Elgard dan Lydia berada di ruang ICU, yang dimana tempat Tommy dirawat. Sebenarnya aturan masuk ke ruang ini hanya 1 orang saja. Tapi namanya Elgard, dia kekeuh tetap mengajak istrinya untuk masuk bersama. Elgard memberi sogokan pada suster yang melarangnya tadi. Ia juga mengancam akan menghabisi nyawanya jika masih melarang istrinya untuk ikut.
"Sayang, tidak apa jika tadi aku harus diluar." bisik Lydia ketika mereka sudah di dalam ruang ICU.
"Tidak sayang. Aku tidak akan membiarkan hal buruk menimpa kita lagi." ucap Elgard sambil netranya menatap Tommy yang terbaring lemah dengan beberapa alat bantu medis di tubuhnya.
Lydia yang melihat kondisi Tommy meringis iba. Tapi untuk apa, Tommy yang mengobarkan api terlebih dahulu.
Oh ya Elgard dan Lydia mengenakan gaun luar yang sudah disediakan oleh rumah sakit berwarna biru polos. Elgard tersenyum miring melihat keadaan Tommy sekarang. Putranya ini memang bisa diandalkan.
"Tidak sia sia aku mendidik Jeff dari kecil." ucap Elgard.
Lydia menatap Elgard sinis,
"Mendidik apa kau? Membunuh orang? Apakah itu bentuk mendidik anak? Tidak ada orang tua mengajarkan hal keji pada anaknya El."
Elgard menatap Lydia dan tersenyum. Dia memegang pundak istrinya.
"Aku melakukan ini demi dirimu Lydia. Kau juga tau kan resiko menikah denganku dibawah pekerjaanku ini. Aku tidak ingin sumber kebahagiaan di depanku dilukai oleh siapapun. Maka dari itu, aku mendidik anak anak kita untuk kuat. Agar tidak hanya aku yang melindungimu, tapi anak anak kita juga."
"Dan ketika mereka dewasa, mereka juga bisa melindungi orang terkasihnya."
Lydia terdiam menatap Elgard. Dia melihat sorot kesedihan di mata Elgard. Ia lupa kejadian yang menimpa ibu Elgard, istri Mahendra. Lydia mengusap pundak Elgard dan menenangkannya.
"Maafkan aku sayang. Baiklah sekarang kita keluar saja ya, kita kembali ke ruang Olivia."
Elgard mengangguk dan mereka keluar dari ruang ICU dan menuju IGD tempat Olivia dirawat.
"Bagaimana tuan?" tanya Liam pada Jeff.
"Sepertinya mereka dalam perjalanan Paman."
Jeff beranjak dari tempat duduknya, berniat membersihkan dirinya dahulu. Tetapi dia urungkan dan menatap Liam tajam.
"Kau berhutang penjelasan padaku Paman."
Liam sudah menduga, ia menghela nafas berat. Ia pun menjelaskan pada Jeff.
Flashback
Ricolas dan Mikaela tengah berada di rumah sakit. Mereka melihat jasad mengenaskan putranya korban peledakan bom di ruang kelas sekolah SMP nya. Entah bagaimana bisa ada bom di ruang kelas itu yang meledakkan 4 kelas disampingnya. Banyak korban jiwa yang meninggal dan luka luka. Salah satunya adalah Kelvin, putra pertama Ricolas dan Mikaela.
"Hiks.. anakku.." tangis Mikaela dipelukan Ricolas ketika melihat jasad Kelvin yang hampir tidak utuh.
Ricolas mencium pucuk kepala Mikaela. Matanya memanas tapi dia harus menahan itu di depan istrinya.
Ricolas juga sudah mengerahkan anak buahnya untuk mencari siapa dalang dibalik kejadian ini. Tidak mungkin ini tidak sengaja.
Ricolas juga meminta bantuan kepolisian untuk mencari jejak jejak pelaku. Berkat kerja keras Ricolas dalam membangun perusahaannya ternyata menimbulkan banyak musuh di dalamnya.
Tak berselang lama, pelaku ditemukan yang ternyata adalah Felix. Ricolas mendapat informasi dari beberapa rekan kerjannya, jika Felix adalah orang terkaya setelah Mahendra dan bisa terbilang bahaya.
Dia tidak ingin ada orang lain yang merebut posisi kekayaannya setelah Mahendra. Dia akan melakukan segala cara untuk melenyapkan perusahaan perusahaan yang baru berkembang.
Felix pernah berencana akan membunuh Mahendra, tapi semuanya gagal karena Mahendra yang terlewat hebat.
Lalu dia mendengar ada perusahaan baru lahir yang dipimpin Ricolas pun marah. Dia takut tersaing, jadi dia mengincar Kelvin. Lalu dia berencana membunuh Mikaela, setelah itu baru Ricolas.
Felix pun dinyatakan melakukan pembunuhan berencana karena banyak rekan kerja Ricolas yang ternyata ikut merencanakan itu.
Ricolas pun melaporkan Felix dan lainnya ke penjara dan membayar mahal agar mereka tetap dalam tahanan.
"Aku akan membunuhnya lain kali." ucap Ricolas.
"Anak kita tidak bisa kembali hiks.." lirih Mikaela. Ricolas hanya menenangkan pundak istrinya.
"Orang orang bajingan! Aku tidak akan pernah mempercayai siapapun lagi"
2 tahun setelah kejadian itu, Mikaela mengandung lagi. Dan dia dikaruniai anak perempuan, ya Olivia Ricolas. Mereka tentunya sangat senang dengan ini.
"Sayang"
"Hm? Ada apa? Kau butuh sesuatu? Katakan"
"Umm aku.. tidak ingin mempublish anak kita." ucap Mikaela
Ricolas mengernyit,
"Kenapa sayang?"
"Aku tidak ingin hal yang sama terjadi lagi Rico, aku tidak ingin kehilangan lagi." nada bicara Mikaela berubah bergetar.
Ricolas ingat pasti, semenjak itu Ricolas mengabarkan ke publik bahwa istrinya mandul.
Meskipun begitu juga, banyak musuh Ricolas yang mengincar Mikaela hanya untuk menghancurkan perusahaan Ricolas. Maka dari itu, Ricolas memberi pengawasan ketat pada istrinya.
Ricolas dan Mikaela sepakat Olivia diasuh oleh salah satu maid di rumahnya di tempat yang berbeda. Tapi fasilitas tetap di tanggung mereka. Ricolas dan Mikaela juga sering menjenguk putrinya itu. Mereka terpaksa melakukan hal ini untuk keselamatan bersama.
Flashback End.
"Jadi begitu, makanya Ricolas menyembunyikan Olivia karena dia tidak ingin hal itu kembali terulang." jelas Liam.
"Mungkin lain kali aku yang akan membunuhnya" celetuk Jeff.
Liam tersenyum saja menanggapi itu.
"Terima kasih paman aku akan membersihkan diriku dulu."
Liam membungkukkan sedikit punggungnya dan ikut keluar dari ruangan. Dia juga butuh membersihkan tubuhnya meskipun tidak kotor, tapi rasanya tidak enak.
"Paman. Beritahukan padaku sekarang" Jeffry tak berhenti memaksa Aldrich untuk memberitahukan siapa yang memiliki darah itu.
Aldrich menghela nafas, berat rasanya meminta tolong kepada orang itu.
"Jeffry.." Aldrich menggantung ucapannya.
"Apa Paman? Cepatlah. Jangan mengulur waktu. Aku tidak ingin keadaan Olivia bertambah buruk Paman."
"Aku butuh membicarakan ini pada Daddy mu." ucap Aldrich dan beranjak keluar.
Jeffry mengekori Aldrich yang menuju ke mobil hendak ke rumah sakit kembali.
"Kenapa harus Daddy? Kenapa tidak aku saja Paman?" tanya Jeffry ketika sampai di samping mobil.
Aldrich membalikkan badan menatap Jeffry,
"Kau akan tau nanti." Aldrich memasuki mobil, disusul oleh Jeffry yang sebenarnya dia masih penasaran.
Sepanjang perjalanan juga, suasana di mobil hening. Jeffry dan Aldrich sama sama tidak mengeluarkan suara. Aldrich yang masih memikirkan hal itu dan Jeffry yang dilanda penasaran.
Tbc>>
Gajelas ya? emang
Kiw kiw

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed Twins
Random"Apapun yang jadi milik kembaran ku akan menjadi milik ku! Termasuk kau!" -Kekerasan -Bahasa kasar -Typo -Maaf kalo ada kesamaan nama