Derawan di malam hari terasa seperti pulau terisolasi, jauh dari pulau utama Kalimantan, berada di tengah laut lepas, dan hampir tidak ada akses keluar masuk. Suasana lengang, hanya desiran angin, deburan ombak, dan celotehan beberapa penghuninya yang tidak terlalu banyak. Sangat syahdu! Sangat romantis!
Danum merebahkan dirinya di atas kasur, tubuhnya terasa pegal setelah perjalanan panjang dari Surabaya. Beruntung cottage yang ia pilih menyediakan bathup yang bisa dipakai berendam air hangat. Rencananya setelah meluruskan punggungnya sejenak, ia akan berendam air garam yang ia bawa dari Surabaya. Garam dapat memberi suplai ion positif yang bisa membuat tubuh rileks.
Danum memang selalu sedia salt bath aromatherapi setiap perjalanan. Dia yang sudah terbiasa membawa garam kemana-mana merasa semakin bangga saat tahu bahwa Ibu Susi Pujilestari, mantan Menteri Perikanan__idolanya itu__juga selalu membawa-bawa garam kemanapun ia pergi. Memang sangat berguna bagi traveler untuk membantu menghilangkan pegal-pegal dalam perjalanan.
"Nggak ada yang lebih nyaman dari pada berendam air hangat campur garam," gumam Danum sambil menceburkan dirinya dalam bak rendam tersebut.
Matanya terpejam merasakan otot-otot tubuhnya perlahan mengendur, mulai rileks. Lilin beraroma lavender yang ia nyalakan tadi menambah nikmat suasana me time-nya. Danum membasuh wajahnya, menggosoknya lembut dengan scrub wajah metk St. Yves andalannya.
"Aku harus kelihatan segar dan cantik di depan Kama. Aku udah jauh-jauh bawa dia ke sini, usahaku nggak boleh setengah-setengah! Pokoknya harus all out!" ucapnya pada dirinya sendiri, memberi motivasi pada tubuh dan pikirannya.
Penantian panjang enggak boleh berakhir buruk, apalagi kalau berakhir buruknya gara-gara dia yang enggak maksimal melakukan persiapan dalam strateginya. Hasilnya memang ia serahkan sepenuhnya pada Tuhan, tapi untuk usaha, tentu haruslah luar biasa.
Energi positif telah kembali mengisi tubuhnya, lelah telah pergi, pegal telah hilang, namun bagian lain dari tubuhnya menyadari bahwa ada hal lain yang harus dia lakukan. Memenuhi isi perutnya! Seharian dalam perjalanan membuat seluruh energinya terkuras, karena itu, ia butuh makanan untuk menambah asupan nutrisi dan energi, agar tubuhnya benar-benar utuh kembali.
Setelah mematut dirinya di cermin, ia mengirim pesan pada Kama untuk bersiap makan malam di resto cottage. Tak lama menunggu, suara ketukan lembut di pintu kamar Danum terdengar. Rupanya Kama juga lapar, jadi tak perlu nunggu lama, keduanya bergegas menuju arah aroma masakan yang menguar begitu keduanya melangkahkan kaki di atas jembatan kayu ulin yang menghubungkan satu bangunan ke bangunan lainnya.
***
Suara celoteh pengunjung terdengar saat mereka memasuki bangunan tanpa dinding berlabel Fisheri Cafe & Resto. Rupanya makan malam kali ini dibuat sepeti makan malam keluarga dengan meja dan kursi yang di susun memanjang.
Berbagai macam hidangan, yang kebanyakan jenis makanan laut tersaji di tengah meja. Aneka masakan seperti kepiting saos padang, gulai udang galah, udang asam manis, pallumara, udang cabe garam, udang singgang, kepiting soka goreng, cumi balado, cumi masak hitam, ikan bakar dengan sambal gami, sambal dabu-dabu, sambal tomat, dan tak ketinggalan tumis kangkung belacan tersaji sebagai hidangan utama. Sementara untuk minumannya, tuan rumah menyediakan es kelapa, es sirop, es jeruk dan es teh, minuman andalan warga Indonesia.
Sebenarnya ini hanya masakan rumahan biasa, tapi karena terbuat dari bahan-bahan segar yang diambil langsung dari perairan Derawan, serta menggunakan perpaduan bumbu dan sayur segar lainnya, masakan ini jadi terasa istimewa. Apalagi dinikmati dengan orang istimewa pula, jadi makin spesial-lah rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!
Pertualangan"Dek, aku..." ucapan Kama terputus, karena detik berikutnya Danum menautkan bibirnya pada bibir Kama. Gadis itu, mencium lembut bibir Kama, membungkam kemungkinan apa pun yang akan Kama ucapkan. •••••••••••••••••••••••••••○●○••••••••••••••••••••••••...