Lie

1.1K 83 5
                                    

Seokjin tau jika cintanya bertepuk sebelah tangan, ia tau sang suami memiliki kekasih, bahkan ia juga tau jika sang suami menikahinya hanya karena bisnis dan warisan semata, tapi seokjin tidak tau jika pernikahannya ini akan sengat menyakitinya dikemudian hari, ia tak pernah tau jika ia bisa saja mati karena rasa cintanya yang berlebihan, tidak, seokjin tidak berlebihan dia hanya ingin menjadi orang yang tulus dalam hal apapun dia tidak mengharapkan seseorang juga akan begitu kepadanya, yang dia ingin hanyalah jika suatu saat dirinya telah tiada semua orang yang bersangkutan dengannya bisa merasakan hasil dari ketulusannya kepada orang lain. Setidaknya dia bisa sedikit berguna untuk orang orang terkasihnya.

" ibu.. seokjin berjanji akan menjadi manusia yang berguna untuk siapapun ibu" dia berucap setelah menaburkan abu sang ibu ke pantai.
" Sekarang aku harus pulang menyiapkan makan malam untuk suamiku" monolognya.

Seokjin sedang berkutat dengan alat dapurnya ia sibuk menyiapkan makan malam untuk suaminya yang mungkin sebentar lagi sampai rumah.

Dubrakk..
Suara pintu yang seolah terlempar karena kasarnya cara membuka, oh tidak bukan karena marah, tapi pintu itu menjadi saksi bisu dimana dia orang sedang bercumbu mesra, saling memagut liar . Seokjin yang terlonjak segera berlari menuju ruang depan tapi langkahnya terhenti di tengah ruangan dengan segera menundukkan kepalanya merasa malu,dan bersalah karena tak sengaja menyaksikan hal intim kedua sejoli itu.

" kenapa kau berdiri mematung disitu bodoh," sarkas Jimin, yang tak lain adalah kekasih suaminya.

" Ma-maaf, aku tidak sengaja, aku.. aku akan pergi menyiapkan makanan untuk kalian" seokjin mengatakannya dengan terbata, kepalanya juga selalu menunduk, bukan takut atau apa, tapi ia sakit jika harus melihat pasangan dari suaminya. Seokjin berdiri didepan wastafel, ia meremat dadanya yang terasa perih, padahal hal ini tidak sekali dua kali, sudah sekitar 3 tahun lebih dari awal pernikahannya pemandangan ini kerap ia lihat, tapi mengapa ia tak juga terbiasa, kenapa matanya selalu memanas ingin menangis, kenapa hatinya masih saja sakit, bahkan rasanya seperti ditusuk ribuan belati, ia selalu tak beruntung, kenapa rasanya sulit sekali dihilangkan, otaknya seakan ikut menyiksanya karena selalu memutar adegan yang sama setiap harinya.
" Hiks .. Hiks.. ibu maaf, maaf karena seokjin cengeng, maaf ibu.. hiks" Jin cepat² mengusap air matanya ketika mendengar derap langkah seseorang mendekat ke arahnya.
" kenapa? Apa kau baru saja menangis?" Sarkas Jimin . " tidak usah berlagak terluka, disini kaulah benalunya, kau datang ditengah tengah ku dan Jungkook disaat hubungan kamu sudah terjalin selama 4 tahun, aku yang menemaninya selama ini, tapi tiba tiba saja kau datang dengan tidak tahu malu, kemudian menikah dengannya, kau perusak, Jin selamanya kau tak akan pernah bahagia karena kau telah merebut milikku ingat itu" telunjuk Jimin menunjuk tepat didepan wajah jin yang sudah terisak, ia marah, ia kecewa, rasanya sakit tapi rasa kecewa ini bukan pada Jimin rasa kecewa ini lebih mengarah ke dirinya sendiri karena telah mengganggu hubungan orang lain, merusak kebahagiaan orang lain, dia marah karena tak pernah tegas pada dirinya sendiri dia kesal karena selalu berada di pihak yang salah.

Hari telah berlalu tapi tak ada yang membaik, maksudnya hubungannya dengan Jungkook, tak ada yang berubah semua tetap pada tempatnya Jungkook yang kasar, egois, dan Seokjin yang selalu mengerti keadaan Jungkook, mungkin seokjin akan melakukan hal yang sama jika ia diposisi Jungkook, itu yang seokjin tanamkan dalam pikirannya.

PRANG!!!..
Seokjin tersentak kala tanpa sengaja ia menjatuhkan vas di meja kerja Jungkook, seokjin takut,pasti Jungkook akan mengamuk setelah ini, seokjin langsung memunguti pecahan kaca yang berserakan dibawah meja kerja Jungkook, memastikan agar tak ada yang tertinggal, dan tak melukai siapapun.
Jungkook berlari kala mendengar suara pecahan dari lantai 2, ia melihat ruang kerjanya terbuka dengan seokjin yang terlihat berjongkok memunguti beling, mata Jungkook berkilat marah, ia benar² emosi.

" APA YANG KAU LAKUKAN!!" suaranya menggema memenuhi ruangan, seokjin memejamkan matanya erat, dia takut.
" berhenti melakukan hal bodoh jin, aku muak, benar benar MUAK!!, kemarin kau membuat Jimin menangis, sekarang kau memecahkan vas pemberian Jimin, sebenarnya APA MAUMU HAH!!" Jungkook benar² seperti monster dimata seokjin,
" katakan apa alasanmu menghancurkan vas ini, kau tau ini pemberian Jimin KEKASIHKU" kata Jungkook dengan penekanan di kata terakhir.
" maaf.., maafkan aku, aku benar² tidak sengaja kook maaf" seokjin menangkupkan kedua tangannya. Dia benar benar tidak sengaja menjatuhkan vas itu.
" kau pikir maafmu itu berguna?, bahkan dengan kau mengganti vas itu menjadi baru itu tak akan pernah cukup jin!, jangan buat aku semakin membencimu jin. Ingat jangan katakan apapun pada Eomma" Jungkook meninggalkan seokjin yang masih terisak, memegangi pergelangan tangannya yang terasa ngilu karena cengkraman Jungkook begitu kuat.
" hiks... hiks.. maaf" seokjin terus meracau meminta maaf, ini sakit, sakit sekali dadanya terasa sesak dia ingin menyerah dia sudah tak kuat lagi.

Bersambung..

Hallo, maaf ya aku numpang publish draft aku, sebenarnya ini udah lama bgt tapi aku gak berani up, karena menurutku banyak kalimat sama kata yang agak aneh, kesannya kaya nggak nyambung, tapi aku coba buat up biar kalian yg mau baca bisa kasih saran ke aku, makasih 😊

Please Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang