XIII. Aku suka kamu, tapi kamu enggak?

123 40 195
                                    

¿♤?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¿♤?

Danum membuka mata dan melepaskan ciumannya. Melihat Kama diam tak bereaksi, Danum meneguk ludahnya dan berkata, "I love you," untuk memperjelas maksudnya.

Sambil mengigit bibir bawahnya ia melanjutkan, "Aku mau jadi pacar Kama," ucapnya tegas.

Kama memalingkan wajahnya, ekpresi kaget jelas tergambar walau hanya diterangi temaram cahaya bulan.

"Kenapa diam, Ka? Kama nggak suka sama aku?" tanya Danum dengan suara bergetar, tak terasa lagi ketenamgan dalam suaranya.

"Aku nggak bisa jadi pacar kamu, Dek," jawab Kama.

"Why?" Danum tercekat.

Kama memejamkan matanya sejenak, napasnya teratur, ia terlihat tenang, lalu perlaham membuka matanya dan berkata, "Makasih udah sayang sama aku, Dek. Aku juga sayang sama kamu, aku sukaaaa banget sama kamu. Tapi aku nggak pernah nyiapin hatiku buat ngerasain sayang sebagai pasangan ke kamu."

Kama menangkupkan tangannya ke pipi Danum seraya melanjutkan ucapannya, "aku selalu anggap kamu sebagai adikku sendiri, dari awal kita ketemu, sampai sekarang, aku selalu sayang sama kamu, sebagai adik."

"Hah? Aku nggak mau jadi adik kamu, Ka!" sergah Danum. Ia menepis tangan Kama dari pipinya. "Aku mau jadi pacar kamu!"

"Aku nggak pernah kepikiran buat macarin kamu, Dek. Aku...," ucap Kama terputus.

"Hmm.. Jadi kamu nggak suka aku?" tanya Danum getir, ia tersenyum miris.

"No. I like you, a lot. Aku sayang kamu sebagai kakak mu, Dek. Kakak yang bakal ngelindungin adeknya, kamu terlalu berharga buat aku. Aku nggak mau kita..."

"Bullshit!" pungkas Danum, ia merasa tak perlu mendengarkan penjelasan Kama lebih lanjut. Intinya sama, Kama nggak akan jadi pacarnya, jadi buat apa didengar lagi.

Ia berdiri, segera berbalik meningalkan Kama yang berusaha mengejarnya. Ia hanya ingin cepat sampai kamar dan menangis sejadi-jadinya. Langkah Kama yang lebar dengan mudah menyusulnya. Kama menghentikan langkah Danum, lalu menahan pergelangan tangannya.

"Maafin aku, Dek," mohon Kama.

"Shut up!" Danum mencoba melepas genggaman Kama.

"Dek, please," mohonnya lagi.

"Stop...! Jangan panggil aku Dek... aku bukan adek kamu dan nggak mau jadi adek kamu, Kama!" Ucapnya jengkel. "Sekarang lepasssin!" Ia melepas paksa tangan Kama dan bergegas meninggalkannya.

Sedih, kecewa, marah, kosong, semua berkumpul dalam dadanya. Dia membuka pintu kamarnya dan segera menutupnya dengan kasar, nggak perduli apa yang Kama lakukan sepeninggalannya. Hanya sakit, sakit yang dia rasakan saat ini. Dia tertawa kosong, perih, harusnya dia menangis, tapi air matanya tak juga menetes. Hanya sesak yang ia rasakan.

Aku Suka Kamu, Tapi Kamu Enggak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang