Bab 10
Andre dan Ema tidak memercayai apa yang mereka lihat saat ini. Raut wajah keduanya sama-sama jelas menampakkan keheranan, seolah baru saja melihat sesuatu yang tidak wajar. Di atas meja terdapat buku rapor yang terbuka pada halaman daftar nilai akhir semester sekarang dengan hasil memuaskan yang ditulis dengan tinta hitam. Hampir semua nilai pada daftar di kisaran nilai 80. Namun, ini bukan permasalahan nilai, melainkan nama yang tertera di sana.
Pemilik buku rapor tersebut adalah Eldhar Amuzaki.
Bagi Andre yang sudah bersahabat cukup lama dengan Eldhar, dia tidak pernah melihatnya bisa mendapatkan nilai sebagus ini dalam ujian. Bahkan Eldhar sendiri ogah bila diminta belajar.
“Keren, kan?” Eldhar menyilangkan kedua tangan di depan dada, memasang ekspresi bangga dan senang. “Berkat diajarin cewek gue akhirnya bisa dapet nilai segini.”
Ditatap kumpulan nilai yang tercantum pada daftar. Senyum Eldhar mengembang lebar. “Kapan lagi gue bisa dapet nilai sebagus ini. Makin cinta gue sama Ria, kalo gini gue jadi termotivasi dapet nilai lebih bagus lagi biar bisa gue tunjukin ke dia,” ujarnya dengan rona merah di pipi. Pemandangan langka yang tidak akan bisa dilihat siapa pun. Dari sini sudah terlihat jelas betapa besar perasaan Eldhar untuk Aria.
Di sisi lain, Ema yang terus memerhatikan mereka dalam diam akhirnya angkat suara, “El, kamu tuh udah pacaran belum sih sama Aria?”
“Hm? Belum. Kenapa?”
Ema mengerutkan kening. “Belum? Jadi kamu enak-enak aja manggil dia sayang gitu ternyata belum pacaran?”
Suasana hening menyambut mereka bertiga sebelum Aria datang ke kelas memecah kebahagiaan Eldhar. Pemuda itu membawa buku rapor kemudian menunjukkannya kepada Aria dengan raut wajah senang.
“Ria sayang, liat! Nilai aku di rapor bagus banget.”
Ema dan Andre menatap dalam diam. Rasanya seperti mereka melihat telinga dan ekor anjing imajiner bergerak-gerak mengikuti emosi si empunya.
Aria memeriksa daftar nilai Eldhar di semester sekarang. Kedua matanya membulat tatkala melihat seluruh nilai berada di atas nilai standar. Aria menyunggingkan senyum. “Beneran ini dapet segini? Keren banget.”
Membalas senyum, Eldhar melangkah lebih dekat. Wajahnya ia sejajarkan dengan Aria. “Kamu yang keren, sayang. Kan kamu yang ajarin aku.”
Seperti yang diduga, Aria langsung tersipu malu dan memalingkan wajah. Makin hari Eldhar makin pandai berucap manis. Jantung Aria berdesir kencang mendengar omongan manis dari crush. Sungguh sangat berbeda rasanya jika perkataan itu datang dari orang yang kita suka. Sensasinya amat sangat berbeda. Seperti ada madu meluncur turun menutupi sekujur tubuh Aria.
“Oh ya, katanya kalau nilai aku di atas KKM, Ria mau kabulin satu keinginan aku.”
“Hah? O-ohh... Iya, bener.” Aria mengembuskan napas perlahan dan menatap Eldhar. “Apa itu?”
Perlahan bibir Eldhar mendekat menuju telinga Aria. “Temenin aku ke suatu tempat,” bisiknya kemudian meniup pelan telinganya.
Besok malamnya, Eldhar telah sampai di depan rumah Aria untuk menjemput gadisnya menuju tempat yang dia maksud. Ini adalah reward yang diberikan Aria kepadanya karena berhasil menaikkan nilai hingga melebihi KKM.
“El?”
“Oh, udah sele– “ Kedua bola mata Eldhar membulat menyaksikan penampilan Aria malam ini. Kaos ungu yang dibalut cardigan hitam dan rok panjang hitam disertai sneakers putih. Rona merah menyelimuti pipi Eldhar. Gadisku imut sekali! jeritnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] I Love You Forever
RomanceAria Wulandari menyukai seseorang. Namun, yang disukainya adalah berandal yang sering tidak mematuhi peraturan sekolah dan suka mengintimidasi para siswa. Banyak orang tidak menyukai pemuda itu, bahkan untuk mendekatinya enggan, termasuk Aria sendir...