Bab 14
“Selamat datang!”
Dituntun oleh pelayan, Aria duduk di salah satu kursi yang letaknya cukup dekat dengan pintu menuju dapur karyawan. Terdengar suara ribut pria dan denting peralatan memasak yang beradu dari ruang dapur.
Sesekali Aria mengintip ke dalam dapur untuk melihat pemandangan sekilas tersebut. Terlihat beberapa karyawan sibuk menyiapkan bahan-bahan dan memasak ramen, makanan terkenal dari Jepang.
Tanpa sepengetahuan Eldhar, Aria datang ke kedai ramen tempatnya bekerja paruh waktu selama liburan semester berlangsung. Ini adalah rencana yang tiba-tiba muncul di kepala Aria ketika mendengar pemuda itu akan bekerja paruh waktu di sebuah kedai makanan. Dia penasaran bagaimana sosok Eldhar saat bekerja.
Bukankah ini pengalaman langka, melihat gebetan berjuang keras dan mandiri mendapatkan uang untuk kebutuhannya sendiri. Aria akan meniru sifat pekerja keras dari Eldhar.
Melihat daftar menu, Aria memesan satu jenis ramen dan satu minuman dingin. Mendapat satu pesanan baru, karyawan di dalam dapur menjadi lebih sibuk dan ribut. Mungkin ini keseharian mereka. Tidak bisa jika tidak ribut.
Aria mengeluarkan ponselnya. Menemukan pesannya yang belum terbaca oleh Eldhar, Aria mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari seseorang.
“Eldhar mana, ya? Dia di bagian dapur, kah?” gumam Aria ketika tidak menemukan sosok Eldhar berjalan-jalan melayani pelanggan. Rasa kecewa terbesit dalam hati Aria. Jika Eldhar bekerja di bagian dapur, maka dia tidak bisa melihat Eldhar bekerja. Sungguh disayangkan jika benar begitu.
“Bos! Aku ambil istirahat, ya!” seru seseorang seraya berjalan keluar dari ruang dapur. Menemukan gadis mungil duduk di salah satu meja, orang tersebut mengernyit heran seperti mengetahui gadis tersebut. “Ria?”
Aria menoleh ke belakang lalu kedua matanya membelalak. Akhirnya, orang yang dia cari menampakkan wujudnya. Eldhar–dengan pakaian ala juru masak Jepang membuat Aria terpana. Sekarang Eldhar benar-benar terlihat keren! Jantung Aria tidak bisa tenang menghadapi pemandangan baru di hadapannya kini.
Rona merah menyelimuti kedua pipi chubby Aria. Sebisa mungkin ia mencoba tenang dan berbicara normal. “Halo, El.”
El cakep banget! Jadi pengin foto dia. Aria menjerit-jerit dalam hati. Untung saja tidak ada yang bisa membaca isi hati seseorang. Jika ada yang bisa, kemungkinan mereka akan mendengar jeritan Aria karena melihat penampilan gebetannya, Eldhar.
Mengambil kursi di depan Aria, Eldhar berkata dengan lembut. “Kok ke sini gak bilang, hm?”
Aria tertawa kecil. “Aku mau kagetin kamu.”
Eldhar menyunggingkan senyum manis lalu mengusap pelan kepala Aria. “Udah berani nakal, ya. Kaget banget tadi. Untung aku sadar kamu duduk di sini.”
Tak lama, pelayan datang membawakan pesanan Aria. Pelayan tersebut sekilas melihat Eldhar kemudian menyunggingkan senyum mencurigakan yang membuat Eldhar mengerutkan kening. “Kenapa loe, Kak?”
Pelayan itu mengibaskan tangan. “Gapapa, kok. Lanjutkan, El.” Setelah itu pelayan meninggalkan mereka berdua dengan wajah ceria seolah baru saja memenangkan lotre. Dia mengetahui yang sebenarnya dan hanya bisa tersenyum lebar sampai mendatangkan kebingungan kepada karyawan lainnya.
Eldhar agak bingung, mengapa rekan kerjanya tadi memasang senyum lebar dan mencurigakan tadi? Agaknya dia tidak melakukan sesuatu yang lucu. Ah, mungkin saja dia habis mengingat video lucu yang pernah ditontonnya. Eldhar tidak ambil pusing dan kembali fokus pada gadis yang hendak makan di depannya.
Menggunakan sumpit, Aria meniup pelan mi yang masih mengepul kemudian menyantapnya. Sensasi asin, gurih, dan hangat menyelimuti rongga mulut Aria hingga gadis berkepang tersebut berdeham keenakan. Dia penasaran apakah ramen asli buatan orang Jepang juga sama lezatnya seperti yang sekarang dimakannya. Ah, karena pemiliknya berani membuka usaha ini, berarti pasti dia sudah mempelajari bagaimana membuat ramen dari ahlinya.
Terlalu asyik makan membuat Aria hampir melupakan keberadaan Eldhar di hadapannya. Di sisi lain, pemuda itu terus menatap Aria dengan senyum manis terpatri di wajahnya. Tampak sangat menawan, jantung Aria hampir tidak aman olehnya.
“Kenapa liatin aku terus?” tanya Aria kemudian menyantap mi lagi.
Eldhar tertawa kecil. “Gapapa, suka aja. Aku suka liat kamu di sini, suka liat penampilan kamu, suka liat kamu makan, pokoknya semuanya yang berhubungan sama kamu aku suka.”
Serasa ada gunung meletus di belakang Aria. Dalam sekejap wajah Aria tercelup cat merah dan sedikit memanas seperti sedang direbus. Dia tidak yakin apakah ini pengaruh ruangan atau serangan kemanisan dari Eldhar.
Eldhar sering mengucapkan kata-kata manis, tetapi sampai sekarang Aria belum bisa terbiasa dengan itu. Jantungnya mendadak berpacu lebih cepat dan dia tidak mampu mengucapkan kata-kata seolah lidahnya kelu.
Ketika Aria sibuk mengendalikan hatinya, seorang pria berusia tiga puluh keluar dari ruang dapur kemudian melihat Eldhar duduk di salah satu meja pelanggan. “Loh, katanya istirahat.”
“Ini lagi istirahat, Bos.”
Sang pemilik menaikkan kedua alis, entah kenapa jawabannya terdengar tidak memuaskan. Begitu melihat siapa yang duduk bersama Eldhar, senyumannya mengembang sempurna. Dia memahaminya dengan hanya sekali lihat. “Oh, gitu. Nemenin cewekmu, ya.”
Eldhar tidak bisa menahan senyumnya begitu pemilik kedai memanggil Aria dengan sebutan ceweknya. “Tau aja, nih.”
Sayangnya yang dipanggil tidak menyadari karena terlalu sibuk menenangkan hati yang sedari tadi ikut kompetisi balapan kuda.
“Yaudah. Buat kamu yang mau kencan, khusus hari ini saya kasih libur, deh.”
“Seriusan, Bos?”
Pemilik kedai mengangguk kuat. Kedua mata Eldhar berbinar semangat. “Makasih banyak, Bos! Besok aku kerja lebih giat!”
Jawaban Eldhar membuat pria berkepala tiga tersebut tertawa kecil. “Nikmati kencannya, deh,” ujarnya sebelum pergi meninggalkan Eldhar untuk mengurus hal lain terkait bisnis yang tengah dikelolanya sekarang.
Melihat sang owner dengan senyum lebar di wajahnya, Eldhar berbalik menatap Aria. “Sayang, abis ini kamu ke mana? Aku bakal temenin kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I Love You Forever
RomanceAria Wulandari menyukai seseorang. Namun, yang disukainya adalah berandal yang sering tidak mematuhi peraturan sekolah dan suka mengintimidasi para siswa. Banyak orang tidak menyukai pemuda itu, bahkan untuk mendekatinya enggan, termasuk Aria sendir...