34 | Bad Life

600 80 13
                                    

"Kita mau ke mana, Bible?"

Aku lupa pertanyaan itu sudah keberapa kali Build lontarkan untukku. Aku masih fokus pada jalanan yang tetap ramai meski jam malam semakin menguasai kota. Mataku mengedar, dari kaca spion tengah untuk melihat ke belakang, kira-kira adakah yang mengejarku.

Kepalaku menoleh pada Build, tersenyum setenang mungkin. Menghidupkan lampu sein, sebagai pertanda kepada pengendara di belakangku bahwa aku akan menepi. Aku melepaskan sabuk pengaman agar leluasa menghadap Build, meraih tangannya untuk kugenggam erat. "Biu, may I talk?"

Build mengangguk, satu tangannya yang bebas mencoba melepaskan sabuk pengaman—ikut merubah posisi untuk menghadap ke arahku.

"Aku tidak akan berbasa-basi. Hanya ingin mengatakan sedikit saja tentang diriku." Build mengangguk lagi, mencoba mendengarkan dengan baik. "Kamu pernah bertemu dengan Papaku, Maxime Mahasagara ... He's a drug dealer—"

Mata bulat itu melebar sempurna, mengerjap beberapa kali.

"Dia di penjara karena di rumah yang kami pakai telah di temukan tiga wanita tewas akibat overdosis obat-obatan ... One of the women's corpses was my Mom." Mata Build semakin melebar, kelopaknya mengedip tiga kali, bahkan tangannya terpaksa kutahan karena kurasakan dia akan menariknya. "Itu lah kenapa aku membenci Maxime Mahasagara, Biu. Aku bersumpah, aku tidak sama dengan mereka."

Build membungkam mulutnya, matanya bergerak tidak menentu.

"Aku ... Pendosa itu, Biu." Mataku memerah, menggenggam tangannya dengan kuat, menyalurkan apa yang sedang kurasakan saat ini. "Aku sedang mencoba—"

"Kamu memakainya?" Pertanyaan setelah lama membungkam.

Bibirku bergetar, aku takut tapi aku tidak bisa terus-menerus menutupinya. Kepalaku mengangguk kecil. "Iya, aku seorang pemakai ...."

Aku kembali menahan tangannya ketika merasa Build mencoba menarik tangannya lagi. "Tapi sekarang, aku sedang mencoba agar tidak bertindak lebih jauh. Aku memilikimu. Aku ingin berubah, Biu. Aku yakin masa lalu masih bisa diubah—But it's too late to turn back now."

Bahuku bergetar, aku sudah mulai menjatuhkan air mataku, menggenggam tangannya semakin kuat. "Aku sudah mencoba tapi tidak tahu caranya, yang kulakukan sekarang hanyalah menghindarinya."

Build menatap kedua tanganku yang basah terkena air mataku, aku sungguh menangis karena mengungkapkan hal ini. Aku takut Build pergi, tetapi aku perlu sadar diri untuk hal itu.

"Biu, bantu aku ..." Aku memanggilnya dengan permohonan, mencoba agar dia menatap kedua netraku yang berair, dia perlu melihat bagaimana ketakutannya aku melihat sorotan matanya-Build seperti bingung harus bersikap bagaimana denganku. "Maaf, seharusnya aku sadar diri ... Aku bisa menjauh jika kamu menginginkan itu—"

"We will try ..."

"Hum?" Aku cukup kaget mendengar ucapannya.

Kedua ujung bibir Build tertarik ke atas. "We will atone for your mistakes, your sins, together."

"Biu—"

"Weigh down on me, Bible." Potong Biu, satu tangannya terlepas dan mengelus rahangku. "Bukankah aku sudah mengatakannya ratusan kali, aku akan tetap bersamamu apa pun yang terjadi."

"Would you say i'm worthy, Biu?" Aku pasti sangat meragukan perasaannya, bahkan ketika Build mengatakannya dengan lantang akan tetap bersamaku, aku tetap bertanya apakah aku pantas.

Satu tangan yang masih berada dalam genggamanku, ditarik. Build memelukku erat, mengusap punggungku dengan lembut. "Tentu saja,"

Damn, God must really love me—memberiku seseorang seperti Build untuk tetap berada di sampingku. Aku memeluknya sangat erat, mengecup pipinya berulang kali sebagai bentuk aku bersyukur karena dia menerimaku.

Hilang Naluri [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang