Nineteen

140 5 0
                                    

"Kalau begitu, saya izin pamit kembali ke mansion tuan." Ucap Aland.

"Baiklah terima kasih Aland sudah membantu kami. Lain kali, kau perlu seleksi 2 kali ketika menerima bodyguard baru." Jelas Elgard.

"Baik tuan. Maafkan saya."

"Hm."

"Pamit undur diri." Aland membungkukkan badannya sedikit dan hendak berjalan mundur.

"Tunggu dulu. Aku juga ikut kembali." Liam menyela.

"Tuan, saya izin."

Elgard mengangguk saja,

"Tunggu sebentar." Langkah mereka berdua terhenti karena Aldrich.

"Kenapa Al?" tanya Elgard.

"Liam. Kau sebaiknya berada di ICU bawah untuk memantau Tommy."

Elgard baru ingat jika Tommy masih berada disini.

"Bodoh! Kenapa baru kau bilang sekarang?!"

"Elgard. Pelankan suaramu." Lydia memperingati Elgard. Pasalnya mereka masih di ruangan Olivia. Ia tidak ingin membuat gaduh.

Elgard mengatupkan bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah Lydia.

"Maafkan aku."

"Hm."

Kini Lydia beralih bertanya pada Aldrich, dan beetanya dengan pelan.

"Lalu siapa yang menjaganya dibawah?"

Aldrich menggelengkan kepalanya.

"Hanya ada bodyguard disana."

"Shit.. Cepatlah kebawah Liam."

"Baik tuan."

Liam segera pergi menuju ruang ICU yang dimaksud. Namun tangannya ditahan oleh seseorang.

"Biarkan aku ikut denganmu." Aland menawarkan diri.

Liam mengangguk, lalu mereka berdua menuju ke ICU bawah.

Setelah kepergian Liam dan Aland, suasana di ruangan seketika hening. Mereka merehatkan tubuhnya sejenak setelah menghadapi masalah yang bertubi tubi.

Elgard menyandarkan kepalanya pada pundak Lydia. Begitupun Ricolas dan Mikaela yang kini hendak membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

(Gantian loh yaa, ga barengan>.<)

Sedangkan si kembar sekaligus Alex, mereka duduk di sofa sebelah Lydia dan Elgard.

Sebenarnya Alex masih sedikit canggung untuk berinteraksi dengan keluarga Jeffry. Kemudian ia mencubit kecil paha Jeffry.

"Ah! Shh.. Apasih Lex" Jeffry kaget tentunya, karena mendapat cubitan tiba tiba di pahanya.

Jeff yang berada di samping Jeffry ikut tersentak karena gerakan Jeffry mengguncang sofa yang didudukinnya.

"Ck!" Jeff mendecak malas. Alex yang mengetahui itu tersenyum canggung.

"Hehe maafkan aku."

Jeffry menatap Alex sinis,

"Kenapa?"

Alex mendekatkan tubuhnya ke telinga Jeffry. Jeffry juga reflek mendekatkan telinganya.

"Aku mau pulang."

Jeffry menatap Alex heran,

"Ya kalau mau pulang tinggal pulang Alex. Untuk apa kau menc-"

"Shuttt.. Jeffryy jangan keras-keras. Aku.. tidak enak mau izin."

Obsessed TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang