Bab 11.5

7 2 0
                                    

Bab 11.5

Aria belum sempat mengatakan dia juga menyukai pemuda di sebelahnya. Padahal belum sempat mengatakannya, dia sudah mendapat dua kali pengakuan cinta dan keduanya dari orang yang sama.

Eldhar Amuzaki, pemuda yang dua kali menyatakan cintanya kepada Aria, juga pemuda yang Aria sukai. Entah apakah ini takdir atau bukan, Aria merasa serotonin dalam dirinya bergejolak hingga suasana hatinya begitu baik dan stabil.

Kini mereka tengah dalam perjalanan pulang ke rumah Aria usai asyik berkumpul bersama Andre dan Ema. Bagaimana dengan dua teman mereka? Sudah pergi ke tempat lain untuk membeli sesuatu.

Mengungkit soal itu, sebenarnya Aria ingin memberikan sesuatu kepada Eldhar. Tangannya dengan gelisah meremas tali tas bahunya sambil sesekali menatap Eldhar.

Kalo dia gak suka hadiahnya gimana, ya? Tapi aku cuman ada ini.

Aria larut dalam pikirannya hingga tidak sadar mereka telah sampai di rumahnya. Memandang gadis di sebelahnya melamun, Eldhar merasa gemas dan mencubit pelan pipi Aria. “Sayang, kita udah sampe rumahmu.”

“Hah? O-ohh.... “

Aria belum ingin masuk ke rumah. Dia harus memberikan ini kepada Eldhar. Mengumpulkan banyak keberanian, perlahan tangan Aria terjulur menarik ujung baju Eldhar. “El.”

“Hmm?” Eldhar mengedipkan mata beberapa kali.

“B-boleh liat tanganmu?”

“Tanganku?”

Aria mengangguk kecil.

Eldhar mengerutkan kening. Rentetan pertanyaan muncul di benaknya memikirkan apa yang sedang terjadi pada Aria, tetapi tidak ada satu pertanyaan pun keluar dari bibir ranumnya. Eldhar menunjukkan satu tangannya dan segera ditimpa oleh tangan Aria yang dikepal.

“Aria?”

Yang dipanggil tidak merespons. Aria menunduk, menyembunyikan wajahnya yang saat ini memerah padam. “Itu, aku ngasih kamu sesuatu. Semoga suka.... “

Perlahan tangan Aria menjauh dan memperlihatkan sebuah gantungan kunci berhiaskan kepala beruang berwajah merah. Kedua mata Eldhar membulat sempurna. Ini pertama kalinya Aria inisiatif memberikannya sesuatu.

“Ini buat aku?”

Lagi, Aria mengangguk kecil. “Maaf cuman bisa kasih ini. Kemarin aku lagi liat-liat terus ketemu itu.” Ia memalingkan wajah. “Kayaknya cocok buat kamu, jadi aku beli itu.”

Eldhar terjun dalam dunia sendiri. Ia merasa dalam hatinya sedang ada festival meriah. Sungguh, dia begitu bahagia dan senang saat ini. Hadiah yang diberikan Aria begitu berarti baginya. Pemuda itu menyunggingkan senyum lebar disertai rona merah tipis di pipi.

“Makasih, sayang. Aku suka hadiahnya,” ucapnya dengan nada riang.

“Benarkah?”

Eldhar mengangguk. “Gak ada yang lebih membahagiakan dari hadiah yang dikasih orang yang kamu suka.” Mereka saling bertatapan. Eldhar menjulurkan tangan mengelus puncak kepala Aria. “Bakal aku jaga baik-baik hadiah dari kamu.”

Jantung Aria berdegup kencang. Oh tidak, rasanya dia akan mati! Ia menunduk malu, “B-baguslah.... “

**

Eldhar: Gantungan kuncinya aku taruh di kotak khusus atau pajang di dinding, ya.

Aria: Kayaknya.... Dipake aja, deh.

[END] I Love You ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang