13

135 9 0
                                    

Setelah membereskan barangnya yang yadi berserakan, Kirana langsung mencoba masuk ke kamar Irene.

"Ma.." ujar Kirana yang langsung masuk kamar Irene.

"Gak Ana, mama lagi gak mau ngomong dulu sama kamu" ujar Irene.

"Mama bisa dengerin penjelasan Ana dulu?"

"Ngga Ana!! Mama udah gak percaya lagi sama kamu mulai sekarang!" Ujar Irene meninggikan nada bicaranya.

"I-iya, maaf ma" balas Kirana lirih dan langsung pergi dari kamar Irene.

"Non, obatin dulu lukanya. Biar mbok bantu"

"Gausah mbok, gapapa. Nanti juga sembuh sendiri, makasi banyak ya" ujar Kirana langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Kirana tidak berhenti menangis hingga kepalanya yang terasa pusing. Tidak ada yang memperdulikannya, bahkan mbok Nani dilarang untuk mengantarkan makanan ke kamarnya.

Pukul sembilan malam Kirana memutuskan untuk keluar rumah di saat penghuni rumah tersebut sudah tertidur.

"Gw butuh lo sekarang jai, orang orang gak ada yang percaya lagi sama gw. Bahkan mama juga udah gak percaya lagi sama gw"

"Gw bingung sekarang harus ngapain" batinnya sembari menangis sesenggukan di sebuah kursi yang berada di taman

"Tuhan, kalo udah gini jujur aku bingung harus ngapain lagi. Bawa Ana pulang bisa?" Ujar Kirana lirih.

Saat Kirana menangis ia sedikit terkejut dengan anak kecil yang menghampirinya dan memanggilnya lembut.

"Taa.." ujarnya lembut.

Kirana menonggakan kepalanya dan segera menghapus jejak air matanya. "Oh, hai! Kenapa de, ada yang bisa kakak bantu? Nama kamu siapa? Ujar Kirana sembari memberikan senyumannya.

"Nda kok taa! Nama ku Jaino. Tapi orang orang lebih sering panggil aku nono" ujarnya sambil memberikan kain kecil untuk menghapus air mata Kirana.

"adi nono liat tata angis, yaudah nono campeyin aja" ujarnya seperti mengerti kebingungan Kirana.

"Ah.. kakak ga nangis kok! tadi kakak lagi duduk istirahat di sini terus ketiduran karena lagi capek banget. Jadi gini deh matanya merah" ujarnya sembari tersenyum.

"Mommy pelnah bilang ke nono, kalau jujul cama pelacaan cendili itu penting loh tata. Adi tata nda ucah pula pula, angan boong cama pelacaan cendili emi keyiatan uat cama olang ayin" ujarnya

Karina tertegun dengan ucapan anak sekecil ini, dia memeliki pemikiran yang dewasa. "Kok kamu bisa ngomong gitu sih?" Tanya Kirana gemas

"Kalena mommy celalu biyang itu te nono. Tatanya alo di endem cama dili cendili itu nanti kepayanya bica pucing, belicik anti bica meyedak kepayanya. Nono akut alo anti kepaya nono meyedak, tata nda akut? Anti kepayanya meyedak iii" ujarnya menjelaskan.

Kirana terkekeh mendengarkan penjelasan dari Jaivano "emes anget ci kamu anak kicik" ujarnya sembari mencubit pelan pipi Jaivano.

"Nono ukan anak kecil au, nono udah dewaca" ujarnya tak terima sembari bersedekap tangannya di depan dada menghadap Kirana.

Kirana di buat makin gemas dengan kelakuan Jaivano. "Kamu kenapa malem malem di luar gini? Mau kakak anter pulang?

"Nda ucah tata.. nono agi unggu mommy i antol. Nono bocen adi kelual aja. Teyus iat tata adi nono campelin aja"

Kirana mengedarkan pandangannya dan ternyata ada perempuan sedikit tua yang sedang melihat ke arahnya dan Jaivano sembari tersenyum dan Kirana otomatis membalas senyuman itu. "Itu siapa nono?"

KIRANA [JENRINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang