Bab 18 - END

16 2 3
                                    

Mereka berdua sampai di rumah Aria. Angin malam yang dingin dan menusuk membuat Eldhar bergegas mengantar Aria pulang agar ia tidak jatuh sakit. Memandang bangunan rumah Aria, netra hitam Eldhar tertuju kepada si gadis. Cukup lama ia memandangnya penuh kasih sayang dan lembut, seolah hanya dia satu-satunya yang ada di dunia ini.

"Besok aku mau kasih kamu sesuatu. Aku harap kamu bisa terima pemberian aku."

Aria memiringkan sedikit kepalanya, mempertanyakan ada apa dengan hari esok hingga Eldhar akan memberikannya sesuatu? Berbagai pertanyaan timbul di benak si gadis.

Menatap Aria yang kebingungan, Eldhar tidak bisa menahan diri dan menjulurkan tangan untuk mencubit pipinya dengan gemas. "Imutnya. Liat aja besok, deh. Sekarang kamu masuk terus istirahat. Kita bakal ketemu lagi di sekolah."

Helaan napas lepas dari bibir ranum Aria. "Yaudah, deh."

Puas dengan jawabannya, Eldhar mengambil satu langkah lebih maju lalu mengecup kening Aria. "Sampai ketemu besok, sayangku."

Panggilan yang Aria nantikan akhirnya keluar dari mulut Eldhar. Seperti biasa, kedua pipi Aria segera terselimut cat merah. Dengan senyum malu ia mengangguk kemudian berjalan cepat menuju pintu depan rumah. Saat hendak masuk, Aria menoleh dan mendapati pemuda itu masih berdiri di depan pagar.

"Gak usah kangen, sayang! Masih ada besok." Eldhar tertawa kencang. Benar-benar Eldhar sekali, yang tidak ragu memanggil Aria dengan sebutan sayang.

Untuk pertama kali di hari ini, Aria bisa tertawa lepas. Sungguh, pemuda itu memiliki sejuta cara membuatnya bahagia ataupun tertawa. Saat itu Aria teringat sesuatu. Dia belum pernah memberikan balasan dari seluruh rayuan manis.

"Ya, sampai ketemu besok, sayang."

Setelahnya Aria memasuki rumahnya, meninggalkan Eldhar dalam keadaan kosong. Sesaat kemudian, ia menyunggingkan senyum manis. inilah yang ia harapkan sejak lama. Gadisnya mau memberikan balasan manis kepadanya.

"Manis banget, sih," gumamnya lalu pergi pulang dengan hati riang.

Di kamarnya, Aria tidak bisa berhenti memikirkan kejadian barusan. Tangan memeluk bantal dan kedua kaki dientakkan keras ke kasur. Untung saja kepalanya dibenamkan ke bantal sehingga teriakannya teredam.

Menoleh ke sisi lain, wajah Aria kini memerah seperti udang rebus.

"Kenapa aku bisa ngomong begitu, ya.... "

Maaf, karena lelaki ini begitu menyukaimu dan ingin menjagamu hingga akhir napas.

Kalimat itu terngiang-ngiang di benak Aria. Sebesar itu perasaan dia kepadanya.... Pemuda yang dulunya hanya bisa ia pandang dari kejauhan kini bisa sedekat ini, bahkan mengutarakan cintanya kepada Aria.

Aria memejamkan mata, memorinya di hari itu masih dapat ia ingat.

Aria dalam perjalanan pulang dari sekolah. Ia memutuskan pulang dengan berjalan kaki karena sedang ingin menikmati udara sore.

Saat itu, dia melihat dua orang. Yang satu gadis kecil dan laki-laki dewasa. Aria melihat seragam sekolah yang dipakainya melekat di tubuh laki-laki itu, artinya mereka satu sekolah. Aria lihat mereka tampak membicarakan sesuatu sambil melihat ke atas pohon.

Apa yang mereka lihat?

Aria mendongak ke arah pohon dan menemukan balon berbentuk hati merah tersangkut. Ah... Itu pasti milik gadis kecil itu dan dia meminta kakak laki-laki itu mengambilkannya.

Hanya saja itu terlalu tinggi.... Bisakah dia mengambilnya?

Namun, sepertinya tidak menjadi masalah. Laki-laki itu bisa memanjat pohon dengan mudah dan mengambil balon milik gadis kecil yang tersangkut. Tindakan heroik itu membuat Aria terpukau.

Terlebih laki-laki itu tampak ramah dari caranya memperlakukan gadis kecil dengan lembut dan senyum manis.

Aria terdiam di tempatnya. Siapa orang itu?

Esoknya di sekolah, Aria menyaksikan gerombolan anak nakal memasuki gedung sekolah. Saat itulah, kedua mata Aria tertuju kepada satu orang. Itu laki-laki yang kemarin!

Ternyata dia masuk dalam jajaran anak bermasalah di sekolah. Kalau begini akan susah untuk mengajak ngobrol.

Hingga saat itu, Aria hanya bisa menatap laki-laki bernama Eldhar dari kejauhan tanpa ada keberanian untuk mendekat. Hal ini dilakukannya selama setahun hingga Eldhar menyuruh kedua temannya membawa Aria menghadap kepadanya dan menyatakan perasaannya.

Semua tampak seperti mimpi. Terlebih pengakuan kedua dari Eldhar di pasar malam saat itu.

Keputusannya sudah bulat. Ia tidak bisa menunda lebih lama lagi. Besok ia akan memberikan jawaban atas pengakuan Eldhar.

**

Di sekolah, Aria tidak menemukan keberadaan Eldhar di mana pun. Ke mana lagi pemuda itu menghilang?

Ketika ditanya di mana Eldhar, Andre tampak menghindari kontak mata dan menjawab dengan terbata-bata, seolah sedang menyembunyikan sesuatu.

"Aku chat juga gak aktif.... Dia di mana? Kemarin ilang, sekarang juga ilang.... "

Aria mengembuskan napas panjang. Mungkin saja dia sedang ada urusan dengan guru jadi tidak terlihat di mana pun. Namun, sampai jam istirahat, dia tidak kunjung menemukannya.

Entah kenapa firasat Aria tidak enak, dan lebih buruk dibanding kemarin.

"Kasih petunjuk, dong, El.... Kamu ada di mana.... "

Saat itu, bel berbunyi dan terdengar suara pria melalui pengeras suara, hendak mengumumkan sesuatu.

[Selamat siang, murid-murid sekalian. Berita duka dari salah satu murid kita. Eldhar Amuzaki dari kelas 2-5 telah meninggal dunia pada pukul 23.00 kemarin. Sejenak kita memberikan doa kepada saudara Eldhar yang telah meninggalkan kita, semoga diberikan tempat terbaik di sisi-Nya dan.... ]

Aria tidak dapat mendengarkan pengumuman itu lagi. Tatapannya kosong dan dia membeku di tempat sementara yang lain berbisik-bisik mencari tahu penyebab pemuda paling terkenal di sekolah bisa mengembuskan napas terakhirnya.

Aria mengingat sesuatu lalu berlari menuju ke kelas 2-5 di mana Andre tengah berkumpul bersama teman-temannya. Sampai di sana, ia mencengkeram kerah Andre dan menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa? Kenapa kamu gak kasih tau aku! Kenapa kamu gak bilang kalo El meninggal! Kenapa, Andre!"

Andre tidak mampu berkata apa-apa. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Dia merasa bersalah menyembunyikan berita besar ini dari Aria. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Andre takut akan menyakiti hati Aria atas kehilangan Eldhar.

Hati Aria remuk. Tidak kuat menahan beban tubuhnya, Aria terduduk di lantai, menangis keras atas kepergian pemuda yang dicintainya. Padahal kemarin mereka masih mengobrol dan tertawa bersama. Kemarin, Aria masih bisa melihat senyum khas Eldhar, suara dan rayuan manis dari Eldhar.

Sekarang dia tidak bisa mendapatkan itu lagi. Dia kehilangan sosok Eldhar. Dia kehilangan suara Eldhar. Dia kehilangan senyum Eldhar.

Semuanya. Dia kehilangan semuanya dari pemuda itu.

Maaf, karena lelaki ini begitu menyukaimu dan ingin menjagamu hingga akhir napas.

Aria mencengkeram dadanya yang sesak. Sekarang kalimat itu hanya tinggal kenangan. Pria yang dicintainya telah meninggalkannya bahkan sebelum ia memenuhi janji itu.


END

[END] I Love You ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang