31 | Waves

741 98 14
                                    

"Is it true that God, 'loves the sinner, but hates the sin?'." Build membaca kutipan buku yang sedang kubaca. Dia ikut membaca di pertengahan halaman. Build mengangguk, "Uhum, aku setuju."

"Tentang apa?" Aku menyandarkan dagu pada kepala Build yang bersandar di dadaku.

"Tentang Tuhan yang membenci dosa, tapi tidak membenci pendosanya." Build menahan tanganku agar tidak mengganti halaman berikutnya, tangan cantik Build mengetuk buku. "God hates the sin, not the sinner. Aku pernah membaca buku yang mengutip tentang itu."

"Buku apa?"

"Novel," aku menatapnya sesaat, sebelum kembali menatap buku di tanganku. "Sudah dijadikan film, tapi itu bercerita kisah romansa anak muda. Visual pemainnya juga bagus, aku sampai tidak fokus menontonnya. Perfilman Indonesia tidak buruk juga."

"Okay, jadi, apa permasalahannya dengan kutipan itu."

Build mengangkat bahunya, "Yeah, i just read, watch and forget about it. However, I didn't forget that quote. Kutipan itu aku hafal diluar kepala."

Aku menggeleng kecil, membuka lembar berikutnya, Build masih turut membaca sambil menyuap potong kentang goreng ke dalam mulutnya. Sebelum menghabiskan waktu di dalam kamar, aku dan Build sempat menggoreng kentang dan kubawa ke dalam kamar. Tangan Build mengarah ke mulutku dengan sendok garpu yang tertancap kentang, aku meraihnya dan mengunyah sambil membuka lembar berikutnya.

"Accept yourself as you are, as God created you," Build kembali membaca salah satu kutipan dengan mulut mengunyah kentang, dia menutup buku yang sedang kupegang. "Buku apa sih? Kenapa kamu membaca buku semacam ini,"

Build mendongak menatapku yang tersenyum datar.

"Bible, kamu sedang bertaubat ya?" Mendengar pertanyaan polos Build, aku terkekeh—menggeleng kecil. "Huh, dasar aneh."

"Biu,"

"Hm?" Build kembali mendongak menatapku, "Ada apa?"

"What do you think about a sinner?" Jawaban Build mungkin dapat menjadi patokan kepercayaan diri terhadap dosaku sendiri. 

Build tampak berpikir, lalu mengangkat bahunya—tidak tahu.

"Jika ada seseorang yang melakukan sebuah dosa, dia berada dekat denganmu. What will you do about it?" Aku kembali memancing pertanyaan lebih panjang agar Build dapat berpikir lebih murah.

Build mendongak, menatapku lagi. "Apa kamu sedang melakukan sebuah dosa?"

Aku mengangguk samar. "Anggap saja begitu,"

"Dosa apa?"

"There is no best example,"

Build meraih kentang goreng dan dia kunyah pelan. "Misalnya … berbohong?"

Aku menatap gamang, mungkin berbohong bisa menjadi contoh terbaik untuk saat ini. Aku sedang melakukan dosa dengan berbohong, 'kan? Aku mengangguk menanggapi Build.

"Kamu berbohong apa?"

"Hanya contoh, Biu."

Build menjauh dari sandaran, dia menatapku serius. "Kamu berbohong tentang mencintaiku?"

"Jangan berkata sembarangan," Aku kembali menarik Build untuk bersandar di dadaku. "Forget it,"

Aku kembali membuka buku, mengalihkan pembicaraan kami sebelumnya. Kali ini, Build tidak banyak berkomentar, hanya diam dan dia mendongak menatapku. "Menurutku, semua orang pasti pernah berbohong. Tetapi, kalau seseorang itu mau mengakui kebohongan dan kesalahannya, lalu berubah. Itu bisa dimaafkan. Aku akan memaafkan orang yang berbuat dosa itu,"

Hilang Naluri [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang