17

132 9 13
                                    

Pov Kirana di taman belakang.

Dia duduk seorang diri di sebuah kursi yang sudah tertata. "Tuhan.. apa yang sedang terjadi sebenarnya, Ana bingung dengan keadaan yang sekarang. Semua orang seperti membenciku tapi aku tidak tau apa kesalahanku. Tuhan, apabila ini memang rencanamu untuk membangun kedewasaanku tolong bantu dan kuatkan aku untuk menghadapinya, aku gamau mati ditangan sendiri" batinnya. Setelah beberapa saat Kirana baru mengingat bahwa mamanya sedang menunggu di kamar, ia segera menghapus jejak air matanya dan berjalan cepat menuju kamarnya.

"ma.." panggil Kirana sembari membuka pintu kamar.

"eh sayang, udah selesai ngobrolnya?" tanya Irene yang terbangun dari tidurnya.

"udah, mama udah tidur ya? maaf ya, mama kebangun lagi karna Kirana" ujarnya

"cerita apa aja tadi ko lama banget? Gapapa sayang, mama kan mau ngobatin kamu."

"banyak banget pokonya seru deh, makasi ya ma" ujar kirana tersenyum kikuk

"iya sama-sama sayang. Seru banget obrolannya gamau cerita ke mama nih?" ujar Irene

"ngga ah pokonya seru banget" ujar kirana berbohong.

"yauda deh, sini mama obatin lukanya" ujar Irene sembari berjalan menuju nakas dan dihampiri Kirana.

"pelan-pelan ya ma, takut Ana"

"iya sayang, kalo sakit bilang ya!"

"iya ma"

Irene mengobati luka Kirana sembari berbincang-bincang agar mengalihkan rasa sakitnya agar tidak terlalu terasa sakit.
"udah selesai" ujar Irene sembari merapikan alat-alatnya.

"cepet juga ya ma, kok ga sakit sii?" tanyanya sedikit heran

"iya dong, sengaja mama ajak ngobrol kamu biar sakitnya ga gitu berasa" ujar Irene

"hmm, makasi ya ma"

"sama sama sayang" jawab Irene sambil mengajak anak ke pelukannya.

Kirana tanpa sadar meneteskan air matanya "makasi ya ma, sekarang alesan Ana buat tetep bertahan hidup itu cuma mama..jangan tinggalin Ana lagi yaa" batinnya.

"Kenapa? Gapapa nangis aja sayang gausa di tahan" ujar Irene yang merasa tubuh anaknya seperti menahan rasa sesak di pelukannya.

"Ana ga nangis maa, ini sesek karna mama yang peluk Ana kenceng banget" ujarnya berbohong dan mengusap air matanya.

"Kekencengan ya? maafin mama sayang" ujar Irene sedikit tertawa dan melepaskan pelukannya dengan Kirana.

"Iya nih, mama peluk Ana kenceng banget" tertawa kecil

"Terus itu matanya merah kenapa coba?"

"A-ah ini Ana kelilipan rambut mama tadi, udah ma Ana mau tidur"bohongnya lagi sedikit gugup

"Yauda yuk tidur, bentar mama taruh dulu alat bekas obatin kamu" ujar Irene sambil berjalan menuju kotak P3K yang di simpan di laci meja rias Ana.

"Mama tidur disini?" Tanya Kirana

"Iya dong, mama mau nemenin kamu"

"Gapapa gausa ma, Ana bisa kok tidur sendiri lagi sekarang"

"Kamu usir mama?" Ujar Irene bercanda

"E-eh ga gitu, yauda kalo mama mau tidur di sini lagi Ana seneng dong" ujarnya pasrah

Beberapa menit kemudian Ana terlelap sementara Irene masih mengusap lembut surai anaknya itu.

"Maafin mama ya sayang, keadaan keluarga kita udah gabisa balik lagi kaya dulu.. mama tau kamu di tampar lagi sama papa karna mama liat luka kecil dan pipi kamu yang lebam lagi waktu tadi ngibatin kamu, mama tau kamu kamu nangis di taman belakang sebelum ke sini.. mama tau tadi kamu nangis dan cari cari alesan biar mama gatau" Batin Irene dengan menahan isak tangisnya, Irene memeluk tubuh Kirana dan tertidur.

KIRANA [JENRINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang