Waktu sudah menunjukan pukul 06.15 dan kini Aksa Irene dan Yeji sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Mbok Kirana sudah bangun?" tanya Irene pada mbok Nani
"Aduh bu maaf saya lupa bangunin non Ana" jawab mbok Nani sedikit takut
"Yaudah gapapa, mbok tolong bangunin Kirana sekarang ya!" perintah Irene
"Baik bu kalo gitu saya permisi. Pak non" ujar mbok Nani yang pamit untuk membangunkan Kirana
"Kebiasaan, udah gede masih aja gak mandiri. Mau jadi apa nanti" ujar Aksa ketus
"Pah!!" peringat Irene
"Kenapa si ma, papa cuma ngomong fakta apasalahnya lagian ini juga demi kebaikan dia" ujar Aksa
"Ana masih butuh bimbingan orangtuanya pah, apalagi di usianya yang kebilang masih labil" balas Irene
"Udahlah masih pagi males debat papa" ujar Aksa yang sembari mengambil satu roti dan mengoleskan selai coklat ke roti tersebut
"Pah tunggu Ana sebentar bisa?!" ujar Irene
"Nih, dimakan sayang! kamu berangkat sekarang aja nanti telat dateng kesekolah" ujar Aksa memberikan roti yang sudah dibuatnya untuk Yeji dan menghiraukan perkataan Irene yang sedang menahan amarahnya.
"Aku nunggu Kirana aja pah gapapa" ujar Yeji sembari mengambil roti yang diberikan Aksa.
"Ngga, kamu berangkat seka_
ucapannya terpotong karena mbok Nani yang datang dengan berbicara sedikit berteriak
"Ibuu, non Ana gak ada di kamarnya!" ujar mbok Nani sedikit berteriak
"Beneran mbok, udah coba buka pintunya?" tanya Irene
"Sudah bu, tadi saya ketuk pintunya terus panggil non Ana tapi gak ada jawaban jadi saya coba buka pintunya dan ternyata gak di kunci dan non Ana udah ga ada" jelas mbok Nani
"Bikin onar mulu! udah Yeji sekarang kamu berangkat aja bentar lagi papa juga mau berangkat!" perintah Aksa
"Iya pah" jawab Yeji sembari berpamitan kepada Irene dan Aksa
"Hati-hati ya sayang" ujar Aksa dan dibalas anggukan oleh Yeji.
"Papa berangkat sekarang" ujar Aksa
"Pah!!" panggil Irene meninggikan suaranya
"Kenapa lagi ma?! Soal Kirana yang kabur?"
"Papa ga salah nanya kaya gitu?! Dia anak kandung kamu loh!"
"Biarin aja lah! toh dia juga bakalan balik lagi ke rumah nanti, anak yang bikin onar mulu ga usah di peduliin nanti ngelunjak!"
"Sebegitu ga peduli kah papa ke Kirana, dia salah apasi pah?!" Tanya Irene yang sedang menahan amarahnya.
"Udahlah ma, papa males debat pagi-pagi gini apalagi bahas Kirana. Papa betangkat dulu" pamit Aksa dan Irene hanya bisa pasrah.
________
Sesaat sampai di sekolah Kirana langsung berjalan menuju kelasnya. Saat hendak duduk di kursinya tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengannya dengan kasar.
"Apa-apaan si lo" ujar Kirana ketus
"Gausah banyak bacot lo, ikutin aja gw" jawab Reyna
"Masih pagi, bisa ga jangan ngajak ribut dulu"
"Ah bacot lo" ujar Reyna sembari menarik lengan Kirana agar berjalan lebih cepat
Beberapa menit berlalu mereka berhenti di depan suatu ruangan lebih tepatnya tempat circle Yeji berkumpul.
"Masuk!" ujar Cerry ketus
"Ngomong sini aja langsung, gw males ribut" ujar Kirana
"Kenapa, takut lo ya sama gw" ujar Yeji yang tiba-tiba keluar dari ruangan tersebut
"Cih, mana ada gw takut sama anak yang aduan kaya lo" balas Kirana
"Brengsek lo!!"
"Kalo gw brengsek, lo apaan?!"
"Bacot banget ya lo!!" ujar Yeji sembari menjambak rambut Kirana
"Lo lebih bacot ya anak pungut!!" ujarnya sembari membalas jambakan Yeji
"Kurang ajar lo! Girls pegangin dia!!!" perintah Yeji kepada teman-temannya dan langsung mereka lalukan
"Lepasin gw brengsek" teriak Kirana
Plak!
