Hola, Fella!
Jujur, aku masih belum terlalu menemukan formula yang mengalir untuk chapter ini.
Mungkin ngebacanya masih akan terasa kayak kesandung-sandung.
Anyway, tetap, selamat membaca!✈️
✈️
✈️🌹🐬🐬🐬🌹
Jika biasanya Kama terbangun karena alarm yang selalu ia setel di hanphone-nya, kali ini ia terbangun karena deburan ombak yang makin pagi makin kencang suaranya. Kecipak air di bawah tempat tidurnya menambah syahdu di pagi hari. Cahaya matahari belum menerobos ke kamarnya, tapi cahaya kuning kemerahan sudah mulai merekah di kaki langit sana. Suasana yang begitu berbeda dengan rutinitas pagi yang biasa ia lakukan di rumahnya. Biasanya, ia akan bangun, mandi, shalat subuh jika sedang mood, lalu menyeduh kopi sambil membuka-buka pesan di email dan sosial media. Namun kali ini, ia terbangun, memandang laut, menyeduh kopi, tapi lupa dengan email maupun sosial media-nya.
Hari ini Danum akan mengajaknya berkeliling pulau, dia tak begitu tahu sejauh apa ia akan berkelilingi. Ia hanya akan mengikuti kemana pun Danum melangkah. Gadis itu, adik tingkatnya di kampus dulu. Ia bertemu dengan Danum saat ia berada di jenjang sophomores dan dengan cepat menjadi akrab dengan gadis periang tersebut. Ia selalu mengenal Danum sebagai anak yang sangat tahu apa yang dia mau, berkemauan keras, ia bisa jadi sangat cuek, namun secara bersamaan juga bisa jadi sangat peduli. Jika ia lebih tertarik dengan kritik sastra dan musikalisai puisi, Danum lebih tertarik pada teori film dan videografi.
Menurut Kama, Danum adalah tipe orang yang bisa akrab dengan siapa saja dan nyambung diajak ngobrol apa saja. Dia sangat atentif. Bahkan saking atentifnya, kadang membuat orang lain bisa salah mengertikan perhatiannya. Ia ingat dulu saat di Kampus, Danum akan selalu membawa teman cowok yang berganti-ganti saat datang ke diskusi sastra yang ia ketuai. Danum selalu mengaku mereka hanya teman, tapi kedekatannya dengan cowok-cowok tersebut selalu mampu membuat para anggota ELC (English Literature Club) berbisik-bisik menggosipkan gadis tersebut, menyebutnya sebagai 'play girl', antonimnya 'play boy'.
Saking seringnya berganti-ganti teman cowok, Kama bahkan siap sedia kalau-kalau suatu ketika Danum akan datang ke dia, nangis-nangis bombay gara-gara putus sama cowok yang kemarin dia bawa. Dan Kama juga sudah siap kalau-kalau harus membantu Danum melabrak bahkan menonjok cowok yang membuat Danum nangis. Namun, anehnya, Danum nggak pernah datang kepadanya untuk menceritakan tentang kisah asmaranya. Jadi, Kama mulai menyadari bahwa apa yang dikatakan gadis itu tentang teman-temannya memang benar adanya. "Mereka cuma teman, nggak lebih."
Kama terlalu menyayangi Danum, dia selalu ingin melindungi Danum, walau lebih sering tanpa dilindungi pun Danum sudah selalu bisa menjaga dirinya. Danum terlalu bebas, nggak mungkin bisa dipegang.
Suara nada dering ponselnya membuyarkan lamunan Kama. Nama Danum berkedip di layar. Ternyata gadis tersebut sudah siap, dan memberi tahunya bahwa mereka akan pergi ke subuah Gosong terlebih dahulu untuk mengambil video bersama seorang videografer lokal, benama Andi, yang entah bagaimana bisa akrab dengannya, seperti banyak orang lainnya.
Setelah menutup telpon, Kama bergegas keluar menemui gadis tersebut yang sudah menunggunya bersama seorang cowok berkulit sawo matang, berperawakan tegap dan atletis, dengan sorot mata tajam yang sedikit menusuk. Dengan ekspresi wajah yang menunjukan ketidaksukaannya pada Kama.
***
"I like this picture!" ucap Danum, "tapi kita harus tambahin bird eyes view-nya... kamu perlu ambil video bagian Gosong ini pakai drone," lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!
Pertualangan"Dek, aku..." ucapan Kama terputus, karena detik berikutnya Danum menautkan bibirnya pada bibir Kama. Gadis itu, mencium lembut bibir Kama, membungkam kemungkinan apa pun yang akan Kama ucapkan. •••••••••••••••••••••••••••○●○••••••••••••••••••••••••...