Beberapa menit Raya memperhatikan gerombolan cowok di sebrang sana sudah bubar, kecuali satu cowok dengan laptopnya masih duduk disana.
"Chill, tarik nafas dulu ... huftt ... ayo Ray, berani!!" ucapnya kepada diri sendiri, menguatkan tekad. karna yakin cowok yang duduk sendirian disebrang sana adalah orang yang ia maksud.
Raya menghampiri cowok yang tengah duduk sendirian itu, dengan tekad yang ia yakinkan berani untuk menyapanya
"Hai!"
Cowok itu menengak. Menatap siapa yang menyapa dirinya. wajahnya datar dan alisnya terangkat sebelah tanda bertanya 'Ada apa?'
Disisi lain, cowok itu pun juga ikut kaget menatap gadis disampingnya. Namun, ia tidak ingin kelihatan antusias. Meskipun ia yakin bahwa itu adalah Raya, sahabat kecilnya, dimana Raya meninggalkan dirinya ketika sedang terpuruk.
'Kok, dia bisa ada disini?' tanya cowok itu dalam hati.
Raya meneguk salivanya dengan kasar, berusaha menetralkan diri agar berani "G- Gava?"
Laki-laki itu masih tidak merespon, ia kembali melanjutkan aktifitasnya, berkutik didepan laptop-nya.
Raya lalu duduk dikursi depan laki-laki yang ditebaknya ... bernama Gava
"Gav? Gimana kabar lo?"
"Baik."
"Masih inget gue?"
***
Ravel sibuk mengodok-kodok sakunya. Melihat itu, Regal dan Garvas heran "Ngapa lo?""Hanphone gue, dimana ya? Kayanya ketinggalan dah di kursi kantin." sahut Ravel, sambil terus mengodok-ngodok saku celana abu-nya.
"Ck si ceroboh! udah buruan dah lo ambil mumpung si Gava masi nugas disana!" mendengar saran Garvas, Ravel lalu bergegas lari menuju kantin.
Panik di jalan dan sesampainya ia dikantin, lalu ia mengambil handphone-nya yang berlogo apel digigit itu. "Huft untung kaga lari ni HP" lega nya.
"Tadinya mau gue jual tuh HP!" ucap Gava sambil tidak mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Tersadar ada gadis dihadapan Gava, Ravel agak tercengang melihat gadis itu "R-Raya?"
"Eh, Ravel!"
"Lo pindah kesini?"
"Iya gue pindah."
"Sejak kapan?"
"Sejak tadi-"
"Kalo mau pada ngobrol lanjutin aja dah gue lagi nugas ganggu aja lo pada!" sarkas Gava kemudian meninggalkan meja dimana Ravel dan Raya saling bincang.
"Dih sinis amat lo, Gav!" dumel Raya yang masi bisa didengar oleh Gava.
Hening sejenak,
"Ray-
"E-eh udah bel, gue duluan ya Vel, bye!"
"Eh Ray tunggu?!" tak mendengarkan panggilan Ravel, Raya langsung berlari dari tempat itu. Niatnya ingin kembali ke kelas, tapi ingin kekamar mandi juga, akhirnya dia mencari kamar mandi.
*****
Raya mengendap-endap, gadis itu mengintip ke selah-selah jendela kelas, dirasa kelas sudah sangat sunyi dan ia tebak, pasti sudah ada guru didalam sana."Ah elah! Nyesel gue tadi beneran ketoilet dulu!"
"Duh galak kagak ye gurunya? Kalo killer mampus dah gue!" desitnya berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PERIHAL MEMILIH [On Going]
Genç Kurgu"Lo nyadar gak? Sikap Raya ke lo, tuh. kayak gimana?" tanya Ravel. "Biasa aja, gak ada yang aneh." jawab Gava acuh. "Raya suka sama lo!" ujar Ravel menekan kalimatnya. "Dan lo sadar ga, Vel?" tanya Gava balik. Ravel mengangkat alisnya sebelah, tanda...