Kirana menatap tajam Yeji setelah satu tamparan Yeji daratkan di pipi sebelah kanannya
"Kenapa?! Mau balik nampar gw?" ledek Yeji
"Mau lo apa hah?!"
"Gw mau lo pergi dari rumah, tp kalo mati lebih bagus sih"
"Seharusnya lo yang keluar dari rumah gw, lo udah rebut semua sumber kebahagiaan gw!! Dasar anak pungut gatau di untung!" Ujar Kirana
Yeji yang semakin panas dan geram atas ucapan Kirana langsung menjambak rambut Kirana dan membenturkan kepala Kirana ke sudut meja dengan kencang. "Bajingan lo ya, berani-beraninya ngomong gitu ke gw" ujarnya dengan tak henti melukai Kirana dengan menambah tamparan dan kembali membenturkan kepala Kirana ke sudut meja.
"Ji udah ji, kita bisa di skors dari sekolah kalo ketauan" lerai Julia dan di angguki oleh ketiga teman lainnya
Ting...ting...ting...
Bel masuk berbunyi dan akhirnya mereka pergi meninggalkan Kirana yang sudah merasa pusing.
"Masih untung lo segini, kalo ga ada temen gw yang ngingetin udah abis lo ditangan gw" ujar Yeji berbisik di telinga Kirana dan melenggang pergi bersama keempat temannya.Kirana memegang kepala yang tadi terkena benturan dan ternyata sudah ada luka yang mengeluarkan darah cukup banyak "ash...sakit banget kepala gw" batinnya.
Kirana mencoba berdiri dan berjalan dengan terpogoh-pogoh menuju kelasnya yang lumayan jauh dari tempat Yeji tadi. Saat sekitar tiga kelas lagi Kirana akan sampai kelasnya dia merasa pandangannya mulai memburam dan tubuhnya yang semakin melemas dan akhirnya "bruk" Kirana jatuh pingsan.
_______
Beberapa jam kemudian Kirana sadarkan diri.
"Hmmm" Kirana bergumam
"Sayang, syukurlah kamu udah sadar! Mama khawatir banget" ujar Irene sembari memeluk sang anak
"Kenapa Ana ada di sini ma?"
"Tadi mama dapet kabar dari wali kelas kamu, kalo kamu pingsan tapi dalam keadaan luka di bagian kepala jadi mama minta tolong aja buat anterin kamu ke RS ini biar mama yang rawat" jelas Irene.
"Ana udah gapapa ko ma, sekarang Ana pamit ke sekolah lagi ya" ujar Kirana sembari terbangun dari tidurnya.
"Ngga! Kamu belom sembuh Ana, masalah sekolah mama udah izin ke wali kelas kamu"
"Ngga usah ma, Ana udah gede. Ana bisa urus diri Ana sendiri, mama ga usah peduliin Ana" ujarnya sembari mengikat rambutnya yang tak beraturan.
"Ana mama sayang kamu, mama peduli sama kamu, mama ga bisa liat kamu sampe luka-luka gini" ujar Irene dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya
"Apa Ana harus percaya ucapan mama sekarang?! Ucapan sama perlakuan mama ke Ana berbanding terbalik ma. Ana ga butuh ucapan tapi yang Ana butuh bukti ma!"
"Maafin mama sayang, mama ga bermaksud gitu"
"Udahlah ma, Ana mau pamit ke sekolah. Ana takut kalo absent papa bakal makin benci dan siksa Ana sepuasnya, Ana capek ma...hiks" ujarnya sembari meneteskan air mata yang di tahan sedari tadi.
"Maafin mama sayang, mulai sekarang mama bakal lindungin kamu dari siapapun termasuk dari papa kamu" ujar Irene sembari memeluk Kirana guna meyakinkan dan memberi ketenangan.
Maaf kalo ceritanya makin ngawur huhu:(
***
Semoga sukaa💕
Bantu comment and vote yaa❤️
Makasi banyakkkk💙🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA [JENRINA]
Short Storylagi pengen nangis aja, jadi iseng bikin cerita angst hehe Tolong yakinkan aku untuk tidak menangis disaat situasi sesulit apapun "Please jangan tinggalin gw Jai" Kirana fyi foto fotonya aku ambil dari pinterest dan ada beberapa yang aku edit lagi...