37 | Nowhere To Go

614 79 19
                                    

Satu hal yang paling aku takutkan adalah tidak menemukan Build di sampingku, saat aku terbangun dari tidur.

"Biu!!" Teriakku memanggil namanya, ruangan yang kupesan cukup kecil, hanya ada ranjang, lemari pendingin dan satu set meja makan dan dua kursi yang berhadapan. Lalu, kamar mandi.

Aku turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi, membuka pintunya.

"Biuuu!!" Aku kembali berteriak, tidak ada Build di sana.

Jantungku berdetak semakin cepat ketika tidak menemukan sosok cantik yang menenangkanku. Mungkinkah dia meninggalkanku? Atau dia mulai merasa tidak suka ketika tahu bagaimana buruknya aku?

"ARGHH!! BIUUUUU!!" Aku berteriak sambil menjambak rambutku sendiri, ini mengesalkan!!

"Apa?" Kepalaku menoleh, aku melihat Build berdiri menutup pintu, menatapku dengan wajah kebingungan. "Kenapa berteriak?"

Ini di luar harapanku. Build masih mau berada di sampingku, menggenggam tanganku, memeluk tubuhku adalah hal yang mustahil untuk di bayangkan. Aku berjalan cepat ke arahnya dan langsung memeluk tubuhnya—menghela napas lega sambil menyandarkan kepala pada bahunya.

"Thank God," Aku sangat bersyukur Build masih ada dalam jarak pandangku.

"Iih, kamu kenapa sih! Aneh." Build mengguncang tubuhnya.

Aku melepaskan pelukan itu dan menatap Build dengan perasaan bahagia, mengecup bibirnya dengan lembut. Lalu, kembali memeluk tubuhnya erat. "Aku kira kamu pergi,"

"Memang pergi," Build mengangkat kantong plastik di tangannya. "Nih, beli bubur. Tapi pakai uang kamu, tidak apa-apa, 'kan?"

Aku mengangguk kuat, masih nyaman menyandarkan kepala di bahunya. "Lain kali, kalau pergi bilang aku, ya?"

"Tadi kamu masih tidur, aku tidak tega membangunkanmu." Wajahnya terlihat kesal karena aku mulai bersikap mengendalikannya. Aku menatapnya—menggumam maaf dan kembali memeluknya erat. "Ayo makan,"

Build melepaskan pelukan dan berjalan lebih dulu ke arah meja. Mengeluarkan dua kotak berisi bubur dari dalam kantong plastik. Menuangkan air putih dari dalam kulkas dan meletakkan dua gelas tersebut ke atas meja. Aku berjalan ke belakangnya—memeluknya erat—Build berbalik untuk menatapku, tanganku yang nyaman berada di pinggangnya mulai mengangkat tubuhnya naik ke atas meja. Mengecup bibirnya. Melumat lembut.

Kedua tangan Build melilit leherku bersamaan kedua kakinya yang turut melingkar pada bagian pinggang. Aku menarik Build untuk merapatkan tubuh—tidak membiarkan ada jarak sedikit pun.

Ketika ciuman itu terlepas, aku menatapnya sayu. "You know, Biu? You like a love song."

"If I like love songs, what musical instrument is suitable for me?"

Aku kembali menyambar bibirnya, kali ini lebih terburu-buru. Build mampu mengimbangi kegiatan kali ini. Tidak lama—aku melepaskannya lagi. "Apa ya yang cocok?"

Build menatap ke arah lain, turut berpikir. "Symphony."

"Romantic Symphony," ujarku, Build tersenyum sebelum kembali membawaku untuk berciuman lebih dalam. Seakan alunan simfoni benar-benar mengiringi kegiatan kali ini, membawa Build berbaring di atas ranjang.

_____


Aku menyangga kepala dengan satu tangan, posisiku miring untuk menatap Build yang tertidur nyaman, selimut menghangatkan tubuhnya sampai ke dada. Ketika Build membuka matanya secara perlahan dan menatapku seraya tersenyum manis. Aku bergerak mengecup bibirnya.

Hilang Naluri [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang