10

735 105 31
                                    

᛫           ᛫ M Y T H ᛫           ᛫

 

Ketakutan terbesarku adalah, saat kau pergi dan tidak lagi mampu kugapai.

 

         

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
 
 
 
 

“Aku menemukanmu, [Name]-chan.”

Bisikan suara yang sangat dikenalnya dan dekapan hangat itu, membuat [Name] merasa semakin sesak di dadanya.

Lihat, bahkan setelah ia membuat masalah Yuuta tetap bersikap lembut padanya.

Jika ia menyerahkan senjatanya dan membiarkan Yuuta pergi, akankah ia mampu merasakan kehangatan dan kelembutannya lagi?

Mampukah ia menggapai kembali pria yang selalu berada disisinya ini?

Menyadari tubuh gadis dalam dekapannya gemetar, Yuuta perlahan melepaskan pelukannya. Ia berpindah ke hadapan [Name] untuk melihat keadaan gadis itu.

Rambut coklat yang digerai itu sedikit acak-acakan. Ia membersihkan kotoran kecil yang berada di rambut [Name], menyisirnya perlahan menggunakan jarinya dengan lembut. Ia tertegun melihat wajah gadis itu tampak kacau dan sembab karena menangis lama. Apalagi kedua kaki [Name] terlihat berdarah dengan luka gores dimana-mana, padahal biasanya hanya memar kecil sudah membuatnya merengek kesakitan.

Tidak ingin memaksa [Name] mengatakan alasannya kabur, Yuuta memilih diam sambil perlahan menggendong [Name] ala bridal style dalam dekapannya.

Baru dua langkah ia berjalan, suara [Name] menghentikannya.

“Kenapa kau menyusulku?”

Yuuta terdiam sejenak lalu berucap dengan mantap, “Karena aku mengkhawatirkanmu.”

“Kenapa? Bagaimana kau bisa menemukanmu? Kenapa kau malah merepotkan dirimu hanya untuk gadis menyebalkan sepertiku? Seharusnya kau biarkan saja aku pulang sendiri nantinya—”

“Aku tidak bisa diam saja.” Yuuta memotong cepat perkataan [Name], “Saat melihatmu berlari kencang tanpa alas kaki dengan ekspresi seolah akan menangis, tanpa sadar aku sudah pergi menyusulmu.”

“Lagipula, seorang pria macam apa yang membiarkan kekasihnya pergi sendirian keluar tanpa berpamitan—”

“Jangan konyol! Hubungan kita hanyalah kontrak! Jangan sombong hanya karena aku mengatakan jika kau kekasihku!” potong [Name] sinis.

Yuuta tertegun diam, ia tidak mampu membalas perkataan [Name] yang memang benar adanya. Namun, ada setitik rasa dalam dirinya yang ingin menolak mentah perkataan itu.

Keduanya kembali terdiam membisu sibuk dengan pemikiran masing-masing. Yuuta masih berjalan dengan [Name] dalam gendongannya, sedangkan Rika hanya menonton dari jarak cukup jauh untuk memastikan keamanan mereka.

MYTH || Okkotsu Yuuta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang