Bab 7

69 32 329
                                    

Bab 7

Ketika Andre dan kawan-kawan asyik bermain ponsel, Eldhar memasuki ruang kelas dengan wajah kesal. Mereka semua mengalihkan fokusnya dan memerhatikan pemuda itu berjalan pelan ke arah mereka kemudian duduk dengan kasar seraya menendang meja di dekatnya.

Andre menaikkan sebelah alis. "Kenapa lo?"

"Bapak BK bikin sebel."

"Tumben. Abis diapain lo sama dia?"

Sebelumnya di ruang BK.

Eldhar berdiri di samping salah satu meja guru dengan kedua tangan menyatu di punggung. Seperti biasa dia menunggu ceramah dari pria yang bekerja sebagai guru BK di sekolah. Beliau tampak muda seperti baru lulus dari perguruan tinggi. Kepribadiannya baik, menjadi panutan murid laki-laki dan disukai murid perempuan.

Namun, bagi Eldhar, pria ini adalah pria menyebalkan yang mesti dia hadapi ketika di BK. Tiap kali Eldhar dipanggil menuju ruang BK, guru muda inilah yang akan mengurusnya.

Sepuluh menit berlalu dan belum ada tanda-tanda guru BK akan berbicara. Sampai kapan dia diminta berdiri di sini? Eldhar mulai menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya. Ia memejamkan mata berusaha tenang.

Aduh bosen bener disuruh diri doang di sini. Mau sampe kapan, sih. Aku pengin main sama Ria malah ditahan di sini. Eldhar merutuk dalam hati.

"Bosen, ya? Pengin ketemu cewekmu, ya?"

Pak Ares selaku guru BK menatap Eldhar penuh kejahilan. Ada senyum lebar yang menampakkan kesan usil dan mengejek membuat Eldhar diselimuti perasaan kesal. Dari belakang serasa api berkobar siap membakar apa pun di sekitar.

"Itu tau. Bapak tinggal ngomong kok diem aja dari tadi," ketus Eldhar. Terlalu sering mengunjungi ruang BK dan dibina oleh Pak Ares, Eldhar memiliki hubungan khusus dengan guru dan ruangan yang katanya ditakuti oleh murid-murid.

Tidak ada yang menyeramkan. Mengapa harus takut? Paling hanya ditegur dan dinasihati agar kesalahan tidak terulang. Akan tetapi, Eldhar bukan tipe orang yang mau menuruti orang begitu saja.

Pak Ares mengulas senyum. Ia mengambil satu lembar kertas dan membacanya saksama. "Akhir-akhir ini kamu banyak berubah, El. Kamu enggak lagi terlambat, tawuran, bahkan kamu mengikuti pelajaran sampai jam terakhir. Baguslah akhirnya kamu sadar." Ia meletakkan kertas berisi informasi mengenai Eldhar. "Tolong ini dipertahankan sampai kamu lulus. Kamu sudah di daftar merah, El. Sekali kamu berbuat masalah lagi, sekolah akan bertindak."

Eldhar mengalihkan pandangan. Celoteh guru BK di depannya bagai kicauan burung. Eldhar merasa enggan untuk mendengarkan. Pak Ares menyadari ketidakpedulian Eldhar terhadap perkataannya. Otaknya berpikir keras, apa cara yang tepat untuk membuat anak nakal ini patuh.... Terlintas satu ide, Pak Ares melipat kedua lengan di atas dada dan berkata, "Mungkin saya harus ngomong sama cewekmu biar kamu nurut, ya."

Tepat seperti yang diperkirakan, Eldhar mengeluarkan jurus andalannya: menatap tajam. Akhirnya ada sesuatu yang bisa menyerangnya balik. Pak Ares sangat bahagia sampai senyumnya begitu lebar ke telinga.

"Oh, masih ada satu lagi." Ia mencari sesuatu di tumpukan dokumen. Menemukan apa yang dicari, Pak Ares memberikan beberapa lembar kertas yang menyatu dengan klip kertas. "Nilai kamu sekarang yang bermasalah."

Ah, datang juga masalah ini. Eldhar menatap guru BK di depannya dalam diam. Melihat Eldhar tidak kunjung berbicara, Pak Ares melanjutkan. "Sebisa mungkin ujian akhir semester nanti nilaimu meningkat. Kalau nilai ujian akhir kamu bagus, kamu gak akan di daftar merah lagi."

"Kan saya sudah membaik. Saya udah gak buat masalah lagi, Pak."

"Memang, itu yang bagus dari kamu. Tetapi, sekolah juga minta nilai kamu membaik. Lagi pula nilai bagus untukmu juga, kan? Kamu nanti bisa kuliah di universitas terbaik terus- "

"Saya gak akan kuliah. Saya langsung cari kerja," ucap Eldhar penuh ketegasan.

Pak Ares hampir dibuat bungkam olehnya. Mengerjapkan mata beberapa kali, ia memasang senyum tipis. "Ya sudah. Intinya selama kamu masih berstatus pelajar sekolah, maksimalkan nilai juga. Enggak perlu nilai tinggi, yang penting melebihi nilai standar itu udah bagus. Bisa kan, El?"

Andre mengangguk paham mendengarkan cerita Eldhar selama dia di BK tadi. Dia mengerti inti dari pembicaraan Eldhar dengan Pak Ares. "Jadi, lo mau belajar gitu? Lo bukannya gak suka belajar."

"Itu dia." Eldhar mengembuskan napas kasar. Dia tidak menyukai belajar atau hal-hal yang membuatnya harus duduk lama dan berpikir. Belajar itu bikin sakit kepala. Eldhar lebih suka melakukan hal-hal yang mengandalkan otot ketimbang otak.

Andre yang telah menyelesaikan match game menatap Eldhar tanpa mengatakan apa pun. "Kenapa gak minta Aria ajarin lo? Dia pasti pinter, kan?"

Apa pun itu, selama ada Aria bersamanya, Eldhar pasti tidak akan bosan dan setuju tanpa pikir panjang.

Benar saja, begitu Andre menyebut Aria, mata Eldhar berbinar semangat. "Bener juga. Kalo ada Ria, gue bakal semangat belajar."

Tepat sasaran. Memang enggak salah aku bawa Aria. Andre tersenyum tipis menyaksikan sahabatnya yang sedang mabuk cinta.

Belum tanda jam istirahat kedua sudah berakhir berdering keras ke seluruh penjuru sekolah. Beberapa kawan Eldhar dan Andre yang terpisah kelas bergegas menuju kelas mereka masing-masing usai membereskan meja dan kursi yang tadi mereka pakai.

Pulang sekolah, seperti biasa Eldhar menunggu bus sekolah datang bersama Aria. Sejak tadi Eldhar terus menerus melirik Aria. Yang dilirik tidak menyadari sebab terlalu fokus pada ponsel. Perlahan Eldhar mendekati Aria, wajahnya semakin dekat di telinga Aria. "Ria."

"Y-ya?" Aria refleks menutupi telinganya yang baru saja dibisiki oleh Eldhar. Suara Eldhar tadi begitu berat dan serak sampai telinga Aria memerah padam.

Eldhar mengedipkan mata lalu tersenyum. "Begini, aku tadi dipanggil ke BK. Katanya aku udah mulai ada perubahan. Itu berkat kamu akhirnya aku gak telat lagi dan gak tawuran lagi."

"Ya .... " Aria menanggapi dengan pelan. Dia belum menemukan inti pembicaraan Eldhar. "Terus?"

"Tapi ada satu kendala lagi. Nilai aku. Nilai aku di ujian akhir nanti minimal harus melebihi KKM biar gak masuk daftar merah lagi." Eldhar bingung bagaimana melanjutkan perkataannya. Butuh beberapa detik untuk Eldhar bisa menemukan penjelasan yang mudah dipahami. Menggaruk kepala bagian belakang, satu tangan Eldhar terjulur memegang tangan Aria. "Aku minta tolong kamu buat ajarin aku."

Jiwa Aria serasa melayang dari tubuhnya. Dia membeku untuk sesaat. Tunggu, bukankah ini adalah salah satu adegan dalam romansa sekolah. Tokoh utama perempuan dengan tokoh utama laki-laki belajar bersama. Dengan kata lain, kencan belajar. Ini salah satu impian Aria bersama crush-nya. Terdiam beberapa saat, Aria mengangguk pelan.

"Boleh."

Wajah Eldhar berubah cerah. Saking senangnya dia sampai mengayunkan tangan Aria yang digenggamnya dengan gemas. "Beneran? Makasih banyak, sayang!"

Aria menyunggingkan senyum. Kali anggukkannya lebih kuat. "Besok kita mulai belajarnya, ya."

"Siap!" seru Eldhar seraya melakukan pose hormat.

[END] I Love You ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang