"Eh udah jam sepuluh nih, balik yuk!" ajak Garvas. Kemudian diangguki ketiga temannya, karna tidak enak jika terlalu malam.
"Kalian pada nginep disini, kan?" tanya Ravel kepada ketiga teman perempuan Raya. Karna kebetulan besok adalah hari sabtu, dan ketiganya memilih untuk menemani Raya malam ini.
"Iya tenang aja, Raya kita jagain." balas Asya.
Ravel mengulum senyum tipis, kemudian berdiri dari duduknya.
"Ray. Gue pulang, ya?" pamit Gava, lalu diangguki senyum oleh tuan rumah.
Raya sudah tidak takut lagi kepada Gava. Karna, selama dua jam mereka menciptakan suasana yang begitu hangat bagi Raya.
"Hati-hati ya." balas Raya, lalu diangguki Gava.
Gava mengusak lembut puncak kepala Raya, membuat orang-orang disana antusias heboh.
"Ehm!" dehem Gisel.
"Cieee udah mulai di pat-pat!" goda Nakila.
"Nakil, kata Garvas mau gak di elus juga—" belum selesai mengucapkan kalimatnya, namun mulut Regal sudah dijejelin kaos kaki milik Garvas.
"BAU, SIALAN!" pekik Regal marah, karna kaos kaki Garvas masuk kedalam mulutnya.
"HUEEEEEKK HUEEEK!!" lanjutnya,
Membuat seisi ruangan tertawa lepas. Dua sejoli itu benar-benar sudah seperti ajang hiburan gratis disana.
"Makannya, mulut lo jangan jahannam!" pekik Garvas memasang wajah cool nya, karna sedang dihadapan Nakila sekarang.
"Cih, kaos kaki lo tuh, bau neraka! Pantesan Nakila ilfeel!" pekik Regal, lagi-lagi membuat yang lain tak kuasa menahan tawa.
Namun beda dengan Nakila yang perasaannya amburadul sekarang, antara ingin marah, bete, dan ingin tertawa juga.
"HAHAHAH PERUT GUE SAKIT BANGSAT!" ujar Asya yang paling tertawa lepas sedari tadi, selera humornya memang paling enteng.
"Udah-udah, ayo pulang udah malem." ajak Ravel menengahi, kemudian keempat cowok itu mulai bangun dari duduknya.
"Hati-hati yaa, makasih udah jengukin gue." ujar Raya, lalu keempat gadis itu pun ikut mengantarkan keempat cowok itu yang hendak keluar rumah.
Suara dentuman motor terdengar, Gava melambaikan tangannya kepada Raya, kemudian keempatnya mulai menjauh dari pekarangan rumah Raya.
"Asik juga ya mereka." ujar Gisel.
"Iya sumpah, ternyata gak senyeramkan yang gue lihat selama ini." balas Asya.
"Ah gue sebel banget selalu di ceng-cengin sama Garvas!" pekik Nakila tidak suka.
"Hati-hati Kil, benci biasanya jadi cinta loh, pffttt!!!" goda Raya yang kemudian dibumbui tawa oleh ketiga gadis disana.
*****
Gava telah sampai dihalaman rumahnya, ia turun dari motornya, melihat suasana dirumah sepertinya sudah sepi, atau bahkan rumah sudah dikunci.
Gava masih mengenakan seragam sekolahnya, yang kini terlihat begitu lusuh. Cowok itu mulai melangkah hendak mengetuk pintu.
Tok tok tok ...!
Cklek!
Pintu dibuka oleh asisten rumah tangganya "Den Gava, dari mana aja, kok tumben baru pulang?"
"Eh kok, banyak lebam nya, den? Aden habis berantem?" lanjutnya bertanya.
"Engga kok bi, Gava tadi habis—"
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN PERIHAL MEMILIH [On Going]
Novela Juvenil"Lo nyadar gak? Sikap Raya ke lo, tuh. kayak gimana?" tanya Ravel. "Biasa aja, gak ada yang aneh." jawab Gava acuh. "Raya suka sama lo!" ujar Ravel menekan kalimatnya. "Dan lo sadar ga, Vel?" tanya Gava balik. Ravel mengangkat alisnya sebelah, tanda...