VI. Naik pesawat kecil takut goyang-goyang

64 19 67
                                    

"I went on Board in an evil Hour, the 1st of Sept. 1659, being the same Day eight Year that I went from my Father and Mother at Hull, in order to act the Rebel to their Authority, and the Fool to my own interest."

Robinson Crusoe
By
Daniel Defoe

Novel yang awalnya dibaca karena kewajiban book report, akhirnya jadi salah satu novel paling favorit. Seru!

Novel favorit kalian apa, fella?

***

Danum dan Kama telah duduk di pesawat yang akan membawa mereka ke Berau. Perjalanan akan mereka tempuh selama satu jam tiga puluh menit. Pesawat yang mereka tumpangi adalah pesawat jenis turboprop ATR yang menggunakan mesin berbaling-baling. Jenis pesawat yang dipakai pada rute penerbangan perintis. Pesawat ini hanya dapat memuat 72 orang saja.

Kama terlihat tenang, sepertinya mulai terbiasa dengan guncangan yang melanda saat pesawat take off tadi. Kini mereka tengah mengudara di atas awan. Pesawat yang mereka tumpangi terbang menembus gumpalan awan membuat badan pesawat tergoncang. Kama yang awalnya tenang kini mulai mengerutkan dahi, air mukanya berubah kecut lagi. Tanda kenakan sabuk pengaman berkedip menyala. Suara awak kabin terdengar memperingatkan bahwa pesawat melewati turbulensi udara yang menyebabkan guncangan pada penerbangan.

Danum melihat Kama yang mulai khawatir lagi. "Ka, tenang, Ka. Ini turbulensi ringan. Nggak masalah. Berdoa aja banyak-banyak."

"Iya, Dek." Kama mencoba untuk lebih tenang

"Tahu nggak sih Ka, aku suka traveling gara-gara apa?" tanya Dajum mencoba mengalihkan rasa khawatir Kama.

"Karena apa, Dek?" tanya pria berkulit putih pucat itu, tertarik.

"Gulliver's Travel!" ucap Danum menyebut nama novel karya Jonathan Swift.

"Ah! Perjalanan ke negeri Liliput, ke negeri raksasa Brobdingnag, ke negeri melayang Laputa... ahahaha... kamu serius?" tanya Kama tergelak.

"Serius Ka! Aku dulu waktu SD baca buku versi terjemahannya, yang buku anak-anak itu loh. Judulnya Perjalanan Guliver ke Negeri Liliput. Ku pikir, 'bener nggak sih ada negeri liliput?'." Danum bercerita dengan antusias.

"SD sudah kenal Gulliver's Travel? Wah mantap sih, walau pun cuma terjemahan. Terus apa lagi?" Kama mulai melupakan kecemasannya.

"Emm... habis itu aku mulai baca Journey to the Center of Earth-nya Jules Verne dan banyak buku dia yang lain, Life of Pi-nya Yann Martel, Heidi-nya Johanna Spyri, banyak sebenarnya, tapi itu sih yang paling aku suka."

"Jadi, awalnya dari baca buku, terus ingin mewujudkan perjalannya di dunia nyata gitu, ya?" Kama tersenyum.

"Iya bener, Ka!" Danum balas tersenyum.

Kama melupakan kecemasannya sejenak, namun ia kembali cemas saat pesawat kembali berguncang. Memang pesawat yang mereka tumpangi adalah pesawat berukuran kecil, jadi berbenturan dengan awan membut badan pesawat bergetar lebih kencang dari pada pesawat berbadan besar. Melihat dahi kama kembali mengernyit, Danum sekali lagi menenangkannya.

"Berdoa aja, Kama."

"Iya, Dek, dari tadi juga udah berdoa."

"Mana doanya? Aku nggak dengar," goda Danum.

"Dalam hati ajalah."

Danum tertawa menanggapi.

"Dalam sebuah perjalanan memang selalu ada pertaruhan, Kama. Kita dituntut untuk berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Di sinilah kadang kepercayaan atau keimanan manusia bener-benar diuji. Dia harus menyerahkan diri sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan." Ucap danum bijak.

Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang