan, dan lain-lain. Sekarang lihat hasilnya.

Ia bahkan membuat Taehyung menderita. Pikirkan. Kenapa Taehyung sampai hati menyayat pembuluh darahnya sendiri kalau tidak merasa sangat tertekan? Walau bagaimana pun, Kim Taehyung bukan orang seperti itu. Dan seseorang bisa saja melakukan hal yang tidak wajar saat ia sedang berada dalam titik terendah dalam hidup. Sungguh. Jisoo merasa berada dalam curamnya rasa bersalah dan penyesalan.

Seandainya waktu itu ia tahu. Seandainya waktu itu ia tetap berada di sisi Taehyung. Seandainya ia bisa memutar waktu... akankah semua jadi berbeda?

Jisoo berjongkok menangisi takdir yang terasa begitu kejam menata hidupnya. Kalau sampai ia kehilangan Taehyung karena ini, ia sungguh-sungguh takkan mampu memaafkan dirinya sendiri. Ia bisa gila. Karena itu, jebal... jebal, selamatkan Taehyung.

Saat itu, pintu UGD terbuka dan Hyoseop yang terlihat lelah keluar sambil ikut mendorong ranjang seseorang. Jisoo buru-buru menghampiri dan melihat wajah Taehyung yang masih terlihat sangat pias tapi sudah jauh lebih baik dari yang terakhir ia lihat.

"Bagaimana Taehyung?" tanya Jisoo. Hyoseop tidak menjawab, hanya terus berjalan sampai mereka tiba di sebuah kamar. Saat para perawat merapikan peralatan dan memasang ini-itu, Jisoo mundur beberapa langkah karena hanya bisa berdiri diam berharap semua akan baik-baik saja.

"Kau!" Hyoseop pun menunjuk Jisoo yang hanya terdiam sambil nanar menatap Taehyung, "Aku tidak mau tahu! Kau harus ada di sampingnya sampai dia membuka mata!"

Jisoo spontan mendongak, "Oppa tidak mengusirku?"

"Aku memang bukan orang baik, tapi aku tidak sejahat yang kau pikirkan!" dengus Hyoseop, "Aish... untung saja syok hipovolemik-nya bisa langsung ditangani."

Jisoo tak paham apa yang Hyoseop katakan, namun gadis itu sangat bersyukur ia berhasil menyelamatkan Taehyung. Berterima kasih tidak akan membuatnya terlihat lebih baik karena ia memang tak pantas melakukannya. Jisoo bahkan tidak tahu apakah ia harus tetap berada di sana sesuai instruksi, pun tak yakin kalau Taehyung masih ingin melihat sosoknya setelah semua yang ia dengar.

"Satu lagi," Hyoseop berhenti di daun pintu. Ia melirik punggungnya, "Kalau sesuatu terjadi padaku, kau harus berjanji untuk tetap berada di sisinya. Arasseo?"

Jisoo terdiam tak mengerti.

"Arasseo?!" sekali lagi Hyoseop bicara. Meski masih tak mengerti, Jisoo pun menganggukkan kepalanya pelan. Kenapa bicaranya aneh sekali?

🇰🇷

Entah sudah berapa jam Jisoo berada di ruangan itu menatap Taehyung yang masih terlelap, tapi ia sama sekali tak mengantuk. Para perawat sudah berkali-kali mengadakan pengecekan. Hyoseop juga berkali-kali mondar-mandir mengawasinya. Melihat jendela, Jisoo rasa sekarang sudah gulita.

Sang gadis pun berniat bangkit dari kursi kecil di samping ranjang saat tiba-tiba ekor matanya menangkap pergerakan pada kedua mata Taehyung. Jantung Jisoo berdegup kencang. Ia langsung mendekat, mencengkram pinggiran ranjang sambil menatap Taehyung lekat.

"Taehyung-ah...?" tanya Jisoo, hampir berbisik. Bibir gadis itu bergetar begitu melihat Taehyung berkedip dan menyematkan kedua bola mata padanya. Taehyung masih terlihat lelah. Kelopak mata pun hanya terbuka setengah namun ia tidak berniat untuk kembali tertidur.

Fixing the Broken YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang