Sanca memberikan saran kepada Raka dan Dani. "Kalian berdua ojo ninggalake solat agar selamet dunya akherat," sarannya. Raka meremehkan saran yang diberikan oleh Sanca seraya berkata, "Iku bukan urusanmu, lur. Aku tanpa solat wae iso selamet." Fajar dan Sanca mengusap dada sekaligus beristigfar.
Fajar memberikan peringatan kepada Raka. "Yowis, sakarepmu wae. Nanging ojo nyesel karo ucapanmu iku," tegasnya. Raka tidak merespon peringatan yang diberikan oleh Fajar, ia merokok dengan posisi yang sangat angkuh. Sedangkan Dani ketakutan ketika Fajar memberikan peringatan seperti itu. "Waduh, kalau benaran terjadi aku kudu piye iki. Soale aku kanggo mereka berbeda agama," gumam Dani membatin.
Fajar, Raka, Sanca beragama Islam. Hanya Dani Samuel saja yang beragama Katolik. Namun, Dani tidak lupa memakai kalung salib setiap saat dan ke manapun ia pergi.
Di saat itu suasana di dalam kamar sangat hening. Tiba-tiba saja Raka celetuk, "Sesuk rombongan Dimas datang ke sini bersama kelompoknya dan dia pengin menginap karo tugas KKN." Sanca sangat senang ketika mengetahui Dimas melaksanakan tugas KKN di desa Sutarjo lalu ia bertanya, "Serius? Wah, semakin seru nih." Raka menjawab, "Seru poll, lur."
Sanca dan Dani senang ketika mendapat kabar seperti itu, lain halnya dengan Fajar yang terdiam. Fajar merasakan firasat buruk di masa yang akan mendatang. "Lur, ojo ninggalake ibadah. Demi kebaikan kita lan sing di ucapke Sanca iku nyata," saran Fajar memberitahu.
Teman-temannya yang lain mengetahui jika Fajar memiliki kemampuan khusus supranatural yang bisa melihat masa depan melalui firasat. "Opo sing kowe nyawang?" tanya Sanca penasaran. Fajar menghela nafas panjang seraya menjawab, "Aku melihat di antara kita banyak yang mati karena di bunuh dan Dimas bersama kelompoknya juga merasakan hal yang sama." Dani semakin takut dan khawatir ketika mendengarkan perkataan yang di ucapkan oleh Fajar.
Seketika lampu kamar menjadi kelap kelip, di sertai hawa yang sangat panas menyelimuti mereka. "Kenapa ini?" tanya Raka kebingungan. "Cepat ambil senter sepertinya mau mati listrik," pinta Sanca. Fajar mengambil senter yang dia bawa di dalam tas ranselnya, sedangkan Raka berjalan menuju kamarnya seorang diri untuk mengambil senter yang berada di dalam tas ransel.
Raka tidak mempercayai makhluk astral dan hal-hal ghaib lainnya, ia tidak perduli dengan segala gangguan yang menimpa dirinya. Seketika listrik padam, Raka meraba-raba kasur. Ketika ia sedang meraba, tak sengaja tangan Raka memegang bahu asing. "Opo iki?" celetuknya. Kemudian Raka cepat-cepat beralih meraba tas ranselnya, ia membuka dengan seadanya dan memakai feeling.
Setelah di raba, Raka menemukan senter lalu menyalakannya. Ketika ia sedang menyalakan lampu senter, tidak sengaja Raka menyoroti seluruh ruangan kamar. Dia melihat sosok perempuan yang memiliki postur tubuh seperti seorang gadis remaja. Raka mencoba untuk mendekati sosok perempuan yang duduk membelakanginya di atas kasur.
"Sampurane, Mbak. Kowe iki sopo?" tanya Raka memastikan. Tetapi pertanyaan Raka tidak di gubris oleh sosok itu. Raka bertanya sekali lagi dengan pertanyaan yang sama, tetapi sosok itu tidak menggubrisnya sama sekali. Ketika dia sedang kebingungan, tiba-tiba saja sosok perempuan itu menoleh ke arah Raka dengan memutarkan kepalanya.
Sontak saja Raka sangat kaget ketika mengetahui wujud sosok perempuan yang berada di dalam kamarnya. "Sopo kowe?! Ana opo kowe ing kene?!" bentaknya ketakutan. Sosok perempuan itu tersenyum lebar menatap Raka lalu mendekatinya perlahan-lahan. Raka berjalan mundur, sampai pada akhirnya dia berlari menuju kamar Fajar.
Dengan kepala terbalik, hantu berwujud perempuan yang menyeramkan itu mengejar Raka terbang melayang. Raka berlari ke kamar nomor dua, dia langsung membuka pintu kamar tanpa permisi lalu dengan cepat mengunci pintu tersebut.
Fajar menatap Raka penuh dengan tanda tanya, begitupun dengan Sanca dan Dani yang kebingungan menatap Raka. "Kenapa kamu berlari seperti itu?" tanya Dani penasaran. Fajar memberikan saran, "Tarik nafas dulu tarik nafas pelan-pelan." Raka menarik ulur nafas perlahan.
Raka menjawab pertanyaan Dani. "Aku baru saja dikejar-kejar dedemit," jawabnya. Sanca terdiam dan langsung menerawang dari kejauhan ke seluruh bagian ruang kamar yang ditempati Raka. "Sosok iku ana ing sekitar kene," ucap Sanca sembari menutup ke dua matanya. Raka ketakutan dan dia mendekati Sanca.
Fajar bertanya, "Sosok iku wujudne seperti opo?" Sanca menjawab, "Perempuan tua tapi punya tubuh seperti gadis remaja." Tiba-tiba saja pintu kamar depan di gedor-gedor sangat kencang. "Buka!" teriakan dari luar kamar terdengar jelas sampai kamar nomor sembilan.
Sinta dan Wulan terkejut ketika mendengar suara asing yang berteriak sangat keras dan menyeramkan, begitu pula dengan Ajeng dan Sulis serta beberapa temannya yang lain. Mereka semua terkejut di dalam kamarnya masing-masing.
Ajeng perlahan bertanya, "Iku suara jeritan sopo?" Sulis yang sudah ketakutan setengah mati hanya menjawab, "Aku ndak tahu." Kemudian Ajeng menenangkan dan meyakinkan Sulis yang sedang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA (KUTUKAN) <masih berlanjut>
HorrorPantangan yang dilanggar oleh penduduk desa Sutarjo, menyebabkan desa itu sendiri menjadi sebuah kutukan bagi warga setempat. Sehingga untuk para pendatang dari kota yang hanya ingin sekedar berkunjung atau untuk menetap di desa Sutarjo tidak bisa p...