Rencana

33 14 2
                                    

Ajeng tidak memaksakan teman-temannya yang lain, ia hanya memberikan pendapat dan sarannya kepada mereka. "Aku ora meksa kalian nanging yen kalian setuju aku seneng tenan lan kita bakal menyang merana sesuk," ujar Ajeng kepada teman-temannya.

Suci merespon, "Aku ikut keputusanmu saja daripada aku tidak dapat kelompok." Ajeng terlihat bingung dengan keputusan Suci.

"Yowes, terserah sampeyan. Sing penting ana desa sing bakal kita tekani kanggo tugas kuliah," jawab Ajeng. Raka mendatangi Dimas yang berbeda kelompok dengannya. "Mas, kowe mlebu kelompok opo?" tanya Raka. Dimas menoleh ke belakang lalu memberikan jawaban, "Kelompok telu." Raka dan Dimas mengobrol tentang rencana Desa yang akan mereka kunjungi masing-masing dalam setiap kelompok.

"Kowe wis ana rencana durung? ngerencanake tugas KKN menyang desa? Opo kowe wis nemokake desa sing arep ditekani kelompok sampeyan?" Dimas hanya terdiam ketika Raka bertanya demikian.

Sesekali Dimas menghela nafasnya dan setelah itu ia menjawab, "Wis, nanging aku males karna desa sing arep dituju karo kelompokku adoh saka kota iki." Raka memberikan semangat kepada Dimas kemudian kembali bertanya, "Desa opo sing bakal ditekani karo kelompokmu?" Dimas menjawab singkat. "Desa Sutarjo," jawabnya.

Raka tercengang ketika mendengar jawaban yang terucap dari mulut Dimas. "Lho, kelompokku ugi arep menyang desa Sutarjo," ucap Raka. Dimas ikut kaget ketika mendengar ucapan Raka. Saat itulah Raka dan Dimas berbincang serius mengenai tugas kuliah untuk kelompoknya masing-masing.

Raka mengatur waktu untuk mengunjungi desa Sutarjo, begitu juga dengan Dimas. Mereka berdua saling membagi waktu untuk berangkat, Dimas dan Raka saling berdiskusi.

"Mas, aku lan kelompokku sesuk menyang desa Sutarjo."

"Sesuk dina opo, Rak?"

"Kamis."

"Yowes, aku lan kelompokku menyang desa Sutarjo ing dina Jumat."

Raka memberikan saran dan pendapatnya kepada Dimas. "Yowes, Mas. Luwih becik kowe lan kelompok teka ing Desa Sutarjo esuk soale cuacane seger lan pemandangane apik." Dimas sedikit tertawa mengenai perihal saran dari Raka.

Setelah itu Raka langsung menghampiri teman satu kelompoknya, dan berdiskusi kembali mengenai persiapan dan strategi untuk hari esok. Masing-masing temannya di berikan tugas oleh Ajeng, mereka dengan senang hati menerima tugas yang diberikan oleh Ajeng.

Setiap kelompok masing-masing sangat sibuk merencanakan strategi untuk tugas kuliah, sedangkan Ajeng dan teman sekelompoknya sudah selesai berdiskusi sehingga mereka duduk bersantai di kursinya masing-masing.

Di saat itu sudah menunjukkan pukul dua belas siang, semua mahasiswa dan mahasiswi yang berada di dalam ruang kelas langsung bergegas keluar. Mereka menikmati waktu jam istirahat, sedangkan Ajeng terlihat sangat jenuh di dalam ruangan.

Sinta dan temannya yang lain menghampiri Ajeng. "Jeng, ayo ikut pergi ke kantin," ajak Sinta kepada Ajeng. "Ikuutt," sahutnya. Ajeng langsung berdiri dari tempat duduknya dan mereka meninggalkan ruang kelas. Ajeng bersama teman-temannya langsung pergi ke kantin, mereka duduk di tempat khusus makan. Sinta memesan makanan untuk dirinya dan teman-temannya.

"Pesen saja makanan sesuka kalian," tawaran Sinta untuk teman-temannya. Mereka memilih makanan yang sudah tersedia di brosur. "Aku pingin mie ayam saja kalau kalian pingin pesen opo?" ujar Salindri. Ajeng melihat brosur yang ada di genggaman tangannya sembari menyahut, "Samakan saja dengan pesananmu." Teman-temannya yang lain ikut memesan mie ayam.

Sinta bertanya, "Fix, nih? Mie ayam semua?" Mereka serentak menjawab, "Fix." Kemudian Sinta kembali menawarkan minuman kepada teman-temannya. "Saiki kalian pesen minuman apa saja sing kalian suka," tawarnya. Ajeng langsung celetuk, "Es teh manis wae."

"Wah, boleh juga tuh. Kita semua pesen minuman es teh manis saja, Sin." Mereka sangat kompak dalam memesan makanan dan minuman. Sinta langsung memesannya kepada Ibu kantin, setelah itu Sinta kembali duduk dan mengobrol bersama teman-temannya.

Sinta menanyakan perihal tentang desa Sutarjo yang dipilih untuk kegiatan tugas KKN. "Jeng, opo desa Sutarjo cedak karo kuta iki?" tanyanya. "Ndak, adoh tenan," jawab Ajeng. Salindri dan yang lain ingin mengetahui seluk beluk desa Sutarjo, ketika mereka mengetahui di desa itu sangat kental dengan tradisi Jawa. Tak hanya itu, mereka penasaran dengan keindahan panorama alam di desa Sutarjo.

Ajeng menceritakan tentang desa Sutarjo dengan sepengetahuan yang dia ketahui. "Desa Sutarjo nggadahi kaindahan alam ingkang taksih asri ugi wonten saperangan masyarakat ingkang taksih kentel kaliyan tradisi lan budaya Jawi kuno," ungkapan Ajeng ketika bercerita tentang desa Sutarjo kampung halamannya.

"Mosok, sih? Dadi ora sabar sesuk arep menyang desa iku," ucap Pandawati. Ajeng tersenyum menatap teman-temannya. Di saat mereka sedang mengobrol, tak berselang lama pelayan kantin membawa beberapa mangkuk yang telah di sediakan mie ayam dan minuman sesuai pesanan.

"Monggo, di nikmati," ujar Ibu kantin sembari tersenyum ramah. "Maturnuwun, Mbak," jawab mereka serentak. Ajeng dan teman-temannya menikmati makan bareng di kantin. Mereka menyantap makanan disertai obrolan mengenai persiapan untuk tugas kuliah yang akan mereka lakukan esok.

Salindri mengeluarkan handphone dari dalam sakunya, ia penasaran dengan pemukiman desa Sutarjo. Salindri mencarinya melalui pencarian internet, ia melihat pemandangan dan panorama yang indah sejuk dipandang.

"Ini bukan pemukiman desa Sutarjo?" tanya Salindri sembari menyodorkan handphonenya dihadapan teman-temannya yang lain.

Ajeng yang melihat kemudian menjawab, "Iya panoramanya seperti itu." Suci sangat tertarik ketika melihat pemandangan desa Sutarjo yang diperlihatkan oleh Salindri melalui internet.

"Yakin kamu tidak tertarik dengan desa Sutarjo?" tanya Ajeng memastikan. Suci menjawab, "Sangat sangat tertarik panoramanya juga sangat cantik."

Berbeda dengan Fajar ketika dia diperlihatkan pemandangan desa Sutarjo oleh Salindri, Fajar hanya terdiam.

"Bagaimana, Jar? Apakah kamu tidak tertarik?" tanya Ajeng memastikan kembali.

Raut wajah Fajar tampak khawatir, bimbang, dan takut.

Raka menatap Fajar begitu lama. Kemudian Raka celetuk, "Kenapa raut wajahmu tampak begitu khawatir? Setelah diperlihatkan pemandangan desa Sutarjo? Bukankah pemandangannya sangat cantik?"

Fajar dengan suara nada pelan dia berlirih, "Pemandangannya memang sangat cantik akan tetapi aku melihat sesuatu yang sangat buruk didesa ini."

Sanca dengan cepat tutup mulut Fajar kemudian berbisik, "Jangan dilanjutkan, Bro." Fajar pun terdiam.

Ketika sedang menyantap makanan, Raka melirik ke arah Wulan yang sedang mengibaskan rambutnya. Raka tampak terpesona dengan keelokan Wulan, sampai mie berada dimulutnya jatuh ke mangkok.

Suci, Salindri, Ajeng saling bertatapan ketika melihat Raka dan Wulan. Begitu pun dengan Fajar, Sanca, Dimas, ikut bertatapan sembari nahan tawa.

Sanca dengan tingkah konyolnya, dia menepuk pundak Raka. Sontak saja Raka kaget sampai tersedak mie. Semua yang melihat Raka tersedak, sontak tertawa.

"Kalau makan tuh yang fokus jangan melirik cewek yang ada didepan kamu sampai seperti patung begitu," ledek Sanca. Raka ikut tertawa menahan malu, kemudian Wulan memberikan tissue untuk Raka.

MALAPETAKA (KUTUKAN) <masih berlanjut>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang