30 | Shallow Breath

722 95 10
                                    

Aku mengalihkan pandangan dari lukisan di depanku, kepalaku menoleh ke seluruh penjuru ruangan. Empat kuasku menghilang ; angular flat, detail round, fan dan filbert. Seingatku masih tergeletak di sebelah kakiku. Aku berdiri dan mulai mencari ke dalam tas—mungkin saja aku lupa mengeluarkannya. Saat tidak menemukannya, aku mencari ke tempat lain—di atas meja dan di rak yang terletak di dekat lemari.

Build yang tengah membaca buku menoleh—aku melangkah mendekat ke arahnya. "Baby, lihat kuasku?"

"Hum? Kuas? Tidak." Build menggeleng dan kembali melanjutkan membacanya. Build mungkin tidak melihatnya, sejak datang menghampiriku, dia langsung duduk di ayunan rotan itu sambil membaca buku.

Aku keluar ruangan, menuruni anak tangga menuju lantai dua. Aku memiliki beberapa ransel yang terkadang aku pakai secara bergantian. Mungkin saja aku lupa memindahkannya.

Aku melihat Bright berjalan menuju tangga, kepalanya menoleh padaku. "Hey, sedang apa kau di sana?"

"Melukis," jawabku, aku berjalan ke arahnya, sempat melihat ke arah kamar yang Bright dan Metawin gunakan. Kulihat Metawin tengah membereskan kamar dan tersenyum tipis padaku, aku membalasnya dengan menganggukkan kepala.

"Kau mau kemana?" Aku bertanya pada Bright, kami berjalan turun bersamaan.

"Minum," saat kaki menapak lantai dua, aku berjalan menuju kamarku dan Bright berjalan lagi menuju tangga untuk turun ke lantai satu.

Setelah berbincang tadi malam, aku tidak menjawab ajakannya. Kami terdiam cukup lama. Aku memikirkan kemungkinan terburuknya jika aku mencoba untuk rehabilitasi. Namun, aku lebih memikirkan kemungkinan lebih buruknya jika tidak mengambil langkah itu.

Aku belum pernah berpikir untuk rehabilitasi.

Aku masuk ke dalam kamar, mencari tas yang mungkin saja berisi kuasku. Sekitar dua sampai tiga tas, tidak ada yang menyimpan kuasku. Sialan. Besok harus dikumpulkan tugas individu ini. Aku kembali naik ke lantai tiga sambil mengingat-ingat di mana kusimpan kuas penting itu. Terlalu malas untuk membeli keluar.

"Ketemu?" Build bertanya ketika aku baru membuka pintu.

Aku menggeleng.

"Mungkin kamu lupa menaruhnya," Build yang semula duduk santai, merubah posisi berbaring miring di dalam ayunan rotan itu. "Atau mungkin temanmu meminjamnya,"

"Untuk apa mereka meminjam milikku?" Aku saja tidak memiliki teman. Zaviya anti pinjam-meminjam.

Build mengangkat bahunya tanpa melepaskan pandangan. Aku melirik ke arah perut rata Build, lalu melangkah mendekat. Sampai Build mengalihkan atensinya dari buku, menatapku yang berdiri di sisi ayunan. "Ada apa?"

"Kembalikan?"

"Hum?" Build duduk, menatapku bingung. Lalu dia berdiri memandangku dengan wajah kesal. "Kamu menuduhku mencuri?"

"I didn't say that, baby." Aku mengusap puncak kepalanya dengan lembut, "Kamu bisa bermain dengan itu nanti, sekarang, kembalikan."

"Aku tidak mengambilnya!!" Wajah Build terlihat kesal, dia menaruh buku bacaannya dan dia letakkan di atas ayunan dengan melemparnya. Berjalan menjauh dariku dengan wajah marah.

Aku hanya menggeleng kecil sambil meraih pergelangan tangannya, Build berbalik dan menatapku tajam sambil mencoba menarik tangannya.

"Kalau begitu, jelaskan kenapa kaus putihmu terdapat noda cat?"

Build menunduk pada area perutnya, mendengus kesal. "Saat aku masuk tadi, kamu sempat menciumku, apa kamu lupa? Mungkin saja catnya menempel."

Aku tidak menanggapinya, hanya menahan senyum ketika melihat Build mempertahankan wajah kesalnya. Dia berbalik hendak meninggalkanku lagi, menepis kuat tanganku ketika akan meraihnya, tetapi malah membuat tubuh Build tidak seimbang dan terjatuh ke lantai.

Hilang Naluri [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang