17 - CREEPY

77 35 29
                                    

Gava mulai mengelus lembut puncak rambut gadis didepannya, membuat Raya semakin bergidik ngeri dibuatnya.

Cowok itu tersenyum jahil kala melihat Raya yang seperti menahan rasa panik dan takut. Lalu Gava mendekatkan bibirnya kesamping telinga Raya.

Raya yang mendapat perlakuan itu benar-benar bergidik ngeri saat ini, sekujur tubuhnya benar-benar dibuat merinding.

Namun,

"Pftttt ... HAHAHAHAHA!!!!!" tawa Gava pecah, tepat disamping telinga Raya, suara tawa Gava yang menggelegar benar-benar membuat jantung Raya ingin lari rasanya.

Gava tidak kuasa melihat ekspresi ketakutan dari Raya, yang menurutnya malah terlihat lucu dan menggemaskan.

Raya yang tadinya memasang ekspresi dan gerak-gerik ketakutan dibuat kesal dengan kelakuan cowok dihadapannya itu.

"Panik banget muka lo! Takut sama gue?" tebak Gava yang kemudian mendapat cubitan maut dilengan sebelah kirinya.

"IH GAVA, GUE PANIK ANJIR!" pekik gadis itu sambil mencubit lengan Gava dengan keras, melampiaskan kekesalannya.

"A-a a-aww, iya-iya maaf, udah cubitnya, sakit tau!" rengek Gava. Mendengar itu Raya melepaskan cubitan maut tersebut, dengan wajah ketus.

"Apa maksud kayak gitu?!" tanya Raya memasang ekspresi marah, membuat Gava kembali terkekeh gemas.

"Lucu aja, liat muka lo yang ketakutan." sahut Gava santai, lalu meminum segelas air yang sudah Raya letakkan diatas meja.

"Gue bukan cowok pelacur, santai aja, gue juga bukan pedofil." lanjut Gava, membuat Raya menahan malu karna telah berfikir yang aneh-aneh barusan.

"Ya kan—"

DUGGHH!!!

JEP!!

"SETAANNN BANGSATT!!!" umpat Raya ketika mendengar suara petir begitu keras, dan bersamaan dengan itu listrik dirumahnya juga ikut padam.

Gadis itu reflek memeluk tubuh Gava dihadapannya, karna kaget.

"Heh mulutnya!" tegur Gava karna ikut kaget mendengar teriakan Raya bersama guncangan petir yang begitu hebat.

Gadis itu masih ketakutan karna suara petir yang begitu keras berasa tepat menyambar pada genteng rumahnya, bahkan kaca kamar Raya pun juga ikut bergetar.

Tersadar bahwa gadis itu memeluk Gava, kemudian Raya langsung melepas pelukannya.

"S-sorry reflek, gue kaget tadi." ujar Raya canggung.

"Yah, bukannya terusin peluknya." sahut Gava enteng.

"Dih mauan!" pekik Raya memutarkan bola matanya malas.

"Yah gelap, gak bisa liat wajah bidadari deh." goda Gava, membuat pipi putih Raya bersemu merah, untung gelap jadi tidak kelihatan.

"Siapa ya, suara nya ada, tapi wujudnya gak ada." sahut Raya.

"Gue setan." jawab Gava enteng.

"Sutt! jangan manggil-manggil itu, nanti kalo beneran didatengin gimana?"

"Gak bakalan, dia takut sama gue."

"Lah, lo siapa?"

"Setan dibilang."

"GAVAAA!!" pekik Raya kesal karna Gava terus-terusan menyebut 'setan', ini sedang mati listrik dan hujan deras juga cuaca yang mendung, menurut Raya suasana sekarang benar-benar horror.

"Hi hi hi hi ... haaaaa~~ Raayaaahh~~~" ujar Gava semakin menakut-nakuti, dengan bersuara seperti film-film horror, bahkan ini persis sekali.

"Gav, apaan sih, gak lucu!" pekik Raya, dirinya sudah mulai merinding kali ini.

BUKAN PERIHAL MEMILIH [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang